Thursday, March 6, 2008

“Memasarkan” Islam yang Damai Melalui Rap

Kamis, 06 Maret 2008

Méhdi Zaouiche atau lebih dikenal dengan Medina, mendakwahkan Islam kepada masyarakat Perancis melalui musik rap

ImageHidayatullah.com--Medine memakai jaket penutup untuk menangkis angin dingin kepalanya yang plontos. Hari itu, dia sedang berlatih di ruang tari di Balai Kota setempat. Badannya tegap dan wajahnya dipenuhi cambang dan janggut tebal. Bagi sebagaian orang mungkin tak akan percaya antara penampilan dan kenyataan.

Medine yang nama lengkapnya, Méhdi Zaouiche, adalah seorang penyanyi rap Perancis dari Le Havre.  Tapi jangan keliru, meski dia rapper, dia adalah pria yang sangat taat, melaksanakan shalat lima waktu dan patuh pada aturan hidup sebagai seorang Muslim yang baik. Melalui musik itulah, ia akan mendakwahkan Islam di Perancis.

Medine dibesarkan di satu menara apartemen yang membayangi tempat itu. Ia pernah menjadi seorang anak muda Muslim yang kecewa, yang mengatakan kepada masyarakat Perancis tentang kemerosotan moral mereka. Nama Medine diambil dari nama kota Madinah, salah satu kota yang banyak dikunjungi umat Islam saat haji .

Memasarkan Islam

Kantor Medine berada di flat lantai dasar di gedung bertingkat. Dengan dilengkapi dengan komputer dan penuh dengan barang-barang dagangan, terutama pakaian. Melalui kantornya inilah ia ingin mendakwahkan Islam.

Seolah melawan mainstream umum, hampir semua CD lagu-lagunya dan juga pertunjukan mengirimkan pesan yang berbeda.

Medine adalah warga Perancis kelahiran AlJazair. Ia memulai karis di musik dengan melakukan rekaman pertama tahun 1996. Ia adalah seorang Muslim yang taat. Dan hampir semua lirik musiknya banyak diwarnai agamanya serta mempersoalkan hubungan antara Islam dan Barat. Lagu nya terakhir bahkan berjudul Jihad: The Greatest Struggle Is Within Yourself.

Ia juga rajin menulis beberapa artikel-artikel untuk Majalah Time  tahun 2005. Salah satu tulisannya kala itu berjudul "How Much More French Can I Be", diceritakan bagaimana orang seperti dirinya –dan banyak lagi yang lain—datang sebagai 'tamu' di negeri Perancis.

Meski 'tamu' ia dan generasi seperti dirinya bukanlah orang yang malu memeluk warisan/pusaka budayanya. Termasuk soal agamanya.  Meski demikian, orang-orang seperti dirinya tetap menyesuaikan diri dalam budaya baru di Perancis. Sayangnya, upaya mereka seperti itu jauh dari pandangan orang. Alias tak pernah dianggap ada.  Itulah sosok Medine.

Amel Boubekeur dari Fakultas Studi Sosial di Paris menyebut gerakan Medine sebagai "Islam sejuk".

Ia mengatakan, gerakan ini menyatukan bisnis dan pertunjukan untuk mempromosikan Islam, namun sesuai dengan watak masyarakat Perancis.

Mencari uang sekarang ini menjadi ciri penting kesuksesan generasi yang para orang tuanya tidak menyenangi kekayaan.

Tetapi bisnis dan pertunjukan mereka, baik itu rap, lagu, teater, televisi atau lawak, juga mendakwahkan akhlak Islam.

"Mereka berusaha mendakwahkan jatidiri Islam --tetapi juga etika kebersamaan, amal, saling bertanggung jawab," kata  Boubekeur.

"Mereka menggunakan berbagai produk untuk memberikan sumbangsih positif bagi masyarakat."

Boubekeur mengatakan "Islam sejuk" dipimpin oleh generasi yang --tidak seperti orang tua mereka-- telah menerima bahwa mereka akan hidup di Perancis.

Tetapi di tengah kemauan mereka untuk berkontribusi, ikut serta, tetap ada pergesekan dengan negara sekuler Perancis.

Bangga sebagai Muslim

Para pemimpin generasi baru Muslim ini ingin diakui sebagai orang Perancis dan juga Muslim.

Hal ini tentu saja tercermin pada staf Unicite --satu perusahaan Muslim yang namanya menegaskan keesaan Allah SWT.

Tiga pemuda Muslim membagi-bagikan aneka produk garmen dari garasi di sebuah rumah yang terletak di pinggiran Paris.

Ada kaus oblong (T-shirt), celana pendek, dan topi yang bergambar lambang-lambang Islam, kaligrafi Arab, gambar tangan anak kecil yang bermakna salam.

Tetapi yang lebih penting adalah pesan-pesan yang tertera di situ menekan perlunya nilai-nilai, tidak hanya nilai-nilai Islam tetapi juga nilai apa saja, di tengah masyarakat yang semakin tidak bertuhan.

"Nilai-nilai yang ingin kami tunjukkan itu berasal dari Islam. Nilai kemanusiaan yang bisa dikenali oleh seorang Muslim atau non-Muslim," kata direktur perusahaan, Thierry Roseau.

"Nilai-nilai seperti persahabatan, memberi, keadilan, dan sebagainya. Jadi, yang kami inginkan adalah agar warga Muslim tidak lagi bersumbunyi tetapi harus bangga."

ImageSebagian pemuka Islam di Perancis melihat bahwa Islam harus mampu berkembang di tengah kultur Barat. Itu tidak berarti meninggalkan iman atau melepaskan jatidiri sebagai Muslim.

Medine --yang musik rapnya lebih menarik dari kemarahan-- juga merupakan bagian dari perubahan generasi baru Muslim di Perancis.

Musiknya rap-nya bertujuan untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat Perancis. Tetapi dia tidak menekankan Islam sebagai dogma agama, melainkan menonjolkan apa yang ia sebut prinsip-prinsip universal yang juga ada di tengah masyarakat Barat.

"Saya kira di semua agama sekarang ini ada nilai-nilai kemanusiaan yang sama," kata Medine dikutip BBC.

"Saya kira 'berbagi' bukan hanya ada di Islam, 'kedermawanan' tak hanya ada di Katolik, atau 'kasih' hanya ada di Yudaisme.

"Saya memutuskan untuk berbicara tentang beberapa nilai saya di dalam album saya, tetapi tidak bermaksud mengatakan bahwa agama saya adalah yang terbaik, atau mau mengatakan 'mari masuk agamaku'. Sama sekali tidak," demikian ujarnya.

Meski dekimian, orang-orang seperti Imam Tariq Oubrou dan Medine menekankan bahwa seradikal apa pun penerimaan Islam atas kebudayaan kontemporer, inti keiman Islam tidak akan pernah bisa dikompromikan.


 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

No comments: