Thursday, September 18, 2008

Sifat Tangan Allah versi salafy




Penulis : Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed hafidzahullah

Keimanan terhadap penetapan adanya Tangan bagi Allah merupakan keyakinan Ahlus Sunnah wal jama'ah , sebagaimana telah kami jelaskan pada edisi lalu (baca: Allah Mempunyai Tangan -red). Keyakinan ini makin jelas dan tegas karena Al-Qur'an dan as-Sunnah telah menyebutkan adanya sifat Tangan bagi Allah secara terperinci dan disebutkan dengan kanan.

KEDUA TANGAN ALLAH ITU KANAN

Allah سبحانه وتعالى berfirman (yang artinya):Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Rabb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(az-Zumar: 67)

Demikian pula dalam firmanNya (yang artinya):Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia dengan tangan kanan. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (al-Haaqqah: 44-46)

Pada kedua ayat di atas Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tangan dengan tangan kanan. Pada surat Az-Zumar Allah berfirman (yang artinya): "Dan langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya". Sedangkan dalam surat al-Haqqah dikatakan (yang artinya): "Aku ambil dengan dengan tangan kanan".

Dalam tafsir ayat az-Zumar ayat 67 ini, disebutkan hadits yang shahih dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): "Allah Tabaraka wa ta'ala menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat langit dengan tangan kanannya, kemudian berkata "Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia?" (HR. Bukhari-Muslim).

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Allah Azza wa Jalla menggulung langit pada hari kiamat dan menggenggam-nya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata: "Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong?" Kemudian menggulung bumi-bumi dan menggenggamnya dengan tangannya yang lain seraya berkata: "Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia, mana orang-orang yang sombong?" (HR. Bukhari Muslim)

Perlu diketahui, dalam hadits yang kedua ini disebutkan "tangan yang lain", ini yang lebih shahih, sedangkan dalam lafadh lainnya disebutkan "dengan tangan kirinya". Berkata Baihaqi dalam Asma' wa Sifat: "Demikianlah diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar ibnu Abi Syaibah, sedangkan sebutan "tangan kiri" disebutkan secara menyendiri oleh Umar Ibnu Hamzah dari Salim. Padahal telah diriwayatkan hadits yang sama oleh Nafi' dan Ubaidullah Ibnu Muqsim dari Ibnu Umar, keduanya tidak menyebutkan kalimat "kiri". Demikian pula telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan lain-lainnya dari Nabi صلى الله عليه وسلم, semuanya tidak ada yang menyebutkan "tangan kiri". (Lihat Asma' wa Sifat, Baihaqi, hal. 139-140)

Apalagi telah diriwayatkan dengan shahih bahwa kedua tangan Allah adalah kanan, sebagaimana dalam sabdanya (yang artinya):Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah (mereka berada) di atas mimbar dari cahaya dari sisi kanan Allah Azza wa Jalla. Dan Kedua Tangan Allah adalah Kanan … (HR. Muslim)

Yang demikian karena tangan Allah keduanya Maha Sempurna, tidak sama dengan tangan mahlukNya. Sedangkan istilah kiri mengandung makna kekurangan dan kelemahan pada mahluk, maka tidak layak disebutkan untuk tangan Allah yang Maha Sempurna.

JARI-JEMARI ALLAH


Diriwayatkan dari 'Amr bin Ash, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Sesungguhnya hati Bani Adam seluruhnya berada di antara dua jari dari jari ar-Rahman (Allah) seperti hati yang satu. Allah memalingkannya sekehendaknya. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenarkan perkataan seorang Rahib Yahudi ketika menyebutkan jari-jemari bagi Allah, seperti dalam riwayat dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, ia berkata: Seorang pendeta datang berjumpa Nabi صلى الله عليه وسلم lalu berkata: Wahai Muhammad atau Wahai Abu al-Qasim! Pada Hari Kiamat Allah سبحانه وتعالى memegang langit, bumi, gunung-gunung, pohon-pohon, air, tanah dan semua makhluk dengan jari-jemariNya. Kemudian Dia menggoyangkannya sambil berfirman: "Akulah Raja, Akulah Raja". Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم tertawa karena kagum mendengar kata-kata pendeta tersebut sambil membenarkannya. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya): Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Rabb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (HR. Bukhari Muslim)

Dan dalam riwayat lain: Datang seorang rahib dari Yahudi dan berkata: "Allah meletakkan langit-langit di jari-Nya pada hari kiamat", maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun terkagum-kagum membenarkan berita tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)

TELAPAK TANGAN ALLAH


Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Tidaklah seseorang bershadaqah dengan shadaqah yang baik –dan Allah tidak menerima kecuali yang baik—kecuali Allah yang Maha Rahman akan mengambilnya dengan Tangan kanan-Nya, walaupun sebuah kurma, Allah akan membesarkannya di Telapak Tangan Allah yang Maha Rahman hingga menjadi lebih besar dari gunung sebagaimana salah seorang kalian membesarkan anak kambing atau anak unta. (HR. Bukhari dan Muslim)

LENGAN ALLAH

Didalam riwayat yang agak panjang, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Apakah unta-unta kaummu yang lahir dalam keadaan sehat dan utuh telinga-telinganya kemudian kamu dengan sengaja mengambil pisau dan memotong telinga-telinganya dan kamu katakan unta-unta ini merdeka?!. Dan kamu robek telinga-telinganya atau kamu cacati kulit-kulitnya, kemudian kamu katakan unta-unta ini haram? Kemudian kamu haramkan untuk dirimu dan keluargamu?! Dia menjawab: "Ya". Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sungguh seluruh apa yang diberikan Allah kepadamu (dari binatang ternak itu) adalah halal. Ingat Lengan Allah lebih kuat dari lenganmu dan Pisau Allah lebih tajam dari pisaumu." (HR. Ahmad, Hakim, Abu Dawud, Baihaqi, Thabrani dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: "Hadits Hasan Shahih). Lihat Tahqiq Kitab Asma' wa Sifat oleh Al-Baihaqi, hal. 170).

SIKAP AHLUS SUNNAH TERHADAP RIWAYAT-RIWAYAT DI ATAS


Berkata Sufyan Ibnu Uyainah: Setiap apa yang Allah sifati diri-Nya dalam kitab-Nya maka tafsirnya adalah membacanya dan diam. (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 248)

Berkata Ibnu Syihab Az-Zuhri: Allah yang menerangkan, rasul yang menyampaikan dan atas kita untuk menerima. (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 249)

Berkata Wahb bin Munabbih ketika ditanya oleh seorang tokoh sesat Ja'd bin Dirham tentang asma' wa sifat: Celaka engkau wahai Ja'd karena permasalahan ini. Sungguh aku menduga engkau akan binasa. Wahai Ja'd, kalau saja Allah tidak mengkabarkan dalam kitab-Nya bahwa dia memiliki tangan, mata atau wajah, tentu kamipun tidak akan mengatakannya.Bertakwalah engkau kepada Allah!" (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 190)

Berkata al-Walid ibnu Muslim: "Aku telah bertanya kepada AlAuza'I, Sufyan Ats-tsauri, Malik bin Anas tentang hadits-hadits sifat dan ru'yah (tentang dilihatnya Allah pada hari kiamat), mereka semua menjawab: Langsungkanlah, sebagaimana adanya tanpa mempertanyakan seperti apa". (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 249)

Berkata Imam Malik bin Anas: "Berhati-hatilah kalian terhadap kebid'ahan." Beliau ditanya: "Apakah bid'ah itu". Beliau menjawab: "Ahlul bid'ah adalah mereka yang membicarakan tentang nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, kalam Allah, Ilmu Allah dan kekuasan-Nya tanpa ilmu. Mereka tidak mau diam sebagaimana diamnya para shahabat dan tabi'in terhadap masalah tersebut". (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 244)

Berkata Imam Al-Barbahari: "Tidak boleh berbicara tentang Allah kecuali dengan apa Allah sifatkan diriNya dengannya dalam al-Qur'an dan apa yang diterangkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada para shahabatnya". Ia juga berkata: "Tidak berbicara tentang sifat-sifat Rabb dengan pertanyaan: "Bagaimana?" atau "mengapa?", kecuali orang yang ragu terhadap Allah tabaraka wa ta'ala". (Syarhus Sunnah, hal. 70)

Sumber: http://www.salafy.or.id/ tpatnya http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=872
Judul Asli: "Mengimani Sifat Kedua Tangan Allah Ta'ala"

komentar:
Jika kita perhatikan susunan artikel ini jelas pembuatnya dan pengikut pendapat ini telah jatuh pada faham mujasimah, adapun pandangan yg dikutip atas nama Ahlusunah & salafussholih di bawahnya adalah parsial, tanpa menyertakan keterangan asli dalam kitab dimana sumbernya diambil dengn kata lain digunting tambal. wallahu a'lam
Allah berbeda dg makhluk. Allah maha Esa. P

My personal web: http://pujakesula.blogspot.com/ or http://endyenblogs.multiply.com/journal

Monday, September 1, 2008

Lentera Jiwa

 Oleh: Andy F. Noya


 Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin
 redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk
 meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena
 'pecah kongsi' dengan Surya Paloh, bukan karena sedang
 marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa
 aneh pada posisi yang tinggi, dengan 'power' yang luar
 biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya
 mengundurkan diri.
 Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan
 sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak
 mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk
 melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta
 walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi,
 ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.


    Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya
 kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba
 menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. ''Andy ibarat ikan di
 dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya
 menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih  besar.''

    Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak
 lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari
 Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who
 Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini
 bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang
 sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran
 suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu,
 dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika
 keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain.
 Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai
 kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.

    Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak
 sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di
 tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya 'dipindahkan'
 oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan
 dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia
 sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus
 di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang
 terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai
 kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah
 menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh
 lebih banyak dibandingkan di tempat lama.

    Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa
 nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri
 guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang
 tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu
 posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

    Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang
 menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar
 biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari
 labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena
 setiap hari 'keju' itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin
 mengikuti 'lentera jiwa' saya. Memilih arah sesuai
 panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.


    Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul 'Lentera Jiwa' yang
 dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan
 pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata
 hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada 
banyak orang.

 Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa
 tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang
 kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan
 asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan
 pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia
 merasa 'lentera jiwanya' ada di ajang pertunjukkan
 musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah.
 Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang
 sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema
 itu. Dia tidak bahagia.

 Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga
 menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan
 yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin
 menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar
 (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada
 teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang
 mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah
 karena mengikuti keinginan orangtua.

 Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008),
 kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil
 keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat
 dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu
 titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia
 masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan
 yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu
 acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki
 restoran sendiri. ''Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan
 saat ini,'' ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki
 Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

 Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk
 menggeluti bidang animasi. Bidang yang
 menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit
 bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya
 lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai
 dokter.

 Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak
 sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa
 perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di
 Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public
 speaker.

 Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan
 yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi
 banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.


 Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang
 dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu
 bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. ''Bagi saya, bekerja
 itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada
 capeknya,'' ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat
 bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam
 usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran
 jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon
 mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. ''Semua
 karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah
 dunia saya. Cinta saya. Hidup saya,'' katanya.


 Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka
 yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi.
 Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal