Monday, June 29, 2009

Risalah Niat Dalam Ibadah

Niat adalah merupakan hal yang penting pada setiap pekerjaan kita, berangkat dari hadits Baginda Rasulullah SAW :

انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله ، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امراة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه

"Sesungguhnya segala amalan itu dengan niat, dan segala sesuatu tidak ada artinya tanpa adanya niat, maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya untuk urusan dunia yang akan didapatkannya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya pada sesuatu yang diniatkan kepadanya" (HR. Bukhori)

Dari hadits diatas inilah para ulama fikih mengharuskan atau menjadikan niat sebagai hal yang harus pada setiap pekerjaan atau ibadah yang kita lakukan sehari-hari, bahkan pada pekerjaan mubah pun bisa bernilai sunnah jika diniatkan untuk mengikuti Rasulullah SAW, akan tetapi niat berbuat jahat tidak akan ditulis sebagai kejahatan sampai niat tersebut dilaksanakan, sementara niat kebaikan akan dicatat satu amalan kebaikan walaupun belum dilakukan walaupun baru berniat saja, demikian indahnya kemurahan Allah SWT yang maha Pemurah.

Terdapat sejumlah pemahaman dalam hal ini, salah satunya menggampangkan suatu pemahaman dengan mengatakan "jika kita sudah wudu sudah berangkat ke masjid ya berarti kita sudah punya niat untuk sholat", hal seperti ini bisa benar bisa juga salah, karena jika kita teliti anak sekolah bangun pagi mandi berangkat sekolah, sesampai di sekolah gurunya tidak masuk, dan dia tidak dapat pelajaran apapa, namun dia merasa bahagia karna dia bisa bermain dengan puas, padahal kita tahu tujuan para anak sekolah itu untuk belajar, mengapa mereka senang tidak dapat pelajaran, jawabannya karna niatnya sudah keliru, niatnya tidak terhujam dalam hatinya, bahkan mereka tidak tahu mengapa mereka berangkat sekolah, untuk taat kepada orang tua saja, atau untuk mencari teman, atau untuk mencari ilmu atau yang lainnya?.

Demikian pula esensi sholat, puasa, zakat, Haji dll, ketika seseorang berangkat ke masjid mengikuti orang tua mereka, dari kecil merupakan kebiasaan, maka mereka lama kelamaan akan kehilangan makna dari pekerjaan yang dia lakukan setiap hari, bahkan jika anda perhatikan gerakan sholat di Saudi Arabia yang dilakukan oleh para pemuda langsung saja takbir, seolah mereka tidak tahu bahwa itu adalah Sholat percakapan kepada Allah, mereka bergerak semaunya sendiri, bahkan saat sholat dan Hp-nya berdering maka dia akan melihat Hp dan kemudian membaca sms, atau bahkan ada yang merekam bacaan sholat imam dengan Hp-nya saat dia melaksanakan sholat.

Sadarkah mereka bahwa mereka sedang berhadapan dengan Tuhannya Allah SWT, jika mereka sadar dengan niatnya seharusnya kekhusyu'an akan terlahir, mengapa mereka dapat bergerak bebas membetulkan pakaian, sorban dll, tanpa berhenti dari mulai takbir sampai salam, walaupun tidak semua tetapi begitu banyak yang melakukan hal tersebut. Itulah mengapa Rasulullah menegaskan masalah niat ini, jika melakukan sesuatu bersiap ibada atau beramal sudah pasti berniat, buat apa rasulullah mengaskan hakikat niat orang hijrah mengikuti rasulullah dzahirnya yang padahal mereka ada tujuan lain. Berhaji ke makkah ada juga yang hanya bertujuan ingin melihat makkah, rekreasi dll, inilah pentingnya niat yang menghujam dalam sanubari.

Telah disepakati bersama oleh para ulama, bahwasanya niat yang dimaksud dalam hadits di atas yang segala sesuatu tidak ada arti tanpanya adalah niat yang ada dalam hati manusia, kemudia pada setiap pekerjaan ibadah terdapat perselisihan ulama' dalam mentapkan posisi niat, sebagai syarat suatu pekerjaankah? atau rukun suatu ibadah?

Rukun adalah suatu pekerjaan yang wajib dipenuhi dalam suatu ibadah yang pekerjaan itu berkaitan atau merupakan komponen dari ibadah tersebut, bukan setelah atau sebelum, atau dengan kata lain Rukun adalah kewajiban yang harus dikerjakan karna pekerjaan itu termasuk dari ibadah tersebut, jika tidak dikerjakan maka tidak syah ibadahnya.

Syarat adalah suatu pekerjaan yang wajib dipenuhi akan tetapi tidak termasuk dalam pekerjaan (ibadah yg dilakukan) dia merupakan hal yang terpisah, hal lain yang harus dipenuhi.

Pendapat Syafi'ie mengatakan bahwa niat adalah Rukun, jadi niat dalam hati itu adalah hal yang harus dilakukan didalam ibadah bukan di luarnya (sebelum atau sesudahnya), misalnya sholat, sholat adalah perkataan dan perbuatan yg khusus yang diawalai dg takbir dan diakhiri dengan salam, maka madzhab syafi'ie menetapkan niat sebagai rukun, dan niat dalam hati dilakukan saat bersamaan dengan takbirotul ihrom dalam sholat didalam kalimat Allahu akbar. dimulai dari huruf hamzah dan di akhiri dg huruf Ra, saat itulah niat dimasukkan dlm hati. tidak bisa dilakukan sebelumnya karna niat adalah rukun.

Dalam Kitab al-mugni diterangkan yang dibutuhkan dalam niat adalah "pekerjaan dan penentuan" misalnya  sy niat "Sholat dzuhur" sholat adalah pekerjaan, dzuhur adalah penetapannya. sementara penetapan Fardu atau sunnatan terdapat khilafiyah, dan ibn qodamah memilih tidak memerlukannya. yang diperlukan cukup "saya niat sholat isya" (misalnya).

Talaffudz Bi Niat (Melafalkan Niat)

Dalam melafalkan niat Ibnu Qodamah dalam al-mugni mengatakan bahwa itu hanyalah untuk menguatkan atau penegasan. Namun terdapat ulama yang mengatakan sebagai bid'ah, karna hal itu tidak diperbuat oleh Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan oleh ibnu qoyyim.

Apakah hukumnya Wajib??
Kita tidak bisa menghukuminya sebagai suatu kewajiban, dengan alasan hal itu tidak dilakukan rasulullah pada setiap ibadah beliau, maka tidak bisa dikatakan hal itu adalah wajib.

Apakah hukumnya Bid'ah? atau haram dan terlarang??
Hal ini juga tidak bisa kita lakukan karena beberapa alasan :
1. Terdapat hadits Rasulullah yang mengisahkan bahwa rasulullah melafalkan niat pada saat beliau beribadah:
Diriwayatkan dari aisyah ummul mukminin Rha. Beliau berkata :
"Pada suatu hari Rasulullah Saw. Berkata kepadaku : "Wahai aisyah, apakah ada sesuatu yang dimakan? Aisyah Rha. Menjawab : "Wahai Rasulullah, tidak ada pada kami sesuatu pun". Mendengar itu rasulullah Saw. Bersabda : "Kalau begitu hari ini aku puasa". (HR. Muslim). didalmnya terdapat pelafalan niat puasa

Kejadian inilah yang membuktikan bahwa beliau pernah melafalkan niat dengan mengucap "kalau begitu hari ini aku puasa" ini sudah menjadi alasan bahwa melafalkan niat tidak boleh dilarang, karna rasul pernah melakukannya, dan mempermasalahkan hal yang boleh sehingga diharamkan adalah kejahatan beasar dalam islam sebagaimana hadits Bukhori.

Anas RA berkata:"Aku pernah mendengar rasulullah Saw. Melakukan talbiyah haji dan umrah bersama-sama sambil mengucapkan : Labbaikallahumma Hajjan wa umrotan ("Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melaksanakan haji dan umrah"). (HR. Bukhari Muslim).
ini melafalkan niat haji atau umroh

"Aku pernah shalat idul adha bersama Rasulullah Saw., maka ketika beliau hendak pulang dibawakanlah beliau seekor kambing lalu beliau menyembelihnya sambil berkata : "Dengan nama Allah, Allah maha besar, Ya Allah, inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat berkurban diantara ummatku" (HR Ahmad, Abu dawud dan turmudzi)  ini melafalkan niat dalam berqurban

2. Talaffudz (melafalkan) Niat yang dilakukan oleh para pengikut madzhab syafi'ie adalah diluar sholat, yaitu sebelum takbirotul ikhrom, jadi tidak bisa dihukumkan menambah-nambah dalam ibadah, karna pelaksanaannya diluar sholat, sesuai dengan kesepakatan para fuqoha' bahwa sholat dumulai dari takbirotul ihrom (takbir pengharaman), dan rukun sholat dilakukan didalam sholat bukan diluar sholat, dan mereka tidak menganggapnya sebagai hal yang harus atau wajib, hanya sekedar penegasan, jika tidak dilakukan, maka sholatnya tetap syah.

Lalu hukumnya apa??
Qaidah fikih mengatakan asal segala sesuatu adalah bolah, maka hukum talafudz niat adalh boleh atau mubah, kemudian sebagian ulama mengatakan sebagai hal yang sunnah, seperti kita tahu hal mubah bisa menjadi sunnah demikian pula dalam pelafalan niat ini, mengapa demikian??

1. Terdapat firman Allah yang berbunya :
Tidaklah seseorang itu mengucapkan suatu perkataan melainkan disisinya ada malaikat pencatat amal kebaikan dan amal kejelekan (Al-qaf : 18). dan  Kepada Allah jualah naiknya kalimat yang baik (Al-fathir : 10).

Melafalkan niat untuk sholat jika tidak diiringi dengan ria' atau pamer, tentu adalah suatu kebaikan yang akan dicatat oleh malaikat.

2. Berkata Ibnu hajar Al-haitsami dalam Tuhfatul Muhtaj II/12
"Dan disunnahkan melafadzkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan dapat menolong hati dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya walaupun (pendapat yang mewajibkan ini) adalah syaz yakni menyimpang. Kesunatan ini juga karena qiyas terhadap adanya pelafadzan dalam niat haji".

3. Berkata Imam ramli dalam Nihayatul Muhtaj Jilid I/437 :
"Dan disunnatkan melafadzkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan menolong hati dank arena pelafadzan itu dapat menjauhkan dari was-was dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya."

4. DR. Wahbah zuhaili dalam kitab Al-fiqhul islam I/767 :"Disunnatkan melafadzkan niat menurut jumhur selain madzab maliki."
Adapun menurut madzab maliki  diterangkan dalam kitab yang sama jilid I/214 bahwa : "Yang utama adalah tidak melafadzkan niat kecuali bagi orang-orang yang berpenyakit was-was, maka disunnatkan baginya agar hilang daripadanya keragu-raguan".

Intinya terkadan al-fakir tidak melafalkan niat, terkadang melafalkan, tetapi al-fakir tidak sependapat kepada yang mewajibkan atau yang melarang (menganggapnya bid'ah), Mewajibkan hal yang tidak wajib adalah bid'ah dan mengharamkan sesuatu yang halal (boleh) adalah kejahatan besar. Jika anda mantap untuk tidak melafalkan lebih baik lakukan yg anda yakini tanpa menghukumi haram (bid'ah), dan jika anda mantap melakukan niat tersebut maka lakukanlah tanpa berkeyakinan itu adalah harus atau wajib. Dapat difahami bahwa talaffudz hukumnya antara mubah dan sunnah, bisa menjadi makruh bila terlalu kencang dan mengganggu kekhusyu'an teman sebelahnya saat sholat.

Demikian sedikit pemaparan dari al-fakir ini, kiranya ada kesalahan hamba mohon ampunan kepadaMU ya Allah dan mohon maaf kepada pembaca sekalian, sekiranya ada benarnya sungguh itu datang dari Allah SWT. wallahu a'lamu bishowab.
--
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us

Sunday, June 28, 2009

Mengenal keagungan Rasulullah SAW Dari Mu'jizatnya.

Al-`Ibaru Bi Ba`di Mukjizat Khairil Basyar, oleh Syeh Nuruddin hal. 203-210

Pada suatu hari pada perang Uhud, Rasulullah SAW melemparkan segenggam krikil kepada orang musyrikin yang jumlahnya ribuan akan tetapi mu'jizat Rasulullah SAW, satu genggap kerikil ada ditangan Baginda SAW dilemparkan ke arah musyrikin dan tak satu orangpun dari pasukan musyrikin yang tidak terkena matanya oleh lemparan sang Nabi.

Bagaimana mungkin satu genggam kerikil yang diambil oleh baginda dengan satu lemparan bisa mengenai ribuan pasukan musuh dihadapan Rasulullah SAW, itulah salah satu mu'jizat baginda SAW yang terceritakan dalam al-qur'an "Wa maa ramaiti idz romaita" (Dan tidaklah engkau melempar ketika engkau melemparkan) yang mengandung syari'at, bahwasanya dzahirnya memang Rasulullah SAW yang melempar akan tetapi di nafyikan dengan kalimat "Maa" yang artinya "tidak" yang dinafyikan (ditiadakan) adalah hakikatul wusul yaitu makna hakikat dari melempar, dan kalimat "Walakinallaha roma" (akan tetapi Allah-lah yang melempar) itulah hakikat, bahwa sesungguhnya Allah-lah yang melemparkan kepada mereka walaupun terlihatnya Rasulullah yang melemparkan, akan tetapi hakikatnya Allah yang melemparkannya.

Akan tetapi pada perang uhud baginda tersebut dengan pasukannya mendapatkan kekalahan sampai baginda Nabi copot giginya, dengan satu kesalahan saja, ketidak taatan pasukan panah yang ada dibukit untuk tidak meninggalkan tempatnya, nemun mereka mengindahkan pesan baginda Rasulullah SAW, padahal pada saat itu pasukan islam hampir menang, tapi dari kesalahan itu walaupun Rasulullah masih ada, Para sahabat masih lengkap, namun terkalahkan karen satu kesalahan dari para pasukan panah yang mengindahkan perinta rasulullah, lalu berapa pesan rasulullah pada saat ini yang para kaum muslimin-muslimat indahkan?

Pada saat situasi terdesak, serangan musuh bertubi2 pada perang uhud, karna kesalahan 50 pasukan yang meninggalkan tempatnya dan berebut harta rampasan, rasulullah memerintahkan kepada Sayidina Sa'ad bin abi waqos RA untuk menghalau serangan musuh, pada saat itu terlihat pula mu'jizat Rasulullah SAW melalu anak panah yang dipergunakan oleh Sa'ad, betapa sayidina Sa'ad menyerang dengan gigih dengan anak panahnya yg dia ketahui hanya tinggal satu, namun anehnya anak panah sa'ad tidak pernah habis, dan seolah yang dilemparkan oleh beliau adalah anak panah yang sama yang kembali lagi pada tempatnya. inilah mungkin sesuai dengan perkataan "anfiq ma fil jaib ya'tika ma fil ghoib" (nafkahkan apa yang ada dalam sakumu, maka akan datang kepada kamu apa yang tidak ada padamu) selepas peristiwa itu beliau berkata "Panah ini adalah panah yang barakah" sampai panah dan anak panah itu diwariskan kepada putra-putra beliau.
---------------------
Soerang Arab Badui datang kepada Rasulullah SAW untuk mengikuti rasulullah SAW hijrah ke Madinah pada saat peristiwa khaibar, kemudian Rasulullah sedang membagi-bagikan harta Ghonimah kemudian sampailah pada orang yang baru memeluk islam dan baru hijrah tersebut, dan Rasulullah SAW memberikan bagiannya kepada Badui tersebut, namun sang badui tersebut berkata "Saya masuk islam dan hijrah ke Madinah bukan untuk mendapatkan harta ghonimah ya Rasulullah, bukan untuk ini sy ikut baginda, akan tetapi saya ikut baginda adalah saya ingin ikut berjuang dan berperang sampai saya terkena panah atau tombak dibagian tengkuk saya sini (Sambil menunjuk leher belakang tengkuknya) kemudian saya mati sahid dan masuk syurga ya Rasulallah" kemudiaan rasulullah bersabda: "Kalau engkau memang jujur terhadap ucapanmu maka Allah akan turuti kehendakmu" maka hamba tersebut ikut bergabung menyerang musuh, maka ternyata sang hamba tersebut benar-benar terkena panah pada bagian yang ditunjuk sebelumnya dan syahid, maka baginda Rasulullah SAW bersabda : Sungguh maha benar Allah maka Allah menjadikanya orang yang shiddik (Dikeluarkan oleh Hakim)

----------
Pada suatu Hari Rasulullah ingin membersihkan ka'bah dari berhala-berhala yang masih tersisa bersama sayidina Ali KW, kemudian Sayidina Ali diperintahkan untuk duduk untuk sebagai pijakan nabi naik dipundaknya agar nyanpai pada bagian yang agak tinggi untuk menghancurkan patung-patung yang terikat kuat di dinding ka'bah dengan rantai dan pasak-pasak, setelah Baginda SAW naik dipundak sayidina Ali, sayidina Ali tidak kuat untuk berdiri, kemudian Rasul turun dan gantian, Rasulullah yang duduk dan baginda Ali yang naik dipundak baginda Rasulullah, kemudia seperti tidak ada beban rasul berdiri dan baginda Ali menggapai semua patung-patung yang ada di dinding ka'bah sampai kesemuanya yang terdapat patung dari tembaga yg terikat dg rantai kemudian dengan mudah dilepaskan dan dilempar sehingga hancur, setelah peristiwa itu baginda Ali ditanya oleh para sahabat, bagaimana perasaan beliau saat berada dipundak rasulullah, beliau menjawab "Perasaan saya seandainya saya disuruh menggapai bulan maka akan teraihlah bulan oleh saya, tidak ada sesuatu yang tidak terjangkau ku raih saat itu, itulah perasaanku" (hanya tiga orang yang diberi kehormatan menaiki bahu rasulullah SAW yang lebar, yaitu baginda Ali dan dua putranya Hasan dan Husain cucu Rasulullah SAW). 
------------
Pada suatu hari dimalam hari terdapat seorang shohabat yang ingin mengaji dan menghafalkan al-qur'an atau suatu ayat surat dalam al-qur'an yang telah beliau hafal sebelumnya, akan tetapi pada malam itu beliau tidak bisa menghafalnya sama sekali hanya bisa mengucapkan bismillahirahmanirrahim saja itu terjadi dari beberapa sahabat rasulullah, lalu sahabt tersebut bertanya kepada rasulullah SAW, dan baginda menjawab bahwa ayat tersebut telah mansukh atau telah dihapus semalam.
------------
Suatu hari sayidina Amar ibn yasir pada saat itu Amar dibakar oleh orang-orang musyrik, maka Rasulullah SAW melewati sayidina Amar dan memasukan tangan beliau ke kepala amar kemudian bersabda "Wahai Api jadikalah engkau dingin dan menyelamatkan bagi Amar sebagaimana engkau lakukan kepada Nabi Ibrahim AS, engkau (Maksudnya Amar) akan di keroyok dan dibunuh oleh pasukan dholim nanti, dan ternyata beliau meninggal dari pihak sayidina Ali melawan Sayidina Muawiyah dari sinilah ulama' berpendapat bahwa pertempuran antara Sayidina Ali dan Muawiyah yang lebih benar adalah di pihak Ali KW, Namun hasil penyerangan sayidina Muawiyah pun juga didasarkan pada ijtihad nadzar, maka walaupun salah pun akan mendapatkan pahala disisi Allah, maka sayidina Ali berkata "Pasukanku dan pasukan Muawiyah yang terbunuh dan yang membunuh akan masuk syurga". wallahu a'lamu bishowab.
-----------
Api tidak akan menyentuh sesuatu yang menyentuh wajah Rasulullah SAW(par nabi).
Pada suatu hari Anas ibnu Malik RA. berkata kepada pelayan wanitanya (jariah) : "wahai pelayan tolong hidangkanlah makanannya secepatnya, kita akan makan bersama" setelah makanan sudah siap kemudian ditanyakan kepada jariah "Mana sapu tangannya (lap/kacu/handuk, nya)..??", kemudian jariah tersebut datang dengan sapu tangan yang kotor sekali, kemudian sesampainya dihadapan Anas bin Malik beliau berkata "Bawa lap ini masukan dalam api..?" karna disuruh tuannya maka lap itu dimasukkan dedalam api tersebut, sekejap kemudian lap itu ditarik kembali, dan ternyata menjadi bersih dan hilanglah kotoran-kotorannya sama sekali. kemudian Anas bin malik bertanya : "Apa itu??" jariyah itu menjawab :"ini adalah sapu tangan rasulullah yang biasa dipakai untuk mengusap wajah beliau. maka jika sapu tangan itu kotor, maka kami akan lakukan hal yang demikian, karna kami tahu bahwa api tidak akan menyentuk sesuatu yang telah tersentuh oleh wajah para nabi. Wallahu a'lam bishowab.

Dan masih banyak mu'jizat Rasulullah SAW yang bisa kita jadikan ibroh, kecintaan kita kpd beliau SAW.
Jika ingin mendownload dan mendengarkan sendiri silahkan klik dan download Mu'jizat Api menjadi Dingin


--ditulis oleh Komarudin Evendi-- Allahumma Solli Ala Sayyidina Muhammad SAW. Shollu Ala nabiyy
Your Best Regard
www.rindurosul.wordpress.com
http://www.rumahvendi.phpnet.us