Monday, November 26, 2007

Taubat Paku

Taubat Paku(Cerpen)

Malam itu pukul 2 dini hari, "Bruk..." suara pintu dibuka dengan kasar,"siapa ya?" tanya pak Udin dari dalam kamarnya seperti biasa pada jam itu dia melakukan sholat malam, "Aku Badri pak.." sahut pemuda 25 tahun baru datang yang tak lain adalah anaknya sendiri, sambil sempoyongan mabuk Badri masuk ke kamarnya hendak tidur, pak Udin keluar dari kamarnya dan melihat anaknya yang sedang mabuk segera menegurnya "kamu mabuk lagi nak..? kapan kamu berhenti seperti ini nak, kasihanilah bapak yang udah tua ini.. taubatlah nak hentikan perbuatanmu yang melanggar agama ini nak, takutlah pada Allah! toh hidup di dunia ini tak lama, akhirat nanti tempat yang kekal untuk kita hidup, bahagia atau tidaknya kita nanti di Akhirat tergantung amalan kita di dunia ini nak" nasehat ayahnya yang tak bosan-bosannya mendoakan anaknya dengan sabar.

"Ah bapak ni gak tahu pergaulan zaman sekarang ya? udahlah bapak udah tua emang mestinya rajin ibadah, aku kan masih muda ya semestinya gaul ama temen-temen, bisa dikata bencong kalau aku diam di rumah kayak bapak.. udahlah pak toh Badri gak minta duit dari bapak, Badri ngantuk, capek, Badri mau tidur" bantah badri sok tau sambil mulai melemparkan tubuhnya di atas kasur tempat tidurnya. "Sadarlah nak.. tidak memandang tua atau muda, tapi umur kita tidak ada yang tahu nak, siapapun bisa meninggal kapan saja dan di mana saja, Bapak khawatirkan kamu nak selain bapak nanti di tanya atas titipan bapak, engakupun nantinya bertanggung jawab atas semua perbuatanmu nak" lanjut pak udin mengingatkan anaknya sambil menengok berjalan ke kamar Badri, Badri pun terlihat cuek dan mulai memejamkan matanya entah terdengar atau tidak nasehat Udin, tapi orang tua 65 tahun itu mulai menghentikan omongannya karna melihat anaknya sepertinya telah lelap tidur.

Pak Udin terlihat kecewa dan letih melihat anaknya, air mata mulai keluar basahi pipinya yang mulai kerut, dia kembali ke kamarnya dan melanjutkan sholatnya, tak henti-henti pak udin menangis dan mendoakan anaknya agar sadar disamping dia menasehati sesekali kalau Badri pulang ke rumah, karna Badri memang jarang pulang ke rumah, terlihat dalam kamar pak Udin ratusan paku telah ditancapkan, setiap kali Badri berbuat maksiat yang melanggar agama seperti mabuk, judi, mencuri, main perempuan dll dia selalu menancapkan satu paku untuk satu maksiat yang diperbuat Badri.Suatu saat Badri ingin mendengarkan radio, biasanya radio itu berada di ruang tamu tapi jika tidak ada berarti ayahnya mengambilnya ke dalam kamar, di carinya radio itu ke dalam kamar ayahnya, tiba-tiba Badri tercengang keheranan pasalanya dia telah lama sekali tidak masuk kamar ayahnya tapi di dapatinya kamar itu penuh dengan paku yang di tancapkan di dinding sekeliling kamanr dan sampai atap kamar penuh dengan paku, Badri keheranan dan bertanya dalam hatinya "apa maksud ayahku menancapkan paku2 itu semua?" didapatinya radio deket tempat tidur ayahnya, dan diambilnya.

Tak lama kemudian ayahnya pulang dari kebun setelah mencuci tangan dan kakinya pak Udin masuk ke dalam rumah didapatinya Badri yang sedang asyik menikmati musik sambil melahap semangkuk indomi yang hampir habis, "Bapak sebentar pak Badri mau tanya" sapa Badri sambil menghabiskan indomi di mangkuknya. "Ada apa Nak" sahut Udin dengan tenang dan penuh kesabaran."Badri tadi masuk kamar bapak mau ambil radio, Badri lihat di kamar Bapak kok penuh dengan paku yang di tancepin di seluruh kamar, apa maksudnya?" tanya Badri dengan penasaran. "Ooo itu nak" jawab Udin mulai menjelaskan sambil mengambil salah satu bangku dan duduk diatasnya,"jadi bapak menancapkan paku-paku itu setiap kali bapak melihat atau mendengar kamu berbuat maksiat nak, bapak takut kepada Allah, dan selalu memohon agar engakau diberi hidayah, setiap kali bapak melihat seluruh paku-paku itu pada sholat malam, bapak gak bisa bayangkan tanggungan bapak nanti di hadapan Allah, tapi tat kala kamu berbuat baik bapakpun mencabut satu untuk satu kebaikan yang kamu lakukan nak" jelas pak Udin singkat sambil matanya berkaca-kaca, Badri diam tercengang dan berfikir dalam-dalam kemudian dia kembali lari melihat kamar ayahnya yang penuh dengan paku tadi, dia mulai menyadari betapa banyak maksiat yang telah dia lakukan.

"Maafkan Badri pak" sahutnya lirih didepan pintu kamar ayahnya sambil melihat ribuan paku yang menancap di dinding sampai atap kamar pak Udin, "aku telah memaafkanmu sebelum kamu minta maaf, tapi yang ku pikirkan adalah bagai mana pertanggung jawabanku dan kamu sendiri nanti di hadapan Allah jika kamu tidak menghentikan perbuatanmu, sekarang masih ada kesempatan nak mumpung ayah masih hidup, bertaubatlah semoga Allah mengampuni dosa kita" Pak udin kembali menasehati, "akan Badri coba pak" sahut Badri lirih.

"Alhamdulillahirobbil alamin ya Allah yang memberikan hidayah, bimbing anak hamba ke jalanMu, Ampuni semua salahnya"sambil mengangkat kedua tangannya keatas dan air matapun keluar dari kedua kelopak matanya teriring rasa haru mendengar niat taubat anaknya satu-satunya.Mulailah hari itu Badri berangkat ke masjid berselang beberapa saat setelah ayahnya sampai di masjid terlebih dahulu, Badri terlihat malu-malu dengan pakaian seperti bermain tapi akhirnya dia mampir ke Masjid setiap kali sholat, karna rasa malunya dia jarang sholat di masjid tempat daerahnya dia pergi seperti bermain tapi kemudian singgah di sebuah masjid yang agak jauh dari rumahnya, dengan demikian tak seorangpun tahu bahwa dia mulai berubah, di masjid tersebut dia mulai belajar mengaji dan beribadah, tapi ayahnya mengetahui akan hal itu karna kebetulan guru ngaji tempat Badri belajar adalah sahabat Pak Udin yang melaporkan setiap Badri berjamaah dan mengaji di sana, namun pak Udin berpura2 tidak mengetahuinya sambil mencabut satu demi satu paku yang di tancapkan di dalam kamarnya.

Tanpa terasapun seperti jalanja Air mengalir sesekali Badri terlihat sholat sunnah malam di rumahnya, Pak Udin pun membiarkan, dan terkadang Badri bertanya tentang Agama kepada ayahnya. Al-Hasil Badri pun berubah 180 derata menjadi pemuda yang rajin ibadah sampai akhirnya seluruh paku yang tertancap di seluruh kamar pak Udin tercabut semuat tanpa sisa, namun Badri terlihat semakin Khusu' dan tak henti2nya menangis setiap malam saat Sholat Tahajud, "Nak aku bersyukur engkau telah berubah dan bertaubat, insya Allah, Allah mengampuni dosa kita, kebaikan yang engkau lakukan lebih banyak dari maksiat yang kau lakukan dulu, terlihat paku yang ku tancapkan telah habis tercabut semoga Allah mengampuni dosamu nak.." hibur pak Udin kepada anaknya,"memang benar paku itu telah tercabut bersih tak tersisa satupun tapi bekas tancapan paku itu tak pernah hilang, kalaulah Allah tidak merahmati aku niscaya Aku adalah orang yang dholim pak" sambil tersedu-sedu Badri menyesali perbuatannya sambil di ciumnya tangan ayahnya, Pak Udin pun mengelus-elus kepala anaknya dengan penuh haru dan sayang,"Kamu bernar nak jangan pernah berhenti mengharap Rahmat Allah, dan jangan pernah merasa telah banyak berbuat baik atau ibadah karna sebanyak apapun kebaikan kita sampai kita tidak mampu membawanya tak ada apa-apanya di bandingkan satu rahmat Allah yang di berikan kepada kita"

(wallahua'lam bishowab.fiksi by: Pujakesula)

Friday, November 23, 2007

AWAL DAN AKHIR

Di awali oleh Yang Maha Awal, karna awalnya tidak ada,kemudian diadakan lantaran kedua orang tuanya yang ada lebih dahulu sebelum dia,orang tuanyapun awalnya tidak ada seperti dia,kecuali nabi Adam dan Hawa awalnya berbeda, diciptakan langsung oleh Pencipta alam semesta.Kemudian dia lahir dan menangis, berbicara dan berdebat lalu berserapah,makan kemudian tumbuh besar kuat dan menindas,belajar dan berusaha lalu berpengetahuan kemudian berkuasa selanjutny berwenang,Hidup senang dan befoya-foya semaunya,kemudian terlena dan lupa bahwa nantinya akan kembali tiada,setelah itu dibangkitkan kembali dan ditanya,lupa jawabannya dan disiksa di neraka,Itu semua kehidupan fana bagi semua yang terlena akan sia-sia.Awalnya sama dengan yang pertama, tapi kemudian yang berbeda hanyalah ingatanya,ingat bahwa akhirnya nanti dia akan tiada kemudian dibangkitkan dan ditanya,ingat akan jawabannya karna selama hidupnya dia tunduk pada penciptanya.Yang Maha Adapun mengakhiri kisahnyadengan memasukannya kedalam syurgaNYAKekal abadi selama-lamanyaWallahua'lam Bi showab (endyen)

Thursday, November 22, 2007

Membaca Rahasia Air

Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al Anbiya:30)

Di Jepang, Dr. Masaru Em oto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu
didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di depan botol air tadi.
Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan
huruf Jepang, "Arigato". Kristal membentuk dengan keindahan yang sama.
Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik
Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal
diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan sebotol air,
kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah. Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan, dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air.
Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan
ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit.
Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti,
tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya,
lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air.
Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap
hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak  yang meminumnya saleh,
sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan
berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah.
Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila
air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah
semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.

Rasulullah saw. bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan
melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang,
dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.
Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan
pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak
bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.

Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam,  daya
penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam
adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali
sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan.
Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar.
Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek.
Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian
kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

adopted from: INAFE 2006 dari millis Daaruttauhid

 

Jadi teringat pesen guru untuk mendawamkan wudhu agar selalu suci, bosku kerja dulu bilang kalau kita berburuk sangka sama orang juga atau ada yang buruk sangka sama kita, atau kita ketemu orang jahat maka molekul air yang ada di tubuh kita dan orang tersebut menjadi keruh, akhirnya bawanya panas tapi kalau ketemu dengan orang yang baik dan saling sayang hawanya adem dan sejuk.(wallahu a'lam)

 

bis juga di lihat di www.endyenblogs.multiply.com



Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage.

Wednesday, November 21, 2007

Renungan Buat Calon pengantin

Karena   Saya  Manusia  Biasa

 

Sekedar untuk bahan renungan... apakah kita sudah menjalaninya ??.. Ceritanya simple tp menarik.. Mudah2an berguna...

 

 

Mengapa...??

Karena Dia Manusia Biasa...!!

 

by Ugik Madyo

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan

 

pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu?

Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga

jawaban duniawi (cakep atau tajir :D manusiawi lah :P). Tapi ada satu

jawaban yang sangat berkesan di hati saya. Hingga detik ini saya masih

ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru

saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya

berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya

dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak

akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Dia bukanlah

akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang

sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki

membuat dirinya sulit untuk membuka diri . Ketika dia memberitahu akan

menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal

sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya

tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal

pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya

selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli.

Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.

Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa.

Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang

sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa

membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya

untuk meminta pendapat tentang beberapa hal.

Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan

pernikahannya. That's all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya

memutuskan untuk menginap dirumahnya.

Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua. Hiruk pikuk

persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal

rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga

kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga

ingin bercerita banyak pada saya.

Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.

"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya

paham kondisinya saat ini.

"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."

"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu

kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik.

Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara

banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya

terlihat jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang

menerangi kamar saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah

pertanyaan yang selama ini saya pendam.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari

tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci

meja riasnya.

Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya.

Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada

saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop

surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya

memandangnya tak mengerti.

Eeh, dianya malah ngikik geli.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4,

saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat

diatas dideretan paling atas.

"Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan

senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai

membacanya.

Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi

surat itu.

Kepada YTH

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan

calon kakak buat adik-adik saya

Di tempat

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini

hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya

mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama ...... menginginkan anda ......

untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia

biasa. Saat ini saya punya pekerjaan.

Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi

yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi

kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah.

Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti,

saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan

dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak

kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk

mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan

kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.

Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan

merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita

nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan

jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami

dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak

tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali,

dan saya semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya

menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya

tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin

menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya

kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho

dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali

ini saya membaca surat 'lamaran'

yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis.

Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga.

Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D. Saya menatap sahabat

disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia."

"Karena dia manusia biasa ." Dia menjawab mantap. "Dia sadar bahwa dia

manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku

tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa.

Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari.

Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih

ada. Iya kan ? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau

suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha."

"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum

tidur. Terdiam kita memasang telinga.

Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling

berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. "Udah

tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama." Kita kembali

rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih

terngiang terus ditelinga saya.

"Gik..."

"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia

tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah,

kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.

Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang

mengatur segala kehidupannya.

Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak

ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan

berapa lama pernikahnnya kelak . Lalu menjadikan proses menuju pernikahan

bukanlah sebagai beban tapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila

proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan 'nama'.

Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan.

Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan

yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan

untuk ibadah .

Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua

menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.

Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu

menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah.

Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua

yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses.

Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar

cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan

yang suci. Witing tresno jalaran garwo(sigaraning nyowo), kalau

diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan

jiwa).

Cinta paling halal dan suci . Cinta dua manusia biasa, yang berusaha

menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Salam

 



Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

Musafir

Angin sepoi-sepoi menerpa lautan pasir
Membuatnya bahagia dan berterbangan bak pesta
Matahari terik meramu dalam panasnya padang gurun
Musafir berjalan menggendong buntalan di punggungnya
Lusuh, letih, lapar terseok

Sejenak terhenti langkahnya
Dimana tuanku..?
Kemana kuayunkan langkah ini..?
Atau biarkan saja dia mematung di tempat ini
Mungkin sebentar lagi roboh tak berdaya
Perutmu di hajar oleh rasa lapar yang melilit