Wednesday, November 21, 2007

Renungan Buat Calon pengantin

Karena   Saya  Manusia  Biasa

 

Sekedar untuk bahan renungan... apakah kita sudah menjalaninya ??.. Ceritanya simple tp menarik.. Mudah2an berguna...

 

 

Mengapa...??

Karena Dia Manusia Biasa...!!

 

by Ugik Madyo

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan

 

pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu?

Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga

jawaban duniawi (cakep atau tajir :D manusiawi lah :P). Tapi ada satu

jawaban yang sangat berkesan di hati saya. Hingga detik ini saya masih

ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru

saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya

berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya

dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak

akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Dia bukanlah

akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang

sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki

membuat dirinya sulit untuk membuka diri . Ketika dia memberitahu akan

menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal

sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya

tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal

pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya

selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli.

Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.

Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa.

Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang

sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa

membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya

untuk meminta pendapat tentang beberapa hal.

Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan

pernikahannya. That's all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya

memutuskan untuk menginap dirumahnya.

Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua. Hiruk pikuk

persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal

rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga

kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga

ingin bercerita banyak pada saya.

Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.

"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya

paham kondisinya saat ini.

"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."

"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu

kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik.

Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara

banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya

terlihat jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang

menerangi kamar saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah

pertanyaan yang selama ini saya pendam.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari

tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci

meja riasnya.

Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya.

Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada

saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop

surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya

memandangnya tak mengerti.

Eeh, dianya malah ngikik geli.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4,

saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat

diatas dideretan paling atas.

"Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan

senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai

membacanya.

Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi

surat itu.

Kepada YTH

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan

calon kakak buat adik-adik saya

Di tempat

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini

hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya

mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama ...... menginginkan anda ......

untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia

biasa. Saat ini saya punya pekerjaan.

Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi

yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi

kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah.

Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti,

saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan

dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak

kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk

mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan

kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.

Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan

merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita

nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan

jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami

dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak

tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali,

dan saya semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya

menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya

tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin

menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya

kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho

dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali

ini saya membaca surat 'lamaran'

yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis.

Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga.

Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D. Saya menatap sahabat

disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia."

"Karena dia manusia biasa ." Dia menjawab mantap. "Dia sadar bahwa dia

manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku

tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa.

Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari.

Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih

ada. Iya kan ? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau

suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha."

"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum

tidur. Terdiam kita memasang telinga.

Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling

berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. "Udah

tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama." Kita kembali

rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih

terngiang terus ditelinga saya.

"Gik..."

"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia

tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah,

kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.

Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang

mengatur segala kehidupannya.

Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak

ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan

berapa lama pernikahnnya kelak . Lalu menjadikan proses menuju pernikahan

bukanlah sebagai beban tapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila

proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan 'nama'.

Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan.

Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan

yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan

untuk ibadah .

Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua

menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.

Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu

menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah.

Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua

yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses.

Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar

cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan

yang suci. Witing tresno jalaran garwo(sigaraning nyowo), kalau

diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan

jiwa).

Cinta paling halal dan suci . Cinta dua manusia biasa, yang berusaha

menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Salam

 



Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

No comments: