tag:blogger.com,1999:blog-40762244993932804522024-02-18T21:28:08.186-08:00Taman HikmahSelamat Datang di Taman hikmah ini, yang berisi berbagai hikmah dari berbagai sumber. Semoga anda dapat memetik sekuntum hikmah darinya.Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.comBlogger259125tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-91457753957284454782009-07-03T12:21:00.001-07:002009-07-03T12:21:08.578-07:00Jangan meminta yang bukan hakmu<div dir="ltr"><p>Mungkin tak pernah lagi dapat dipahami. Oleh siapapun. Siapapun yang masih mempunyai syahwat terhadap lezatnya dunia. Dunia yang penuh dengan tipuan. Terkadang menyesatkan orang-orang yang lemah. Lemah hubungan dan kecintaannya terhadap Allah Azza Wa Jalla. Tapi, kisah ini pernah terjadi di dalam episode sejarah Islam, yang menyebabkan umatnya mendapatkan kemuliaan, dan ketenteraman. Dalam kurun waktu yang sangat singkat.</p> <p>Suatu hari, Ummu Amr bin Marwan, dikenal wanita sangat manja dikalangan para Khalifah dan pembesar Dinasti Marwan. Tetapi, ia seorang yang sangat dihormati dan disayangi oleh keponakannya, Umar bin Abdul Aziz.</p> <p>Ketika seluruh hak-hak istimewa (privilieges) Daulah Bani Umaiyah dicabut, maka dicabut pula hak-hak istimewa yang dimiliki wanita itu. Maka, wanita itu menemui Umar … yang saat itu sedang makan malam. Wanita itu mengucapkan salam, lalu duduk. .. Matanya terbelalak melihat pemandangan yang hampir tidak dapat dipercayai oleh kedua matanya. ..</p> <p>Apa yang dimakan oleh Umar bin Abdul Aziz, tiada lain beberapa potong roti basi dan semangkok kuah.</p> <p>Bumi bagaikan terbalik dalam pandangan wanita itu ..<br> Inikah Umar yang dahulu bergelimang kemewahan ..?<br> Hanya itukah yang menjadi makanannya …?</p> <p>Wanita itu, yang tak lainnya adalah bibinya sendiri, tak dapat menguasai dirinya lagi, ia pun menangis di depan Umar, seraya berkata : "Aku datang kemari karena ada keperluan kepadamu .. Tetapi, aku tidak akan menyampaikan hal itu sebelum memulai dengan dirimu terlebih dahulu!". "Apa yang ingin bibi lakukan?", tanya Umar. "Dapatkah kamu mengambil makanan yang lebih dari pada ini?", tanya bibinya. "Tapi … aku memang tidak punya apapun selain ini, bibi. Kalau ada, tentulah aku akan mengambilnya!", ujar Umar.</p> <p>"Pamanmu, Abdul Malik bin Marwan telah memberikan semua harta yang kubutuhkan. Kakakmu, Walid malahan menambahnya … demikian pula dengan halnya Sulaiman. Kemudian kekuasaan berpindah ke tanganmu, lalu kamu memutuskan bantuan itu ..!".</p> <p>"Bibi, pamanku, Abdul Malik dan kedua saudaraku, Walid dan Sulaiman telah memberikan harta kekayaan kaum muslimin sebagai bantuan kepada bibi. Sedangkan itu semua bukanlah milikku. Akan tetapi kalau bibi mau, aku dapat memberikan harta milikku sendiri!", ujar Umar.</p> <p>"Berapa banyak kekayaan yang kamu miliki hai Amirul Mukminin?", tanya bibinya. "Gajiku .. dua ratus dinar setahun, ambillah!", sahut Umar. "Cukup apa uang sekecil itu bagiku?", ujar wanita itu, serta dengan nada yang jengkel.</p> <p>Wanita itu pun pulanglah dengan hati kecewa, karena selama ini, para Khalifah Bani Marwn selalu memberinya segala apa yang dimintanya, serta memenuhi segala keinginannya … !".<br> Masih dapatkah orang mengharapkan apa yang bukan menjadi miliknya ..?</p> <p>Tidak .. Api keikhlasannya telah membakar hangus segala bentuk ketamakan dunia. Keikhlasannya telah memagari dirinya dari segala bentuk godaan dan penyelewengan. Sebagaimana ia menjadi benteng yang tangguh yang melindungi dirinya dari segala macam ancaman manusia.</p> <p>Suatu ketika, datanglah orang-orang dekatnya dan menanyakan : "Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau tidak takut terhadap tindakan yang diakibatkannya?", Tanya sahabatnya itu. Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, tiba-tiba laki-laki yang lemah lembut, santun dan tiada henti-hentinya menangis itu .. , tiba-tiba wajahnya menjadi merah. Ia bangkit seperti singa, dan suaranya menggeletar keras :</p> <p>"Apakah kalian menyuruh diri saya takut pada selain hari kiamat .. ? Semua bentuk ketakutan selain hari kiamat, sama sekali tidak ada artinya bagiku …!". Itulah Umar bin Abdul Aziz.</p> <p>Keikhlasannya itu telah melenyapkan segala rintangan yang tidak mungkin dilenyapkan oleh siapapun juga. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan oleh para khalifah keluarga Bani Umaiyah selama ini, kebobrokan yang merajalela, baik politik, ekonomi dan social, semuannya luluh dibawah kebesaran jiwa yang ikhlas dari umar.</p> <p>Maka, Umar selalu mengucapkan do'a yang tidak pernah putus-putus, yang menjadi tali pengikat dalam kehidupannya, selama menjadi Khalifah adalah :</p> <p>"Ya Alah, jadikanlah aku rela dengan keputusan-Mu. Berkahilah aku dengan takdir-Mu, sehingga aku tidak akan suka memajukan sesuatu yang Engkau undurkan, dan mengundurkan apa yang Engkau majukan". Wallahu 'alam.</p>Sumber <a href="http://www.eramuslim.com/syariah/bercermin-salaf/jangan-meminta-yang-bukan-hakmu.htm">Era Muslim</a><br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com">www.rindurosul.wordpress.com</a><br> <a href="http://www.rumahvendi.phpnet.us">http://www.rumahvendi.phpnet.us</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-70840926312248724662009-06-29T15:12:00.001-07:002009-06-29T15:12:24.602-07:00Risalah Niat Dalam Ibadah<div dir="ltr"><div>Niat adalah merupakan hal yang penting pada setiap pekerjaan kita, berangkat dari hadits Baginda Rasulullah SAW :<br><br></div><font size="4"><b>انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله ، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امراة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه</b></font><br clear="all"><br>"Sesungguhnya segala amalan itu dengan niat, dan segala sesuatu tidak ada artinya tanpa adanya niat, maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya untuk urusan dunia yang akan didapatkannya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya pada sesuatu yang diniatkan kepadanya" (HR. Bukhori)<br> <br>Dari hadits diatas inilah para ulama fikih mengharuskan atau menjadikan niat sebagai hal yang harus pada setiap pekerjaan atau ibadah yang kita lakukan sehari-hari, bahkan pada pekerjaan mubah pun bisa bernilai sunnah jika diniatkan untuk mengikuti Rasulullah SAW, akan tetapi niat berbuat jahat tidak akan ditulis sebagai kejahatan sampai niat tersebut dilaksanakan, sementara niat kebaikan akan dicatat satu amalan kebaikan walaupun belum dilakukan walaupun baru berniat saja, demikian indahnya kemurahan Allah SWT yang maha Pemurah.<br> <br>Terdapat sejumlah pemahaman dalam hal ini, salah satunya menggampangkan suatu pemahaman dengan mengatakan "jika kita sudah wudu sudah berangkat ke masjid ya berarti kita sudah punya niat untuk sholat", hal seperti ini bisa benar bisa juga salah, karena jika kita teliti anak sekolah bangun pagi mandi berangkat sekolah, sesampai di sekolah gurunya tidak masuk, dan dia tidak dapat pelajaran apapa, namun dia merasa bahagia karna dia bisa bermain dengan puas, padahal kita tahu tujuan para anak sekolah itu untuk belajar, mengapa mereka senang tidak dapat pelajaran, jawabannya karna niatnya sudah keliru, niatnya tidak terhujam dalam hatinya, bahkan mereka tidak tahu mengapa mereka berangkat sekolah, untuk taat kepada orang tua saja, atau untuk mencari teman, atau untuk mencari ilmu atau yang lainnya?.<br> <br>Demikian pula esensi sholat, puasa, zakat, Haji dll, ketika seseorang berangkat ke masjid mengikuti orang tua mereka, dari kecil merupakan kebiasaan, maka mereka lama kelamaan akan kehilangan makna dari pekerjaan yang dia lakukan setiap hari, bahkan jika anda perhatikan gerakan sholat di Saudi Arabia yang dilakukan oleh para pemuda langsung saja takbir, seolah mereka tidak tahu bahwa itu adalah Sholat percakapan kepada Allah, mereka bergerak semaunya sendiri, bahkan saat sholat dan Hp-nya berdering maka dia akan melihat Hp dan kemudian membaca sms, atau bahkan ada yang merekam bacaan sholat imam dengan Hp-nya saat dia melaksanakan sholat. <br> <br>Sadarkah mereka bahwa mereka sedang berhadapan dengan Tuhannya Allah SWT, jika mereka sadar dengan niatnya seharusnya kekhusyu'an akan terlahir, mengapa mereka dapat bergerak bebas membetulkan pakaian, sorban dll, tanpa berhenti dari mulai takbir sampai salam, walaupun tidak semua tetapi begitu banyak yang melakukan hal tersebut. Itulah mengapa Rasulullah menegaskan masalah niat ini, jika melakukan sesuatu bersiap ibada atau beramal sudah pasti berniat, buat apa rasulullah mengaskan hakikat niat orang hijrah mengikuti rasulullah dzahirnya yang padahal mereka ada tujuan lain. Berhaji ke makkah ada juga yang hanya bertujuan ingin melihat makkah, rekreasi dll, inilah pentingnya niat yang menghujam dalam sanubari.<br> <br>Telah disepakati bersama oleh para ulama, bahwasanya niat yang dimaksud dalam hadits di atas yang segala sesuatu tidak ada arti tanpanya adalah niat yang ada dalam hati manusia, kemudia pada setiap pekerjaan ibadah terdapat perselisihan ulama' dalam mentapkan posisi niat, sebagai syarat suatu pekerjaankah? atau rukun suatu ibadah?<br><br>Rukun adalah suatu pekerjaan yang wajib dipenuhi dalam suatu ibadah yang pekerjaan itu berkaitan atau merupakan komponen dari ibadah tersebut, bukan setelah atau sebelum, atau dengan kata lain Rukun adalah kewajiban yang harus dikerjakan karna pekerjaan itu termasuk dari ibadah tersebut, jika tidak dikerjakan maka tidak syah ibadahnya.<br> <br>Syarat adalah suatu pekerjaan yang wajib dipenuhi akan tetapi tidak termasuk dalam pekerjaan (ibadah yg dilakukan) dia merupakan hal yang terpisah, hal lain yang harus dipenuhi.<br><br>Pendapat Syafi'ie mengatakan bahwa niat adalah Rukun, jadi niat dalam hati itu adalah hal yang harus dilakukan didalam ibadah bukan di luarnya (sebelum atau sesudahnya), misalnya sholat, sholat adalah perkataan dan perbuatan yg khusus yang diawalai dg takbir dan diakhiri dengan salam, maka madzhab syafi'ie menetapkan niat sebagai rukun, dan niat dalam hati dilakukan saat bersamaan dengan takbirotul ihrom dalam sholat didalam kalimat Allahu akbar. dimulai dari huruf hamzah dan di akhiri dg huruf Ra, saat itulah niat dimasukkan dlm hati. tidak bisa dilakukan sebelumnya karna niat adalah rukun.<br> <br>Dalam Kitab al-mugni diterangkan yang dibutuhkan dalam niat adalah "pekerjaan dan penentuan" misalnya sy niat "Sholat dzuhur" sholat adalah pekerjaan, dzuhur adalah penetapannya. sementara penetapan Fardu atau sunnatan terdapat khilafiyah, dan ibn qodamah memilih tidak memerlukannya. yang diperlukan cukup "saya niat sholat isya" (misalnya).<br> <br><font size="4"><u><b>Talaffudz Bi Niat (Melafalkan Niat)</b></u></font><br><br>Dalam melafalkan niat Ibnu Qodamah dalam al-mugni mengatakan bahwa itu hanyalah untuk menguatkan atau penegasan. Namun terdapat ulama yang mengatakan sebagai bid'ah, karna hal itu tidak diperbuat oleh Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan oleh ibnu qoyyim.<br> <br><b>Apakah hukumnya Wajib??</b><br>Kita tidak bisa menghukuminya sebagai suatu kewajiban, dengan alasan hal itu tidak dilakukan rasulullah pada setiap ibadah beliau, maka tidak bisa dikatakan hal itu adalah wajib.<br><br> <b>Apakah hukumnya Bid'ah? atau haram dan terlarang??</b><br>Hal ini juga tidak bisa kita lakukan karena beberapa alasan :<br>1. Terdapat hadits Rasulullah yang mengisahkan bahwa rasulullah melafalkan niat pada saat beliau beribadah:<br> <strong style="font-weight: normal;">Diriwayatkan dari aisyah ummul mukminin Rha. Beliau berkata :</strong> <div><i><strong>"Pada suatu hari Rasulullah Saw. Berkata kepadaku : "Wahai aisyah, apakah ada sesuatu yang dimakan? Aisyah Rha. Menjawab : "Wahai Rasulullah, tidak ada pada kami sesuatu pun". Mendengar itu rasulullah Saw. Bersabda : "Kalau begitu hari ini aku puasa". (HR. Muslim). </strong></i><strong style="font-weight: normal;">didalmnya terdapat pelafalan niat puasa</strong><i><strong><br><br></strong></i></div>Kejadian inilah yang membuktikan bahwa beliau pernah melafalkan niat dengan mengucap <b>"kalau begitu hari ini aku puasa"</b> ini sudah menjadi alasan bahwa melafalkan niat tidak boleh dilarang, karna rasul pernah melakukannya, dan mempermasalahkan hal yang boleh sehingga diharamkan adalah kejahatan beasar dalam islam sebagaimana hadits Bukhori.<br> <strong><br><i>Anas RA berkata:"Aku pernah mendengar rasulullah Saw. Melakukan talbiyah haji dan umrah bersama-sama sambil mengucapkan : Labbaikallahumma Hajjan wa umrotan ("Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melaksanakan haji dan umrah"). (HR. Bukhari Muslim).</i></strong> ini melafalkan niat haji atau umroh<br><br><i><strong>"Aku pernah shalat idul adha bersama Rasulullah Saw., maka ketika beliau hendak pulang dibawakanlah beliau seekor kambing lalu beliau menyembelihnya sambil berkata : "Dengan nama Allah, Allah maha besar, Ya Allah, inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat berkurban diantara ummatku" (HR Ahmad, Abu dawud dan turmudzi) </strong></i>ini melafalkan niat dalam berqurban<br><br>2. Talaffudz (melafalkan) Niat yang dilakukan oleh para pengikut madzhab syafi'ie adalah diluar sholat, yaitu sebelum takbirotul ikhrom, jadi tidak bisa dihukumkan menambah-nambah dalam ibadah, karna pelaksanaannya diluar sholat, sesuai dengan kesepakatan para fuqoha' bahwa sholat dumulai dari takbirotul ihrom (takbir pengharaman), dan rukun sholat dilakukan didalam sholat bukan diluar sholat, dan mereka tidak menganggapnya sebagai hal yang harus atau wajib, hanya sekedar penegasan, jika tidak dilakukan, maka sholatnya tetap syah.<br> <br><b>Lalu hukumnya apa??</b><br>Qaidah fikih mengatakan asal segala sesuatu adalah bolah, maka hukum talafudz niat adalh boleh atau mubah, kemudian sebagian ulama mengatakan sebagai hal yang sunnah, seperti kita tahu hal mubah bisa menjadi sunnah demikian pula dalam pelafalan niat ini, mengapa demikian??<br> <br>1. Terdapat firman Allah yang berbunya :<br><strong><em>Tidaklah seseorang itu mengucapkan suatu perkataan melainkan disisinya ada malaikat pencatat amal kebaikan dan amal kejelekan (Al-qaf : 18). dan Kepada Allah jualah naiknya kalimat yang baik (Al-fathir : 10).</em></strong><br> <br>Melafalkan niat untuk sholat jika tidak diiringi dengan ria' atau pamer, tentu adalah suatu kebaikan yang akan dicatat oleh malaikat.<br><br>2. Berkata Ibnu hajar Al-haitsami dalam Tuhfatul Muhtaj II/12<br>"Dan disunnahkan melafadzkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan dapat menolong hati dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya walaupun (pendapat yang mewajibkan ini) adalah syaz yakni menyimpang. Kesunatan ini juga karena qiyas terhadap adanya pelafadzan dalam niat haji".<br> <br>3. Berkata Imam ramli dalam Nihayatul Muhtaj Jilid I/437 :<br>"Dan disunnatkan melafadzkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan menolong hati dank arena pelafadzan itu dapat menjauhkan dari was-was dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya."<br> <br>4. DR. Wahbah zuhaili dalam kitab Al-fiqhul islam I/767 :"Disunnatkan melafadzkan niat menurut jumhur selain madzab maliki."<br>Adapun menurut madzab maliki diterangkan dalam kitab yang sama jilid I/214 bahwa : "Yang utama adalah tidak melafadzkan niat kecuali bagi orang-orang yang berpenyakit was-was, maka disunnatkan baginya agar hilang daripadanya keragu-raguan".<br> <br>Intinya terkadan al-fakir tidak melafalkan niat, terkadang melafalkan, tetapi al-fakir tidak sependapat kepada yang mewajibkan atau yang melarang (menganggapnya bid'ah), Mewajibkan hal yang tidak wajib adalah bid'ah dan mengharamkan sesuatu yang halal (boleh) adalah kejahatan besar. Jika anda mantap untuk tidak melafalkan lebih baik lakukan yg anda yakini tanpa menghukumi haram (bid'ah), dan jika anda mantap melakukan niat tersebut maka lakukanlah tanpa berkeyakinan itu adalah harus atau wajib. Dapat difahami bahwa talaffudz hukumnya antara mubah dan sunnah, bisa menjadi makruh bila terlalu kencang dan mengganggu kekhusyu'an teman sebelahnya saat sholat. <br> <br>Demikian sedikit pemaparan dari al-fakir ini, kiranya ada kesalahan hamba mohon ampunan kepadaMU ya Allah dan mohon maaf kepada pembaca sekalian, sekiranya ada benarnya sungguh itu datang dari Allah SWT. wallahu a'lamu bishowab.<br> -- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com">www.rindurosul.wordpress.com</a><br><a href="http://www.rumahvendi.phpnet.us">http://www.rumahvendi.phpnet.us</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-80788645619093279192009-06-28T14:50:00.001-07:002009-06-28T14:50:10.278-07:00Mengenal keagungan Rasulullah SAW Dari Mu'jizatnya.<div dir="ltr"><u><b>Al-`Ibaru Bi Ba`di Mukjizat Khairil Basyar, oleh Syeh Nuruddin hal. 203-210</b></u><br><br>Pada suatu hari pada perang Uhud, Rasulullah SAW melemparkan segenggam krikil kepada orang musyrikin yang jumlahnya ribuan akan tetapi mu'jizat Rasulullah SAW, satu genggap kerikil ada ditangan Baginda SAW dilemparkan ke arah musyrikin dan tak satu orangpun dari pasukan musyrikin yang tidak terkena matanya oleh lemparan sang Nabi.<br><br>Bagaimana mungkin satu genggam kerikil yang diambil oleh baginda dengan satu lemparan bisa mengenai ribuan pasukan musuh dihadapan Rasulullah SAW, itulah salah satu mu'jizat baginda SAW yang terceritakan dalam al-qur'an "Wa maa ramaiti idz romaita" (Dan tidaklah engkau melempar ketika engkau melemparkan) yang mengandung syari'at, bahwasanya dzahirnya memang Rasulullah SAW yang melempar akan tetapi di nafyikan dengan kalimat "Maa" yang artinya "tidak" yang dinafyikan (ditiadakan) adalah hakikatul wusul yaitu makna hakikat dari melempar, dan kalimat "Walakinallaha roma" (akan tetapi Allah-lah yang melempar) itulah hakikat, bahwa sesungguhnya Allah-lah yang melemparkan kepada mereka walaupun terlihatnya Rasulullah yang melemparkan, akan tetapi hakikatnya Allah yang melemparkannya.<br><br>Akan tetapi pada perang uhud baginda tersebut dengan pasukannya mendapatkan kekalahan sampai baginda Nabi copot giginya, dengan satu kesalahan saja, ketidak taatan pasukan panah yang ada dibukit untuk tidak meninggalkan tempatnya, nemun mereka mengindahkan pesan baginda Rasulullah SAW, padahal pada saat itu pasukan islam hampir menang, tapi dari kesalahan itu walaupun Rasulullah masih ada, Para sahabat masih lengkap, namun terkalahkan karen satu kesalahan dari para pasukan panah yang mengindahkan perinta rasulullah, lalu berapa pesan rasulullah pada saat ini yang para kaum muslimin-muslimat indahkan?<br><br>Pada saat situasi terdesak, serangan musuh bertubi2 pada perang uhud, karna kesalahan 50 pasukan yang meninggalkan tempatnya dan berebut harta rampasan, rasulullah memerintahkan kepada Sayidina Sa'ad bin abi waqos RA untuk menghalau serangan musuh, pada saat itu terlihat pula mu'jizat Rasulullah SAW melalu anak panah yang dipergunakan oleh Sa'ad, betapa sayidina Sa'ad menyerang dengan gigih dengan anak panahnya yg dia ketahui hanya tinggal satu, namun anehnya anak panah sa'ad tidak pernah habis, dan seolah yang dilemparkan oleh beliau adalah anak panah yang sama yang kembali lagi pada tempatnya. inilah mungkin sesuai dengan perkataan "<b>anfiq ma fil jaib ya'tika ma fil ghoib</b>" (nafkahkan apa yang ada dalam sakumu, maka akan datang kepada kamu apa yang tidak ada padamu) selepas peristiwa itu beliau berkata "Panah ini adalah panah yang barakah" sampai panah dan anak panah itu diwariskan kepada putra-putra beliau.<br>---------------------<br>Soerang Arab Badui datang kepada Rasulullah SAW untuk mengikuti rasulullah SAW hijrah ke Madinah pada saat peristiwa khaibar, kemudian Rasulullah sedang membagi-bagikan harta Ghonimah kemudian sampailah pada orang yang baru memeluk islam dan baru hijrah tersebut, dan Rasulullah SAW memberikan bagiannya kepada Badui tersebut, namun sang badui tersebut berkata "Saya masuk islam dan hijrah ke Madinah bukan untuk mendapatkan harta ghonimah ya Rasulullah, bukan untuk ini sy ikut baginda, akan tetapi saya ikut baginda adalah saya ingin ikut berjuang dan berperang sampai saya terkena panah atau tombak dibagian tengkuk saya sini (Sambil menunjuk leher belakang tengkuknya) kemudian saya mati sahid dan masuk syurga ya Rasulallah" kemudiaan rasulullah bersabda: "Kalau engkau memang jujur terhadap ucapanmu maka Allah akan turuti kehendakmu" maka hamba tersebut ikut bergabung menyerang musuh, maka ternyata sang hamba tersebut benar-benar terkena panah pada bagian yang ditunjuk sebelumnya dan syahid, maka baginda Rasulullah SAW bersabda : Sungguh maha benar Allah maka Allah menjadikanya orang yang shiddik (Dikeluarkan oleh Hakim)<br><br>----------<br>Pada suatu Hari Rasulullah ingin membersihkan ka'bah dari berhala-berhala yang masih tersisa bersama sayidina Ali KW, kemudian Sayidina Ali diperintahkan untuk duduk untuk sebagai pijakan nabi naik dipundaknya agar nyanpai pada bagian yang agak tinggi untuk menghancurkan patung-patung yang terikat kuat di dinding ka'bah dengan rantai dan pasak-pasak, setelah Baginda SAW naik dipundak sayidina Ali, sayidina Ali tidak kuat untuk berdiri, kemudian Rasul turun dan gantian, Rasulullah yang duduk dan baginda Ali yang naik dipundak baginda Rasulullah, kemudia seperti tidak ada beban rasul berdiri dan baginda Ali menggapai semua patung-patung yang ada di dinding ka'bah sampai kesemuanya yang terdapat patung dari tembaga yg terikat dg rantai kemudian dengan mudah dilepaskan dan dilempar sehingga hancur, setelah peristiwa itu baginda Ali ditanya oleh para sahabat, bagaimana perasaan beliau saat berada dipundak rasulullah, beliau menjawab "Perasaan saya seandainya saya disuruh menggapai bulan maka akan teraihlah bulan oleh saya, tidak ada sesuatu yang tidak terjangkau ku raih saat itu, itulah perasaanku" (hanya tiga orang yang diberi kehormatan menaiki bahu rasulullah SAW yang lebar, yaitu baginda Ali dan dua putranya Hasan dan Husain cucu Rasulullah SAW). <br>------------<br>Pada suatu hari dimalam hari terdapat seorang shohabat yang ingin mengaji dan menghafalkan al-qur'an atau suatu ayat surat dalam al-qur'an yang telah beliau hafal sebelumnya, akan tetapi pada malam itu beliau tidak bisa menghafalnya sama sekali hanya bisa mengucapkan bismillahirahmanirrahim saja itu terjadi dari beberapa sahabat rasulullah, lalu sahabt tersebut bertanya kepada rasulullah SAW, dan baginda menjawab bahwa ayat tersebut telah mansukh atau telah dihapus semalam.<br>------------<br>Suatu hari sayidina Amar ibn yasir pada saat itu Amar dibakar oleh orang-orang musyrik, maka Rasulullah SAW melewati sayidina Amar dan memasukan tangan beliau ke kepala amar kemudian bersabda "Wahai Api jadikalah engkau dingin dan menyelamatkan bagi Amar sebagaimana engkau lakukan kepada Nabi Ibrahim AS, engkau (Maksudnya Amar) akan di keroyok dan dibunuh oleh pasukan dholim nanti, dan ternyata beliau meninggal dari pihak sayidina Ali melawan Sayidina Muawiyah dari sinilah ulama' berpendapat bahwa pertempuran antara Sayidina Ali dan Muawiyah yang lebih benar adalah di pihak Ali KW, Namun hasil penyerangan sayidina Muawiyah pun juga didasarkan pada ijtihad nadzar, maka walaupun salah pun akan mendapatkan pahala disisi Allah, maka sayidina Ali berkata "Pasukanku dan pasukan Muawiyah yang terbunuh dan yang membunuh akan masuk syurga". wallahu a'lamu bishowab.<br>-----------<br><b>Api tidak akan menyentuh sesuatu yang menyentuh wajah Rasulullah SAW</b>(par nabi).<br>Pada suatu hari Anas ibnu Malik RA. berkata kepada pelayan wanitanya (jariah) : "wahai pelayan tolong hidangkanlah makanannya secepatnya, kita akan makan bersama" setelah makanan sudah siap kemudian ditanyakan kepada jariah "Mana sapu tangannya (lap/kacu/handuk, nya)..??", kemudian jariah tersebut datang dengan sapu tangan yang kotor sekali, kemudian sesampainya dihadapan Anas bin Malik beliau berkata "Bawa lap ini masukan dalam api..?" karna disuruh tuannya maka lap itu dimasukkan dedalam api tersebut, sekejap kemudian lap itu ditarik kembali, dan ternyata menjadi bersih dan hilanglah kotoran-kotorannya sama sekali. kemudian Anas bin malik bertanya : "Apa itu??" jariyah itu menjawab :"ini adalah sapu tangan rasulullah yang biasa dipakai untuk mengusap wajah beliau. maka jika sapu tangan itu kotor, maka kami akan lakukan hal yang demikian, karna kami tahu bahwa api tidak akan menyentuk sesuatu yang telah tersentuh oleh wajah para nabi. Wallahu a'lam bishowab.<br> <br>Dan masih banyak mu'jizat Rasulullah SAW yang bisa kita jadikan ibroh, kecintaan kita kpd beliau SAW. <br>Jika ingin mendownload dan mendengarkan sendiri silahkan klik dan download <a href="http://www.almuttaqin.tv/muat_turun.php?f=mukjizat_api_sejuk_180309.flv&id=928">Mu'jizat Api menjadi Dingin </a><br> <br> <br> --ditulis oleh Komarudin Evendi-- Allahumma Solli Ala Sayyidina Muhammad SAW. Shollu Ala nabiyy<br>Your Best Regard<br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com">www.rindurosul.wordpress.com</a><br><a href="http://www.rumahvendi.phpnet.us">http://www.rumahvendi.phpnet.us</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-63787849970947561142009-05-28T19:10:00.001-07:002009-05-28T19:10:41.234-07:00Beraqidah mengikuti Madzhab Ahli Hadits<div dir="ltr"><div class="gmail_quote"><div dir="ltr"><b>Beraqidah mengikuti Madzhab Ahli Hadits</b><br><br>Jika kita berjalan-jalan menelusuri isi internet dengan dipandu oleh syeh Google, maka akan kita temukan beberapa artikel yang dibuat oleh segolongan orang yang mengkampanyekan aqidah yang menurut mereka paling sesuai dengan Al-qur'an dan Al-hadits seraya mensesatkan aqidah lain yang tidak sesuati dengan mereka atau tidak sama, mereka mengaku bahwa mereka beraqidah dengan mengikuti madzhab Ahli Hadits, itulah yg paling sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, begitu fanatiknya mereka terhadap apa yang telah diyakininya seraya berkata "saya heran kok ada kelompok yang menerima aqidah islam yang tidak jelas sumbernya, sementara aqidah yang shohih dari ahli hadits malah mereka tolak".<br> <br>Adapun maksud mereka dan arah pembicaraan mereka adalah sekelompok orang yang menetapkan ayam mutasyabihat sesuai dzahir ayatnya, seperti Allah punya Tangan, wajah, kedua mata dll dan inilah yg menurut mereka paling sesuai dg yg dibawa Baginda Rasulullah SAW, sementara yang dituduh tidak sesuai mereka adalah yang menta'wil ayat mutasyabihat, semisal Wajah diartikak sebagai dzat, yaad diartikan sebagai kekuasaan dll, dan mereka ini dituduh sebagai aqidah sesat.<br> <br>Mari kita lihat dari dua kubu di atas, siapakah yang berhak mengaku sebagai pengikut ahli hadits dalam beraqidah? dan untuk mengetahuinya mari kita lihat para ahli hadits yang muktabar dan yang telah diakui oleh ahlussunnah wal jama'ah.<br> <br><b>Siapakah Ahli Hadits Yang telah diakui oleh ahlussunnah waljama'ah?</b><br>Telah menjadi kesepakatan didalam kalangan sunni atau ahlussunnah wal jama'ah, bahwa kita dapat mengenal para ahli hadits itu setidaknya dari karya yang ditinggalkan oleh ulama' hadits tersebut, dan dalam hal keshohihan hadits tersebut ulama menetapkan adanya kutubussittah, kemudian semakin tinggi Rowahul Khomsah, kemudia semakin tinggi Syaikhoni, dan yang terakhir derajat paling tinggi adalah yang dijuluki oleh imam Muslim sebagai Raja Hadits yaitu Imam Bukhori.<br> <br>Mari kita telusuri satu saja dari aqidah ahli hadits yang dijuluki Raja Hadits dalam mensikapi ayat-ayat mutasyabihat yang berkenaan dengan sifat Allah yang terdapat dalam Al-qur'an maupun sunnah.<br><br><b>Imam Bukhori</b><br> Imam Bukhori dalam menjelaskan ayat "wa yabqo wajhu robbika" (surat Arrahman) beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Wajhu dalam ayat tersebut adalah dzat Allah SWT. menanggapi pernyataan imam Bukhori ini, syeh Albani dalam menjawab pertanyaan jama'ah mengatakan "<b>ya akhi haadza la yaquuluhu muslimul mu'min"</b> artinya, "saudarak tak akan keluar perkataan tersebut (perkataan imam Bukhori yang menta'wil wajhu menjadai Dzat) dari seorang muslim yg beriman" (lihat Fatawa albani hal.523)<br> <br>Astaghfirullahal adzim sebagai seorang bodoh seperti saya ini apalah dibanding mereka berdua (Imam Bukhori dan Albani) namun muqollid fakir ini tahu sedikit banyak bagaimana sepak terjang imam Bukhori dan track Record beliau dalam bidang hadits, kitabnya yang tidak hanya sekali diuji dan dites keshohihannya oleh para ulama sampai kitab beliau disematkan oleh banyak ulama sebagai kitab No.1 dibidang ilmu Hadits, dan begitu pula saya tahu track Record syeh albani yang belajar kepada gurunya kemudian meneruskan belajar dan menggali serta sampai mentakhrij ilmu hadits, walaupun terdapat beberapa fatwa hadits beliau yang bertolak belakang antara satu sama lain, namun beliau berdua adalah lebih tahu banyak dalam bidang hadits ketimbang al-gaqir ini. <br> <br>Tatapi sebagai muqollid tentunya saya memilih seorang Bukhori yang telah diakui oleh ulama' dalam beberapa kurun, daripada Albani yang baru beberapa tahun ini, lebih-lebih belum sampai beberapa kurun berlalu karya beliau terbukti terdapat kontradiktif yang tidak sedikit bahkan berjumlah ratusan hadits yang membingungkan hukumnya antara shohih atau dhoif. Tanpa bermaksud sama sekali merendahkan, sebagai seorang muqollid saya bertanya "Setega itukah syeh Albani mengeluarkan perkataan kepada Imam Al-Bukhori? demikiankah perkataan Muhaddits besar kepada Imam Muhaddits besar pula tatkala tidak sependapat? <br> <br>Ya ikwan dari perbedaan diatas, adakah suara para muqollid seperti kita mendengung-dengeukan dan berkampanye paling sesuai sunnah dan paling mengikuri Aqidah ahli Hadits? perkataan "bermadzhab dengan madzhab Ahli hadits dalam tidak menta'wil ayat mutasyabihat" adalah perkataan yang menunjukkan orang yang berkata tidak tahu akan siapa ahli hadits dan bagaimana mereka beraqidah dalam ayat mutasyabihat, seandainya mereka tahu seharusnya mereka mengkampanyekan "mari bermadzhab dengan imam Albani atau Imam Bukhori dalam beraqidah menetapkan ayat mutasyabihat", karna jelas keduanya adalah muhaddits dan Ahli hadits.<br> <br>Hadits Qudsi Allah mengajakan ta'wil:<br>"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman pada hari kiamat : "Hai anak Adam, Aku telah sakit dan kamu tidak mau menjengukku?". Bertanya anak Adam : "Bagaimana aku harus menjengukMu? Sedang Engkau adalah Tuhan sekalian alam". Dia berfirman, "Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya hambaKu Fulan itu telah sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya? Tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya jika kamu menjenguknya tentu kamu menemukan Aku di sisinya?". (HR Muslim)<br> <br clear="all">wallahu a'lamu bishowab.<br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com" target="_blank">www.rindurosul.wordpress.com</a><br><a href="http://www.rumahvendi.phpnet.us" target="_blank">http://www.rumahvendi.phpnet.us</a><br> </div> </div> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-49188349805390955802009-05-25T14:19:00.001-07:002009-05-25T14:19:40.766-07:00Perseteruan Liberalisme dan MUI<div dir="ltr"><div class="gmail_quote"><div dir="ltr">Kritik kita terhadap MUI terkadang banyak kita lontarkan karna hawa nafsu, tetapi kekhawatiran yang akut juga membuat sebagian ulama' mengeluarkan kalimat yang terkesan ekstrim, sebagai mana kita menerima atau menolak sebagian fatwa MUI.<br> <br>Tatkala MUI mengatakan bahwa rokok adalah haram, bagi para perokok dan yang memiliki kepentingan didalam rokok, maka hal itu sangat berat diterima, dengan alasan sebelumnya MUI menfatwakan bahwa rokok adalah makruh bukan haram, maka bagaimana mungkin hukum bisa berubah-rubah demikian? maka dijawab oleh MUI dan sebagian ulama besar bahwasanya hukum memang bisa berubah sesuai dengan kadar pengetahuan yang dihasilkan saat berijtihad menentukan Hukum Haram atau makruhkah, dan dalam hal ini MUI telah menetapkan dan beralasan bahwasanya saat rokok dihukumkan makruh, demikianlah hasil ijtihad dan istimbat yang dihasilkan, bahwa rokok tidak diketahui begitu banyak madhorot, tetapi saat technologi semakin moderen, semakin banyak madhorot yg mengancam dari bahaya rokok maka MUI menetapkan Haram untuk menjaga generasi manusia, menjaga kelestarian Hidup dan kesehatan Manusia.<br> <br>Demikian pula Tindakan MUI dalam menyikapi masalah Golput. mui mengeluarkan fatwa haram Golput dalam pemilu karna dianggap suatu pembangkangan terhadap ulil amri yang syah, yang jelas-jelas dilarang oleh Agama, mentaati Agama berarti taat kepada Rasulullah, mentaati Rasulullullah dan Allah, maka harus taat pada ulil amri serta orang tua pd hal kebaikan, hal yang pertama kita taati adalah Allah, kemudian taat pada Rasulullah dan pada ketaan keduanya adalah ketaatan yang tidak terbatas, karna kita tidak bisa mendapatkan apapun sebagai khabar atau risalah tanpa Rasulullah, bisa ditakan apa yang diprintahkan atau diminta oleh Rasulullah adalah sama dengan apa yang diminta oleh Allah, semantara ketaatan kepada Orang tua dan pemerintah, maka kita harus timbang dengan Al-qur'an dan As-sunnah, jika tidak bertentangan dengan keduanya, maka suatu dosa besar terhadap Allah jika kita mengingkarinya atau mengabaikannya.<br> <br>MUI tidak bisa semena-mena mengeluarkan suatu keputusan fatwa, seperti isu yang berkembang baru-baru ini adalah keharaman Facebook yg sempat mengagetkan saya, tetapi sesuatu esensi haram adalah bersifat muthlaq, maka bagaimana mungkin sebuah alat yg tidak bisa berbuat apa-apa dan pekerjaan dengan alat yang bersifat multi fungsi bisa diharamkan secara muthlaq? demikian pula facebook, iyanya banyak digunakan untuk jejaring sosial, dan silaturrahmi, kemudian ada yg menggunakan untuk mengirim gambar porno, bukan facebooknya yg haram tetapi pornografinyalah yg haram, dan ternyata memang demikian yg diklarifikasi oleh salah satu ulama' MUI pusat jakarta, bahwa MUI belum pernah mengeluarkan fatwa haram pada facebook, jika itu adalah keputusan MUI daerah atau sekelompok ulama' maka yg bertanggung jawab adalah ulama' yg bersangkutan.<br> <br>Kasus menghukumi dengan hawa nafsu ini sering sekali kita temukan, terutama pada kaum liberal yang terkesan 'melindungi' kepentingan-kepentingan masyarakat yang mengandung hawanafsu keduniaan belaka, seperti pembolehannya nikah lintas Agama, legitimasi pernikahan Lesbian dan Homoseksual, batas aurot wanita yg mencakup hanya CD dan BH, serta banyak lagi hawa nafsu yg dibela dan diayomi oleh kaum berfaham Liberal ini. Maka wajar apabila MUI dan kaum LIBERAL adalah seperti api dengan air, yg selalu berlawanan, MUI mengeluarkan fatwa sesat kepada pemahaman Liberal, kemudian kaum liberal juga selalu mencari celah untuk membela apa yang difatwakan haram atau sesat oleh MUI, bahkan mengkritik segala fatwa atau kebijakan yg dikeluargkan olrh Majlis Ulama Indonesia ini.<br> <br>Jika MUI hanya mengeluarkan fatwa yang mengingatkan masyarakat, sebagai lembaga resmi keagamaan dalam suatu negara dan tidak ikut campur tangan dalam mensikapi terhadap penyebaran pemahaman tertentu, atau peredaran barang tertentu atau tidak pula mengeluarkan anjuran terhadap peraturan pemerintah dll, berbeda dangan Liberal yang mencari pembenaran kepada masyarakat, bahakan mengusulkan agar membubarkan MUI, yang tentunya agar majelis ulama akan dipegang oleh instansi-instansi yang tidak resmi dan Liberal akan berpeluang besar untuk mengeluarkan fatwa yang melindungi kemaksiatan dengan tidak ada yang menghalang-halangi lagi. <br clear="all"> <br>Wallahua almaubishowab<br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com" target="_blank">www.rindurosul.wordpress.com</a><br><a href="http://www.rumahvendi.phpnet.us" target="_blank">http://www.rumahvendi.phpnet.us</a><br> </div> </div> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-15542887287156658762009-04-09T19:44:00.000-07:002009-04-09T20:17:59.263-07:00Renungan Dari Hadits Arbain Nawawi No 24RENUNGAN AWAL <div>Lewat Sebuah Hadits Qudsi, Allah mengajak hamba-Nya berdialog:</div> <div><br />Dari Abu Dzar Al-ghifari RA, dari Rasulullah SAW, Beliau bersabda "Allah SWT berfirman:<br />Hamba-Ku...</div> <div>Aku haramkan aniaya atas diri-Ku</div> <div>Dan kujadikan ia larangan bagi-Mu</div> <div>Maka janganlah saling menganiaya</div> <div><br />Hamba-Ku...</div> <div>Setiap dari kalian akan tersesat</div> <div>Kecuali mereka yang kuberi petunjuk</div> <div>Maka mintalah bimbingan kepada-Ku</div> <div>Pasti Ku bimbing</div> <div><br />Hamba-Ku...</div> <div>Setiap dari kalian tetap akan lapar</div> <div>Kecuali mereka yang Ku beri rezeki</div> <div>Maka mintalah nafkah kepada-Ku</div> <div>Pasti Ku penuhi</div> <div><br />Hamba-Ku...</div> <div>Setiap dari kalian adalah telanjang</div> <div>Kecuali orang yang Ku sandangi</div> <div>Maka mintalah pakaian kepada-Ku</div> <div>Pasti Ku cukupi</div> <div><br />Hamba-Ku...</div> <div>Tak ada artinya bagi-Ku</div> <div>Perilaku baik & burukmu</div> <div>Maka berbuatlah sesukamu</div> <div><br />Hamba-Ku...</div> <div>Jika saja seluruh dari sesamamu<br />Semenjak makhluk pertama hingga generasi paling purna baik jin maupun manusia</div> <div>Semuanya bertakwa dengan sepenuh jiwa laksana jiwa orang yang paling suci di antaramu,<br />sungguh sedikitpun tidak mempengaruhi kemegah keagungan istana-Ku<br /><br />dan kalaupun semuanya durhaka laksana jiwa orang yang paling durjana di antaramu<br />sungguh sedikitpun tidak mempengaruhi kemegahan istana-Ku.<br /><br />dan seandainya semuanya berdiri menyatu di atas sebongkah batu kemudian berdoa & meminta,<br />pasti akan Kupenuhi satu persatu pintanya.<br /><br /></div> <div>Dan Sungguh semua itu takkan mengurangi sedikit apa yang ada pada-Ku,<br />melainkan hanya bagai air yang menempel pada peneiti yang dientas dari samudera.<br /><br /></div> <div>Hamba-Ku...</div> <div>Adanya dirimu bagi dirimu</div> <div>Dan semua bergantung atas perbuatanmu</div> <div>Aku berikan kesempatan</div> <div>Dan nantinya Ku anugerahi balasan</div> <div>Siapapun nantinya yang memperoleh kebajikan,</div> <div>Hendaklah ia berterima kasih</div> <div>Dan memuji Tuhan</div> <div>Dan yang menemukan keburukan,</div> <div>janganlah mengeluh & menyalahkan</div> <div>Kecuali pada dirinya sendiri.</div> <div>(Ibnu Hajar Al-'Asqalani, Dan Hadits Arba'in Nawawi no.24)</div>Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-51252191015100202132009-04-09T18:56:00.001-07:002009-04-09T18:56:15.420-07:00Kaitan Logis antara Air Liur Anjing dan Debu (Bukti Mukjizat Rasulullah saw)<div dir="ltr"><font size="3" face="arial"><b>Kaitan Logis antara Air Liur Anjing dan Debu (Bukti Mukjizat Rasulullah saw)</b></font><br> <font class="content">Dipublikasi pada Thursday, 02 April 2009 oleh <a href="http://www.sidogiri.com/"></a></font><br><a href="http://www.sidogiri.net/modules.php?name=News&new_topic=999"><img src="http://www.sidogiri.net/images/topics/kecil.gif" alt="Kontra Liberal" vspace="10" align="right" border="0" hspace="10"></a> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"><font class="content">Oleh : M. Masyhuri Mochtar*</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;"><font class="content"><i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN">Sucinya wadah salah seorang di antara kamu jika anjing menjilatinya, adalah dengan mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan tanah/pasir. </span></i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN">(HR. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Muslim)</span><i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"></span></i></font></p> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Hadis yang tercantu dalam <i>Sha<u>h</u>î<u>h</u> Muslim</i> di atas, di samping menjelaskan kenajisan anjing, juga menjelaskan bagaimana cara menyucikan sesuatu yang terkena najis berat ini, yaitu membasuhnya tujuh kali, yang salah satunya dicampur dengan debu. Lalu apa kira-kira yang melandasi Rasulullah </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content"> untuk menganjurkan hal demikian?</font></span><font class="content"><br> <br></font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Pada dasarnya, ketetapan najis bagi air liur anjing ini dipandang dari dimensi yang bersifat ritual, bukan rasional, sehingga tidak harus ada alasan logisnya. Dimensi akal masih jauh dari kesempurnaan untuk menganalisa secara detail tentang najisnya air liur anjing. Memang, agama tidaklah diukur dengan akal. Sayidina Ali </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">t</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content"> mengatakan: <i>"Andaikan agama diukur dengan akal, maka mengusap sisi bawah muzah (sepatu) lebih utama daripada mengusap sisi atasnya. Dan Rasulullah </i></font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><font class="content"><i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"> telah mengusap di atas dua sepatu."</span></i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"> (HR. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Abu Dawud).</span></font></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Meski demikian, setiap ketetapan syariat sudah pasti mengandung hikmah. Untuk mengungkap hikmah itu, manusia sifatnya hanya meraba <i>(zhannî) </i>atau memperkirakan, tidak sampai pada tingkatan memastikan<i> </i>(<i>qath'î</i>)<i>. </i>Ketentuan pastinya, hanya peletak syariat saja yang tahu.</font></span></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Sementara itu, bersamaan dengan kecanggihan teknologi di era modern ini, ternyata telah diketemukan alasan logis di balik anjuran Nabi </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content"> di atas. <i>Science</i> berhasil mengungkap bahwa di dalam air liur anjing ternyata terdapat kuman yang membahayakan manusia.</font></span></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa, jika ada seseorang yang digigit anjing tidak segera ditangani, maka akan berakibat fatal baginya. Pernyataan itu muncul ketika penelitian itu mengkaji bahaya anjing sebagai binatang peliharaan. Hal itu terjadi karena air liur anjing mengandung bakteri yang membahayakan manusia. Alasannya adalah karena <span style=""> </span>anjing tidak berpeluh, sehingga ia berpeluh melalui lelehan air liur dari mulutnya yang terus menganga.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Contoh kasusnya telah terjadi di Bali (29 November 2008). Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, menyerukan kepada warganya untuk memberangus anjing liar. Seruan itu diberikan setelah Bali dinyatakan positif rabies. Status tersebut disandang setelah tiga warga dilaporkan meninggal dalam kondisi terjangkit virus yang dibawa anjing. Akhirnya warga Denpasar, Bali, memburu setiap anjing liar yang tak bertuan untuk dibunuh.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Kasus yang sama terjadi di Tiongkok. Sejak 25 Juli 2006, pemerintah Tiongkok menggalakkan kampanye antirabies. Pemerintah menginstruksikan untuk membunuh lebih dari 5000 anjing di kota Muding, Provinsi Yunnan. Kampanye itu dilakukan setelah tiga warga kota itu meninggal akibat rabies. Menurut data pemerintah, sejak Januari 2006 terdapat 360 orang yang digigit anjing, tiga di antaranya meninggal.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Melihat beberapa kasus di atas, tidak heran jika Nabi Muhammad </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content"> menginstruksikan kita sebagaimana Hadis di atas. Bahkan beliau </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';" lang="EN"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content"> memerintahkan untuk membunuh anjing gila karena penyakit berbahaya yang mungkin merebak dalam masyarakat akibat gigitannya.</font></span></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Lalu mengapa harus disucikan dengan debu? Bukankah dengan debu malah menambah kotor?</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Pertanyaan seperti itu pasti terlintas di benak kita. Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam </font></span><font class="content"><i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;">Ibânatul-A<u>h</u>kâm</span></i><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;">, mengategorikan perintah Nabi </span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';"><span style="">e</span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"> itu sebagai bagian dari mukjizat. Beliau menjelaskan bahwa riset ilmuan membuktikan bahwa, air liur anjing mengandung mikroba atau bibit penyakit, sehingga jika objek yang terkena air liur anjing dicuci dengan sabun, maka tidak menjamin bersih dari microba. Untuk mematikan kuman tersebut, harus dengan cara ditaburi tanah atau debu yang dicampur dengan air. Cara ini terbukti ampuh berdasarkan riset laboratorium yang di masa Nabi </span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';"><span style="">e</span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"> tidak ada.</span></font></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Suatu ketika, mantan Presiden Repulik Indonesia, Soekarno, pernah mengatakan bahwa pada zaman sekarang kita tidak perlu lagi menyamak, atau membasuh tujuh kali yang diantaranya dicampur dengan debu apabila terkena najis kelas berat. Menurutnya, cukup menggunakan sabun. Pendapatnya ditentang oleh para ulama Indonesia pada waktu itu. Para ulama tersebut meminta Presiden untuk melakukan eksperimen guna membuktikan mana yang lebih relevan; penggunaan sabun atau dengan debu.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;" lang="EN"><font class="content">Maka dilakukanlah eksperimen dengan sampel dua benda yang telah dijilat oleh anjing. Satu di antara dicuci menggunakan sabun, dan yang satu lagi dibersihkan dengan debu. Setelah itu, kedua benda tadi diperiksa di bawah <i>electron microscope</i>. Hasilnya didapati bahwa, benda yang dibasuh dengan menggunakan sabun masih terlihat kuman dari hasil jilatan anjing. Sebaliknya, benda yang dibersihkan dengan debu sangat bersih dan terbebas dari kuman.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">Di sini, yang perlu ditegaskan kembali adalah, bahwa tolok ukur najisnya anjing dan babi adalah dimensi ritual menurut pandangan syariah, bukan dimensi akal. Oleh sebab itu, proses pensucian najis <i>mughallazhah</i> tetap mengacu pada proses yang bersifat ritual pula, sehingga kedudukan tanah di sini tidak bisa diganti dengan sejenis cairan pembersih apa pun. Begitu juga hitungan berapa kali pencuciannya: bersifat formal-ritual, dan paten untuk diikuti apa adanya.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">Sebagai perbandingan adalah buah apel. Vitamin yang terkandung di dalamnya tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan. Akan tetapi, ada sisi lain yang perlu diperhatikan; dari mana asal apel tersebut? Kalau hasil mencuri, walaupun manfaat vitamin bisa didapat, dampak perkara haram yang masuk ke dalam tubuh sangat berpengaruh pada sikap keseharian. Jika perilaku seseorang menjauh dari ibadah kepada Allah </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';"><span style=""><font class="content">I</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content"> bisa diprediksikan bahwa makanannya kurang bersih, atau tidak halal. Pengaruh ini tidak bisa diukur dengan sains dan teknologi, karena hanya Allah </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';"><span style=""><font class="content">I</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content"> yang lebih mengetahuinya. Rasulullah </font></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: 'AGA Arabesque';"><span style=""><font class="content">e</font></span></span><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content"> telah menjelaskan masalah ini: <i>"Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih utama baginya."</i> (HR. at-Tirmidzi)</font></span></p> <font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">Kalangan ahli <i>kasyf</i> (dapat melihat hal-hal abstrak dengan mata batin) sepakat bahwa, makan atau minum dari sisa-sisa jilatan anjing akan menyebabkan kerasnya hati, hingga seorang hamba tidak bisa menangkap nasehat baik dan sulit untuk mengerjakan kebaikan. </font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">Satu bukti lagi, sebuah kejadian menarik yang dialami oleh salah satu murid Imam Malik, di mana dalam Madzhab Maliki, anjing tidak termasuk najis <i>mughallazhah</i>. Suatu hari sang murid tersebut minum susu dari sisa jilatan anjing. Di luar dugaan, ia mengalami kebuntuan nalar dalam ilmu agama dan hatinya menjadi beku dan keras. Beberapa nasehat ia abaikan dan kesehariannya penuh kenistaan. Kejadian ini terus berlangsung selama sembilan bulan. (<i>Mîzânul-Kubrâ</i>, hlm. 114)</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">Jadi, walaupun secara sains sudah bersih, tidak ada jaminan juga dianggap bersih oleh Syara'. Karena bisa jadi dari segi agama yang bersifat <i>ta'abbudiy</i> justru mengnggap masih kotor, sebelum ada keputusan suci dari Syara', tentunya melalui cara yang telah ditetapkan oleh Syara' pula. Inilah hal yang kadang tidak bisa dinalar dengan intlegensi manusia. Bisa jadi, karena malaikat pemberi petunjuk tidak mau mendekatinya. <i>Wa-Allâhu a'lam</i>.</font></span></p><font class="content"><br> </font><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; background: white none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content"> </font></span></p><span style="font-size: 10pt; color: black; font-family: Arial;"><font class="content">*) Penulis adalah staf pengajar Madrasah Miftahul Ulum Tingkat Tsanawiyah Pondok Pesantren Sidogiri. Tulisan ini dimuat di Buletin Sidogiri Edisi </font></span><br clear="all"><br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc">www.komarudin.co.cc</a> /<br><a href="http://www.vendiudin.phpnet.us">http://www.vendiudin.phpnet.us</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-9822555613449235162009-03-16T11:55:00.000-07:002009-03-16T11:56:00.184-07:00Aku mahu tinggalkan dunia dalam sujudku<div dir="ltr"><font size="4"><span style="color: rgb(192, 0, 0); font-weight: bold;">Aku mahu tinggalkan dunia dalam sujudku </span></font><br style="color: rgb(192, 0, 0);"><br>SUATU malam ketika aku sedang nyenyak tidur tiba-tiba aku melihat seolah-olah ayahanda menjelma di hadapanku. Perasaan kasih pada ayahanda tidak dapat ditahan-tahankan lagi, lalu aku berteriak: "Ayah... sudah lama tiada berita dari langit sejak ayahanda tiada!"<br>Waktu itu aku terlalu rindu setelah beberapa hari ayahanda wafat. Ketika aku sedang memanggil-manggil ayahanda, muncul pula para malaikat bersaf-saf lantas menarik tanganku, membawa aku naik ke langit.<br><br>Apabila aku mendongak temampaklah istana-istana indah yang dikelilingi taman-taman pawana serta anak-anak sungai mengalir saujana mata memandang.<br>Keindahan istana demi istana dan taman demi taman berjajaran di hadapan mata begitu mengasyikkan. Dari celahan pintu-pintu istana tersebut menjelmalah para bidadari seolah-olah patung bernyawa yang sangat jelita, sentiasa tersenyum dan bergelak ketawa. Bidadari itu berkata kepadaku: "Selamat datang wahai makhluk yang diciptakan syurga untuknya, dan kerana ayahanda kamu, kami diciptakan.. ."<br>Malaikat itu terus membawa aku naik ke langit seterusnya sehingga memasuki sebuah tempat yang dipenuhi istana-istana yang lebih indah daripada sebelumnya. Cahayanya bergemerlapan.<br>Dalam setiap istana itu terdapat rumah-rumah berisi pelbagai perhiasan indah yang belum pernah dilihat mata, tidak terdengar di telinga dan tidak pernah tersirat di hati. Penghuni istana-istana ini sentiasa bergembira, bergelak ketawa dan ceria. Di istana itu terdapat pelbagai kain sutera nipis dan tebal. Juga terdapat selimut-selimut daripada sutera dengan pelbagai warna dan corak.<br>Di atas rak-rak kelihatan pelbagai jenis gelas diperbuat daripada emas dan perak yang sungguh menawan. Pelbagai jenis hidangan makanan, buah-buahan serta air minuman yang lazat dan enak tersedia untuk dimakan. Pemandangan di taman-taman pula sungguh memukau dengan aliran sungai yang warnanya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu dan baunya lebih semerbak daripada kesturi.<br>Aku yang kehairanan dan takjub lantas bertanya: "Untuk siapakah tempat-tempat indah sebegini dicipta? Apa nama sungai-sungai yang harum mewangi ini?"<br>Malaikat-malaikat itu menjawab:<br>"Tempat ini adalah Firdaus, tempat paling tinggi dan tiada lagi syurga di atasnya. Syurga Firdaus ini khas untuk singgahsana ayahandamu, semua rasul, nabi, para syuhada dan syiddiqun yang dicintai Allah. Sungai ini bernama al-Kautsar yang telah Allah janjikan kepada ayahandamu."<br>Aku bertanya lagi: "Di mana ayahandaku?"<br>Malaikat-malaikat menjawab: "Sebentar lagi ayahandamu akan datang menjemputmu! "<br>Tidak lama kemudian aku ternampak istana-istana yang sangat putih dan permaidani yang tersangat indah.. Tiba-tiba aku sudah berada di atas permaidani yang terbentang di atas singgahsana. Aku ternampak ayahandaku sedang berehat di atas singgahsana tersebut dikelilingi sekelompok orang yang tidak dikenali. Ayahanda menarik tanganku dan mencium dahiku berkali-kali.<br>Ayahanda berkata: "Selamat datang wahai puteriku!"<br>Lalu ayahanda meletakkan aku di atas pangkuannya dan berkata lagi:<br>"Wahai puteriku, tidakkah engkau lihat apa yang telah dijanjikan Allah kepadamu dan yang akan engkau perolehi?"<br> Ayahanda menunjukkan istana-istana yang disaluti bermacam-macam hiasan yang indah menawan serta berkilau-kilauan, saujana mata memandang. Ayahanda berkata: "Inilah tempat tinggalmu, kediaman suamimu, kedua-dua anakmu serta orang-orang yang mencintaimu dan mencintai mereka. Bergembiralah. .. engkau akan mengikut ayahanda datang ke sini beberapa hari lagi..."<br>Aku berkata: "Kalau begitu senanglah hatiku dan bertambah rindu pada ayahanda."<br>Selepas berjumpa beberapa ketika dengan ayahanda, aku terjaga. Tubuhku menggigil dan terasa takut yang amat sangat. Aku masih teringat-ingat bisikan ayahanda. Aku akan mengikut langkah ayahanda beberapa hari lagi. Aku masih ingat ayahanda berkata perkara yang sama sebelum wafat. Ayahanda pernah membisikkan bahawa akulah orang pertama yang menyahut panggilan Ilahi selepasnya.<br>Sejak hari ayahanda wafat lagi aku selalu menangis dan bersedih. Perasaan sedih makin terasa selepas bermimpi bertemu ayahanda. Aku tahu tidak lama<br>lagi aku akan meninggalkan dunia fana ini untuk bersama ayahanda tercinta di akhirat yang kekal, aman dan sentosa.<br>Aku menceritakan mimpi tersebut pada suamiku dan juga pembantuku Asma binti Umays. Aku beritahu saat ajal hampir tiba. Asma menunjukkan pelepah kurma basah untuk membuat usungan seperti yang dilihat dibuat di Habshah.<br>Aku tersenyum apabila melihat keranda itu. Aku berwasiat supaya jenazahku nanti dikebumikan pada malam hari agar tiada seorang pun yang marah apabila melihat jenazahku. Aku juga meminta suamiku supaya menikahi Umamah, saudara perempuanku. Umamah menyayangi anakku seperti aku menyayangi mereka.<br>Setelah merasa saat ajal hampir tiba aku membawa dua orang anakku menziarah makam ayahanda. Tubuhku terasa sangat lemah untuk memijak. Tapi aku gagahi juga untuk bersembahyang dua rakaat antara mimbar dan makam ayahanda.<br>Tidak lama lagi jasadku akan berpisah dengan roh. Aku akan meninggalkan dua puteraku. Lalu aku peluk dan cium kedua-duanya bertubi-tubi. Sayang, ibumu terpaksa pergi dulu...<br>Selamat tinggal sayangku, puteraku dan suami tercinta. Biarlah aku menghadap Ilahi tanpa tangisan sesiapa. Aku tidak sanggup melihat tangisan puteraku dan suamiku. Biarlah mereka berada di sisi makam ayahanda dan suamiku bersembahyang. Kalau boleh aku mahu tinggalkan dunia ini dalam bersujud pada Ilahi..<br>Aku terus meninggalkan dua puteraku dan membiarkan suamiku bersembahyang di masjid. Aku mengambil ramuan hanuth, sejenis pengawet mayat yang ayahandaku biasa gunakan. Aku siramkan air ramuan itu ke seluruh tubuhku. Kemudian aku memakai kain sisa kapan ayahandaku. Selepas itu sekali lagi aku memanggil Asma binti Umays yang sentiasa mengurus dan merawatku.<br>Pada Asma aku berpesan, "Wahai Asma, perhatikanlah aku. Sekarang aku hendak masuk ke rumah membaringkan tubuhku sekejap. Jika aku tidak keluar, panggillah aku tiga kali dan aku akan menjawab panggilanmu. Tetapi jika aku tidak menjawab, ketahuilah aku telah mengikut jejak langkah ayahandaku!"<br><br>Setelah sejam berlalu, Asma memanggil-manggil nama wanita itu tetapi tiada sebarang jawapan. Ketika penjaga itu masuk, dia terkejut apabila melihat wanita kurus cengkung itu meninggal dunia dalam sujudnya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun...<br><br>***********<br>Aku dalam cerita di atas ialah Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah dengan isteri pertamanya Siti Khadijah. Fatimah meninggal dunia dalam usia 28 tahun setelah 40 hari Rasulullah s,a.w. wafat dan jenazahnya dimakamkan di perkuburan Baqi' di Madinah. Masih adakah wanita solehah seperti Fatimah di zaman moden ini?<br clear="all"><br>-- <br>Your Best Regard : email lama : <a href="mailto:vendiudin@yahoo.com">vendiudin@yahoo.com</a> sekarang pindah ini ;) <br><a href="http://www.komarudin.co.cc">www.komarudin.co.cc</a> <br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-60081845159940085792009-03-09T14:34:00.001-07:002009-03-09T14:34:03.308-07:00Maulid Nabi Muhammad SAW Di Rusia<div dir="ltr"><div class="gmail_quote"><div dir="ltr"><i><span style="font-size: 14pt; font-family: Georgia;">Ribuan umat Muslim di ibu kota Moskwa memperingati dan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di mesjid agung Moskwa.</span></i><span style="font-size: 11pt; font-family: Georgia;"><br> <br> <br> </span> <p><span style="font-size: 11pt; font-family: Georgia;"><b><i>hidayatullah.com--</i></b>Jutaan umat Muslim Rusia di berbagai pelosok negerinya </span><img src="http://www.hidayatullah.com/images/stories/muslimrusia_thumb.JPG" alt="Muslim Rusia Merayakan Maulid Nabi" title="Muslim Rusia Merayakan Maulid Nabi" width="300" align="right" border="0" height="241"><span style="font-size: 11pt; font-family: Georgia;">memperingati <span><span>Maulid Nabi Muhammad</span></span> SAW dengan meriah. Perayaan Maulid Nabi oleh umat Muslim di negeri beruang merah itu rupanya telah menjadi tradisi yang turun temurun.<br> <br> Kantor berita Rusia al-Yaum (9/3) mengabarkan, ribuan umat Muslim di ibu kota Moskwa memperingati dan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di mesjid agung Moskwa.<br> <br> "Ribuan umat Muslim datang beramai-ramai ke mesjid agung Moskwa untuk menghadiri acara rutin tahunan ini," demikian dikatakan wartawan RY, Asyraf Abdullah dari tempat kejadian.<br> <br> Acara <span><span>peringatan Maulid Nabi</span></span> di mesjid agung Moskwa sendiri dimulai sejak Ahad sore kemarin. Rangkaian acara tersebut berupa shalat isya berjamaah, pembacaan shalawat Nabi, serta khutbah dan ceramah keagamaan.<br> <br> <span><span>Ulama</span></span> Muslim terkemuka Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi, menyatakan jika memperingati maulid Nabi adalah dianjurkan (mustahabbah) hukumnya. Dengan maulid Nabi, umat Muslim dapat mengingat junjungan Nabi mereka Muhammad SAW, mengambil berbagai macam teladan, semangat, dan juga mengingatkan kembali akan sirah nabawiyyah. Pendapat serupa juga diamini oleh Grand Syaikh Al-Azhar Syaikh Thanthawi, Mufti Agung Mesir Syaikh Ali Jum'ah, ulama terkemuka Suriah Syaikh Wahbah Zuhaili, dan lain-lain.<br> <br> Meski demikian, sebagian kelompok ulama dari kalangan Wahhabiyyah Salafiyyah di Saudi Arabia banyak yang menganggap peringatan Maulid Nabi adalah bid'ah dan sesat, meskipun di satu sisi yang lain, mereka justru membolehkan peringatan ulang tahun Raja Saudi Arabia, raja mereka, yang digelar dengan sangat mewah dan jauh dari unsur keagamaan. (atj/rt/alm/ <a href="http://www.hidayatullah.com/" target="_blank">www.hidayatullah.com</a>)</span></p><p><span style="font-size: 11pt; font-family: Georgia;">sumber : <a href="http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8813:muslim-rusia-peringati-maulid-nabi&catid=67:internasional&Itemid=55" target="_blank">Hidayatullah</a><br> </span></p>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc" target="_blank">www.komarudin.co.cc</a></div> </div></div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-17119566016055318842009-03-09T14:31:00.001-07:002009-03-09T14:31:08.218-07:00Memperingati Maulid Nabi tidak bolehkah?<div dir="ltr"><p><strong><a href="http://dakwatuna.com">dakwatuna.com</a> - </strong>Jutaan umat Islam di seluruh belahan dunia memperingati tanggal 12 Rabi'ul Awwal setiap tahun, memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. Kaum muslimin saling memberi ucapan selamat, hadiah, dan aneka hidangan yang dipersiapkan untuk peringatan tersebut, bahkan penjual aneka makanan mendapatkan pesanan yang beragam dan melimpah, sesuai kebiasaan dan tradisi khas tempat masing-masing.</p> <p>Waktu berjalan, peringatan maulid Nabi berkembang secara resmi di kalangan pejabat, raja dan pemimpin umat Islam dengan saling memberi ucapan selamat, do'a-do'a keberkahan, bagi-bagi hadiah untuk penghafal Al Qur'an, orasi dan pidato politik.</p> <p>Pertanyaannya adalah, Kapan peringatan maulid Nabi bermula ?<br>Apakah peringatan maulid Nabi di benarkan dalam Islam ?<br>Apa hukumnya secara syariah memperingati maulid ini?</p> <p>Pertanyaan-pertanyaan yang terus terulang saat ada peringatan maulid setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, masih ada perdebatan seputar hukum memperingati maulid, meskipun Rasulullah saw sendiri tidak pernah memperingati hari kelahirannya, begitu juga dengan para sahabat dan tabi'in yang merupakan generasi pilihan.</p> <p><strong>Tradisi Fathimiyyah</strong></p> <p>Sumber-sumber sejarah menceritakan bahwa, di Mesir ada sekelompok pendukung Fathimah putri Nabi, mereka disebut Fathimiyyin, mereka lah pertama kali yang mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mereka mengadakan peringatan secara besar-besaran, mereka membagi-bagikan aneka makanan. Di samping memperingati kelahiran Nabi, mereka juga memperingati hari-hari kelahiran keluarga "ahlul bait" Nabi saw.</p> <p>Inilah kenyataan sejarah yang menjadikan sebagian ulama fiqh menolak mutlak peringatan Nabi, dan memasukkan katagori bid'ah dalam urusan agama yang tidak ada dasar hukumnya. Rasulullah saw tidak pernah memperingati hari kelahirannya sepanjang hidupnya, begitu juga para sahabat dan tabi'in.</p> <p class="arabic">وهو القائل صلى الله عليه وسلم: "من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد"</p> <p>"Barangsiapa yang membuat hal baru dalam urusan agama kami yang tidak ada dasar hukumnya, maka ia tertolak." Artinya tidak termasuk dari ajaran Islam.</p> <p>Para penentang perayaan maulid juga bersandar para praktek perayaan maulid ketika masa Fathimiyyin yang lebih cenderung berlebihan dalam menyebarkan ajaran syi'ah. Tujuan dari peringatan ini, sebagaimana yang dilihat oleh ahli fiqh sekaligus da'i, Abdul Karim Al Hamdan, adalah penyebaran aqidah syi'ah dengan kedok cinta keluarga Nabi dan disertai dengan praktek-praktek yang tidak diperbolehkan hukum, seperti berlebihan di dalam menghormati pemimpin dengan cara-cara sufiestik yang sudah menjerus pada kultus individu, berdo'a kepada selain Allah, bernadzar kepada selain Allah swt. Inilah bentuk-bentuk peringatan maulid Nabi semenjak kelomopk Fathimiyyin sampai sekarang, baik di Mesir atau di belahan dunia lainnya.</p> <p><strong>Mengapa Kita Tidak Memperingati ?</strong></p> <p>Dalam sudut pandang yang berbeda, Dr. Muhammad 'Alawi Al Maliki Al Husni, seorang ahli fiqh, memandang bolehnya memperingati maulid Nabi dengan diisi kegiatan yang bertujuan mendengarkan sejarah perjalanan hidup Nabi saw dan memperdengarkan pujian-pujian terhadapnya. Ada kegiatan memberi makan, menyenangkan dan memberi kegembiraan terhadap umat Islam. Meskipun ia menekankan tidak adanya pengkhususan peringatan pada malam hari tertentu, karena itu termasuk katagori bid'ah yang tidak ada dasarnya dalam agama.</p> <p>Riwayat dari Rasulullah saw, bahwa beliau mengagungkan hari kelahirannya, beliau bersyukur kepada Allah pada hari itu, atas nikmat diciptakan dirinya dimuka bumi dengan membawa misi rahamatan lil'alalmin, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Ketika Rasulullah saw ditanya tentang sebab beliau berpuasa pada hari Senin dalam setiap pekan, beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,<span class="arabic"> (ذلك يوم فيه ولدت)</span>. "Itu hari, saya dilahirkan."</p> <p>Terkait bahwa para sahabat dan tabi'in tidak melaksanakan maulid, Dr Al Husni mengatakan, "Apa yang tidak dikerjakan oleh salafus shaleh generasi awal Islam, tidak otomatis menjadi bid'ah yang tidak boleh dikerjakan. Justru perlu dikembalikan kepada persoalan aslinya, yaitu sesuatu yang membawa mashlahat secara syar'i menjadi wajib hukumnya, sebaliknya sesuatu yang menjerumuskan kepada haram, maka hukumnya haram."</p> <p>Menurut padangan Dr. Al Husni, jika memperingati maulid Nabi membawa mashlahat secara syar'i, maka hukumnya dianjurkan, karena di dalamnya ada kegiatan dzikir, sedekah, memuji Rasul, memberi makan fakir-miskin, dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena membawa manfaat.</p> <p><strong>Tergantung Kegiatan</strong></p> <p>Sebagian ulama mengingkari peringatan maulid, karena di dalamnya bercampur dengan bid'ah dan kemungkaran yang terjadi sebelum abad Sembilan Hijriyah, dengan bersandar pada hukum asli, yaitu "Menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada meraih mashalahat."</p> <p>Ulama ahli Fiqh dari madzhab Maliki, Tajuddin Al Fakihani juga membolehkan. Sebagian ada yang malah menganjurkan, seperti Imam Jalaluddi As Suyuthi dan Ibnu Hajar Al Asqalani, namun mereka mengingkari praktek-praktek bid'ah. Pendapat mereka ini bersandar pada firman Allah swt,<span class="arabic"> {وذكرهم بأيام الله} </span>"Dan ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah."</p> <p>Sejumlah ulama Al Azhar, terutama Syaikh 'Athiyyah Shaqr rahimahullah, telah berfatwa tentang dibolehkannya memperingati maulid Nabi dengan syarat.</p> <p>Fatwa itu tertuang sebagai berikut, "Rasulullah saw telah menetapkan bahwa hari di mana beliau dilahirkan memiliki keutamaan dibanding dengan hari-hari lainnya. Setiap mukmin hendaknya bersungguh-sungguh dalam meraih keagungan pahala, mengutamakan amal. Itulah alasan memperingati hari ini. Dan bersyukur kepada Allah swt atas pemberian-Nya yang sangat besar, berupa kelahiran Nabi akhir zaman yang memberi petunjuk kepada kita menuju syari'at-Nya yang membawa kelestarian. Namun dengan syarat tidak membuatkan gambar-gambarnya secara khusus. Bahkan dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt atas apa yang disyariatkan, mengenalkan manusia keutamaan dan keagungan pribadi Rasul, tidak keluar dari koridor syariat dan berubah menjadi hal yang diharamkan secara hukum, seperti ikhthilat atau campur baur laki-laki dan perempuan, cenderung kepada kegiatan yang tidak ada gunanya dan hura-hura, tidak menghormati baitullah, dan termasuk yang dikatagorikan bid'ah adalah tawasul terhadap kuburan, sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan bertentangan dengan adab.</p> <p>Jika yang dominan adalah kegiatan-kegiatan seperti di atas, maka yang diutamakan adalah mencegah kerusakan sebagaimana kaidah ushul. "Mencegah kerusakan lebih didahulukan dari pada meraih maslahat."</p> <p>Namun jika hal-hal positif lebih dominan dan manfaat secara syar'i didapatkan, maka tidak ada larangan memperingati maulid Nabi dengan tetap mengantisipasi hal-hal negatif sesuai kemampuan." Allahu 'alam</p>Oleh ust Ulis Tofa, Lc<br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc">www.komarudin.co.cc</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-12755357062436521902009-03-08T18:08:00.001-07:002009-03-08T18:08:23.483-07:00Tasawwuf Menurut Ibnu Taymiyyah<div dir="ltr"><center> <h2> <b><font color="#cc33cc"><font size="+3">KEDEKATAN IBNU TAIMIYAH PADA DUNIA TASAWUF</font></font></b></h2></center> <center><b><i>Dr. Thiblawy Mahmoud Saad</i></b></center> <p><b>Tingkatan Sufi Menurut Ibnu Taimiyah</b> </p><p>Ibnu Taimiyah membagi tingkatan sufi menjadi tiga macam; Shufiyah Al-Haqaiq (Tasauf Ekstensialis), Shufiyah Al-Arzaq (Tasauf Essensialis) dan Shufiyah Al-Rasmi (Tasauf Simbolis). </p><p>Mengenai Shufiyah Al-Haqaiq, Ibnu Taimiyah berkata; "Kaum sufi adalah jamaah orang-orang yang jujur dan dipercayai karena kejuhudannya dan ketekunannya dalam beribadah, maka hanya merekalah yang patut mendapat sebutan itu. Dan ada pernyataan seseorang mengatakan, bahwa kaum sufi itu adalah paling jujurnya ulama dan pemerintahan/penguasa, tanpa mengkhususkan pendapatnya kepada kaum sufi yang hidup pada masa Rasulullah (sahabat), kaum sufi dari tokoh tabi'ien atau tabi'it-tabi'ien. </p><p>Bila mereka dijuluki sebagai orang-orang yang jujur di Bashrah, maka para ulama fiqih daerah Kufah juga disebut orang-orang yang jujur dari Kufah. Dan mereka semua selalu berhati-hati di dalam menempuh jalan menuju ridha Allah dan Rasul-Nya, sebagai beban tanggung jawab mereka sebagai tokoh yang diteladani kaumnya. Kedua, pandangan Ibnu Taimiyah tentang Shufiah Al-Arzaq. Ia berkata; "Mereka adalah kaum sufi yang sangat berhati-hati di dalam beribadah..." kemudian Ibnu Taimiyah melanjutkan kata-katanya tentang Shufiyah Al-Arzaq; "Mereka adalah kaum sufi yang sebutannya terbatas pada cara berpakaiannya (wool) saja, atau tingkah lakunya dalam pergaulan sebagai contoh teladan bagi pengikut mereka." </p><p><b>Pandangan Ibnu Taimiyah terhadap Kepribadian Kaum Sufi dan Kitab-Kitab Tasauf</b> </p><p>Ibnu Taimiyah berkata, "Di dalam memahami jalan hidup yang ditempuh kaum sufi, orang-orang ramai yang keliru memandang mereka, bahkan mengecam tasawuf sebagai sumber ilmunya. Orang-orang itu pun berkata; kaum sufi adalah kelompok ahli bid'ah, yakni orang yang ibadahnya menyimpang dari ajaran sunnah Nabi, namun banyak diikuti oleh beberapa aliran, karena mereka mengaku sebagai paling istimewanya makhluk setelah para Nabi." </p><p>Dan Ibnu Taimiyah menyanggah pendapat ini dengan kata-katanya; "Yang benar..., mereka adalah hamba-hamba yang taat kepada Allah untuk mendapatkan ridha-Nya, seperti sahabat Nabi dahulu. Di antara mereka ada yang mendekatkan diri kepada Allah dengan ketekunan ibadahnya, ada pula yang melalui safar (perjalanan musafir). Namun sesekali mereka ada yang keliru melangkah, maka dia bertaubat memohon ampunan atas kesalahannya." Pada pendapatnya ini Ibnu Taimiyah menjelaskan ruh tasamuh (ramah dan murah hati) kaum sufi dan ahli salaf. </p><p>Ibnu Taimiyah akan menerangkan kepada kita tentang beberapa karya tulis sufi yang diantaranya adalah hasil rujukan dari kitab-kitab pendahulu mereka. Ia juga menyebutkan perbedaan-perbedaan yang mesti dibantah dan hadis-hadis dha'if dalam kitab itu. Akan tetapi dari cacat dan kebaikan suatu kitab, kita tidak akan luput dari manfaat yang ada di baliknya. </p><p>Suatu waktu, Ibnu Taimiyah pernah diminta komentarnya tentang kitab Ihyaa 'Ulumuddien, karangan al-Ghazali dan kitab Qutul Qulub (Makanan Hati) karangan Abu Thalib al-Makki. Ia menjawab; "Kitab-kitab itu telah membawa dampak yang cukup besar di dalam membina rasa sabar, syukur, cinta kasih kepada Allah, tawakkal, dan tauhid seseorang. Maka Abu Thalib lebih banyak mengetahui daripadaku mengenai orang yang ahli dalam ilmu hati dari kalangan sufi." </p><p>Setelah itu Ibnu Taimiyah memuji kata-kata al-Makki dan berkata; " Wawasannya luas sekali dan jauh dari faham bid'ah. Padahal sulit sekali kita dapatkan hadis yang menunjukkan cara pembinaan hati, walaupun ada, itu adalah hadis dha'if dan maudhu'." </p><p>Dan Ibnu Taimiyah menjelaskan, bahwa pembahasan al-Ghazali tentang Al-Mukhlikat (sifat-sifat yang merusak) dalam kitabnya yang berjudul Ihyaa Ulumuddien dipengaruhi oleh Al-Muhasibi melalui karya tulisnya Ar-Ri'ayah li Huquqillah." </p><p>Ibnu Taimiyah berkata: "Sedangkan pembicaraan al-Ghazali tentang sifat-sifat yang merusak ( al-Mukhlikat) dalam kitab Ihyaa Ulumuddiennya seperti sifat sombong, riya, hasud dan lain-lain. Adalah nukilan dari kitab Ri'ayah al-Muhasibi diantara pendapatnya ada yang diikuti, ada yang ditentang dan ada yang menimbulkan berbagai pendapat ulama. Tetapi kitab Ihyaa Ulumuddien banyak mengandung manfaat." </p><p>Ibnu Taimiyah tidak terlalu fanatik dengan karya al-Ghazali itu. Buktinya, Ia menganggap banyak faedah yang terkandung dalam kitab Ihyaa Ulumuddien, tetapi ia berkata; " Dalam kitab itu ada materi pembahasan yang tercela sungguh di sana terdapat fikiran-fikiran filosof yang merusak tentang tauhid, kenabian, alam akhirat dan lain-lain. </p><p>Sampai tokoh Muslimin pun memungkiri karya tulis Abu Hamid. Maka berkata; "Apakah dia berpura-pura sakit?" sebagaimana diucapkan oleh Abu Bakar Ibnu al'Arabi, al-Hafid al-'Iraqi juga menyebutkan beberapa hadis dha'if dalam kitab Ihyaa Ulumuddien. </p><p>Barulah kemudian Ibnu Taimiyah berbicara tentang kandungan kitab Ihyaa Ulumuddien yang penuh kebaikan menuju ibadah dan penjelasan sekitar masalah pekerjaan hati, di samping penjelasannya mengenai peranan tokoh sufi yang bijaksana. Ia berkata,"Di dalam kitab Ihyaa Ulumuddien itu terdapat pandangan tokoh sufi yang bijaksana dan alim dalam mengetahui perbuatan-perbuatan hati berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi. </p><p><b>Karya-Karya Tulis Sufi Ibnu Taimiyah</b> </p><blockquote><b>1. At-Tuhfah al-'Iraqiyah fi A'mal al-Qalbiyah </b>(Kalangan Iraq tentang perbuatan-perbuatan Hati)</blockquote> Dalam kitab ini Ibnu Taimiyah berkata; "Pembahasan singkat tentang kekuatan (peran) hati dalam kehidupan menusia yang kita sebut dengan ahwal dan maqaamat adalah sebahagian dari dasar kepercayaan dan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakkal, ikhlas, syukur, sabar (menerima takdir Allah), takut (kepada Allah), raja' (berharap kepada Allah). <p>Dan akan kita ketahui, bahwa Ibnu Taimiyah sering menggunakan istilah-istilah kaum sufi terdahulu di dalam kitabnya, seperti kata al-maqamat wal-ahwal." Istilah ini sudah lama dikenal dan dipergunakan oleh mereka. </p><p>Di dalam menafsirkan makna al-Maqamat wal-ahwal, Ibnu Taimiyah menyamakannya dengan arti rasa cinta, tawakkal, ikhlas, raja', takut kepada Allah (khauf) dan syukur. Dan dalam risalahnya ini, ia menjelaskannya secara rinci sebagaimana lazimnya kitab-kitab para sufi. </p><p><b>Qaidatul Mahabbah (Dasar Cinta Kasih)</b> </p><p>Ibnu Taimiyah adalah seorang sufi yang memiliki rasa cinta. Berikut pernyataannya dalam risalah berjudul "at-Tuhfah al-'Iraqiyah fil A'mal al-Qalibiyah"; "... Adapun langit, bumi dan apa yang berada diantara keduanya, matahari, bulan, gugusan bintang dan lapisan atmosfir serta awan, hujan, juga tumbuh-tubuhan adalah tanda kekuasaan Allah yang dititipkan kepada langit dan bumi yang patuh mengerjakan segala perintah yang dititahkan kepadanya. </p><p>Pada akhir risalahnya itu, Ibnu Taimiyah berkata: "Sudah kita ketahui, bahwa semua gerakan unsur dalam itu adalah bersumber dari rasa cinta kasih kepada sang Khalik (pencipta)". Dan satu-satunya cara Ibnu Taimiyah mencintai Tuhannya adalah menganut ajaran agama yang diridhai Allah, karena hanya itulah satu-satunya perantara yang akan menyampaikan semua amal baiknya kepada Illahi. </p><p>Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa ia setuju dengan pandangan al-Fadhil bi 'Iyadh tentang sebuah ayat al-Quran: "Agar Dia menguji siapakah di antara kamu sekalian yang lebih amalnya." (Hud:7) </p><p>Kemudian dia melanjutkan; ...dengan ikhlas dan benar: Murid-muridnya bertanya; "mengapa mesti ikhlas dan benar?" AL-Fadhil menjawab; "Karena Allah tidak akan menerima perbuatan benar tanpa didasari ikhlas Lillahi Ta'ala, pun sebaliknya Dia tidak meridhai amal yang kamu dasari hati ikhlas sedang itu adalah perbuatan salah, maka amalmu harus didampingi keduanya, ikhlas dan benar". </p><p>Seperti juga Asy-Syubli meriwayatkan, bahwa Ibnu Taimiyah berpandangan .... "rasa cinta harus dibuktikan dengan melaksanakan perintah Allah." Dan ia mengulang kata-katanya; "rasa cinta itu menuntut dilaksanakannya kewajiban dengan sempurna, dan kesempurnaan cinta kasih akan membawa kepada amal yang sempurna pula. Sedangkan maksiat adalah suatu hal yang mengurangi cintanya seorang hamba." </p><p>Berikut ini Asy-Syubli berpendapat tentang cinta kepada Allah: </p><p>"<i>Kamu durhaka kepada Allah, padahal kamu berharap cintanya. Hal itu jelas tidak logik, bila cintamu itu tulus, pastilah kamu mentaatinya. Sesungguhnya orang yang bercinta itu patuh kepada yang dicintainya."</i> </p><p><b>2. Kitab Al-Istiqamah</b> </p><p>Salah satu judul buku sufi Ibnu Taimiyah yang lain adalah "<i>Qaidatun fi Wujubil Istiqamah wal I'tidal</i> (prinsip dasar kejujuran dan keadilan). Setelah mendengar penjelasan Ibnu Taimiyah dalam buku ini, kelompok Mu'tazilah dan Asy'ariyah beserta para pengikutnya mengecamnya dengan ilmu kalam. Namun tidak mudah bagi ulama sufi untuk mengikuti kelompok tersebut, karena telah merasa jemu dengan ilmu kalam mereka, bahkan ketekunannya menelaah karya-karya sufi Ibnu Taimiyah semakin meningkat. </p><p>Di dalam bukunya itu pula, Ibnu Taimiyah menulis satu fasal yang merupakan sanggahan terhadap risalah Abu al-Qasim al-Qusyairi. Ibnu Taimiyah berkata: "Ada satu pasal dalam risalah Abu al-Qasim al-Qusyairi yang terkenal itu menyebutkan adanya perpecahan pandangan kaum sufi terhadap ilmu kalam. Dan dia menyatakan sebagian kaum sufi menyokong pada kelompok Asy'ariyah. Itu hanyalah dugaan Abu al-Qasim al-Qusyairi sebagaimana halnya Abu Bakar bin Faruk dan Abu Ishak Al-Asfarayaini. Kemudian Ibnu Taimiyah menambahkan; "Abu al-Qasim itu telah membuat bingung kaum sufi dengan ilmu kalam kelompok Asy'ariyah dan Kilabiyah." </p><p>Seringkali Ibnu Taimiyah menerangkan kedudukan tokoh kaum sufi, bahwa mereka tetap berpegang pada ajaran sunnah Nabi dan sebaliknya menolak pandangan kelompok Kilabiyah dan Asy'ariyah yang menganut faham ilmu kalam. Kata-kata Ibnu Taimiyah ini adalah sindiran kepada al-Qusyairi. Pada akhir kitabnya ini Ibnu Taimiyah lebih banyak menyanggah ilmu kalamnya al-Qusyairi. <i>(Disarikan dari "Tasawuf Menurut Ibnu Taimiyah karya Dr. Thiblawy Mahmoud Saad) <br></i></p><p><i><a href="http://www.angelfire.com/journal/suluk/taimiyah.html">http://www.angelfire.com/journal/suluk/taimiyah.html</a><br></i></p> <br>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc">www.komarudin.co.cc</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-57228447252786707342009-03-08T15:56:00.001-07:002009-03-08T15:56:07.928-07:00Aqidah Asy'afiyah VS Ahlussunnah oleh Salafy<div dir="ltr"><meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Arial Unicode MS"; panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1 -369098753 63 0 4129279 0;} @font-face {font-family:"\@Arial Unicode MS"; panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:128; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1 -369098753 63 0 4129279 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-align:right; mso-pagination:widow-orphan; direction:rtl; unicode-bidi:embed; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} @page Section1 {size:595.3pt 841.9pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0; mso-gutter-direction:rtl;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:584337435; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-201695368 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">PERBEDAAN POKOK ANTARA AQIDAH ASY'ARIAH dengan AQIDAH<br> <span style=""> </span>AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH<br> <br> Disebut aqidah Asy'ariah karena pencetus awalnya adalah Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari. Pada <span style=""> </span>walnya beliau adalah tokoh firqah Mu'tazilah <span style=""> </span>paham rasionalisme) sebelum beliau bertaubat kembali kepada pemahaman Manhaj Salaf, karena sejak kecil beliau diasuh oleh Bapak angkatnya yang juga sebagai tokoh Mu'tazilah pada masa itu yakni Abu Ali al-Jubba'i. Maka tidak heran jika beliau juga menjadi tokoh Mu'tazilah pada waktu itu disebabkan kecerdasan yang beliau miliki atas karunia Allah <br> Ta'ala. Kemudian atas taufiq dari Allah<span style=""> </span>Ta'ala, beliau menyadari atas kekeliruannya selama ini dan dengan ijin Allah jua beliau mengoreksi kembali dan memberikan bantahan atas penyimpangan-penyimpangan pemahaman Mu'tazilah yang beliau<span style=""> </span>kagumi selama 40 tahun. Walau, tatkala itu beliau pun masih<span style=""> </span>menonjolkan akal dalam menyergah faham-faham Mu'tazilah.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Dan itu merupakan proses perjalanan panjang pemikiran dan keyakinan Abu<span style=""> </span>Al-Hasan Al-Asy'ari <br> yang akhirnya berujung pada sikapnya untuk kembali kepada ajaran yang haq, yakni berpegang kepada pemahaman salaf. Dalam mengomentari perkembangan pemikiran Al-Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari, Al-Imam Ibnu Katsir berkata, "Mereka menyebut bahwa Abu<span style=""> </span>Al-Hasan Al-Asy'ari memiliki tiga tahapan :</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Pertama :<br> Memegangi paham Mu'tazilah dimana kemudian beliau taubat tak diragukan lagi.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Kedua :<br> Menetapkan tujuh sifat bagi Allah berdasarkan akal yakni: <br> Al-Hayat, Al-Ilmu, Al-Qudrah, Al-Iradah, As-Sam'u, Al-Bashar, Al-Kalam dan menta'wil sifat-sifat khabariyah seperti, wajah Allah, tangan Allah, kursi <span style=""> </span>Allah dan lain-lain.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Ketiga :<br> Menetapkan semua sifat Allah tanpa takyif dan tasybih sesuai dengan pemahaman as-Salaf sebagaimana dalam kitab Al-Ibanah 'An Ushul<span style=""> </span>Ad-Dieniiyah yang merupakan tulisan terakhirnya. (Dan kitab ini merupakan taubat dan kembalinya beliau kepada Manhaj Salaf-pen)<br style=""> <br style=""> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Pengaruh Mu'tazilah yang sangat kuat membawanya melalui tahapan kedua sebelum akhirnya kembali pada madzhab salaf yang murni. Meski demikian, pemahaman yang telah dikembangkan oleh beliau dikala belum kembali kepada manhaj yang haq, hingga kini masih bergulir dan digeluti oleh banyak <br> kaum muslimin. Dan yang paling menonjol<span style=""> </span>diantara faham yang pernah diajarkannya adalah berkenaan dengan<span style=""> </span>penetapan 7 sifat wajib bagi Allah dan 7 sifat mustahil bagi Allah.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Dan yang kemudian dikembangkan oleh Syaikh Maturidiyah menjadi 13<span style=""> </span>sampai 20 sifat. Dan bila ditelusuri lebih lanjut, nyatalah bahwa penetapan sifat wajib dan mustahil bagi Allah sebanyak tujuh sifat merupakan penetapan beliau berdasarkan akal. Padahal, untuk masalah-masalah yang menyangkut eksistensi Allah, segala penetapannya harus bersandar kepada apa yang telah dikhabarkan oleh Allah Ta'ala melalui firmanNya dan RasulNya shallallahu 'alaihi wa salam melalui hadits-haditsnya yang shahih dengan tanpa ta'thil, takyif, tahrif, tasybih atau tamsil. Oleh karena itu, ada kesalahpahaman yang sempat melanda kaum muslimin, baik dulu maupun sekarang. Yaitu pendapat yang mengatakan bahwa aqidah Asy'ariyah tidak berbeda dengan aqidah Ahlussunnah, atau mereka itulah Ahlusunnah yang sesungguhnya.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Perlu diketahui bahwa Asy'ariyah dalam masalah aqidah, telah melewati masa-masa yang kian menambah jarak antara mereka dengan Ahlussunnah. Terutama setelah para tokohnya yang datang terakhir memasukkan prinsip-prinsip keyakinan yang diambil dari filsafat, tasawuf, mantiq dan ilmu kalam. Pada gilirannya Asy'ariyah tercemari oleh pemikiran-pemikiran bathil. Mereka (Asy'ariyah) sejalan <span style=""> </span>dengan Ahlusunnah dalam beberapa masalah aqidah dan berbeda dalam beberapa perkara lainnya. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Beberapa masalah penting yang menjadi perbedaan antara Asy'ariyah dengan Ahlussunnah adalah :<br style=""> <br style=""> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><b>Pertama</b> :<br> Penafsiran makna "Tauhid" yang dibatasi pada "Tauhid Rububiyah" dan kelalaian mereka dari Tauhid Uluhiyah dan Ibadah. Kita telah memahami bahwa para rasul datang mendakwahkan Tauhid Uluhiyah. Sebagaimana dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya' : 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada yang diibadahi (dengan<span style=""> </span>haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu akan Aku." Inilah tauhid yang menjadi tujuan diciptakannya jin dan manusia, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 56 <br> : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Manhaj Asy'ari dalam Tauhid Uluhiyah tidaklah jelas. Hal ini karena<span style=""> </span>beberapa sebab diantaranya adalah :</p> <ol style="margin-top: 0cm;" start="1" type="1"><li class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-right: 0cm; margin-left: 36pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Definisi Al-Ilah yang mereka artikan sebagai "Yang Maha Kuasa untuk mencipta" seperti disebutkan oleh Al-Baghdadi yang dia nisbatkan kepada Abu Al-Hasan Al-Asy'ari.</li><li class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-right: 0cm; margin-left: 36pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Kitab-kitab karangan mereka dalam hal aqidah tidak membahas Tauhid Uluhiyah secara khusus. Bahkan para tokoh Asy'ariyah <span style=""> </span>dalam tulisan-tulisan mereka menggunakan cara-cara ahli filsafat atau <span style=""> </span>ahlu kalam. Mereka memulai tulisan-tulisannya dengan pengertian-engertian logika, teori-teori, bukti kebenaran nyata berdasarkan akal, tashawwur dan berbagai istilah ahlu kalam dan filsafat. Kemudian penyebutan dalil-dalil naqliyah (tekstual) <span style=""> </span>tidak memberikan faedah berupa keyakinan sedang dalil-dalil akal adalah qath'I (pasti) dan yakin. Setelah itu pembicaraan berpusat <span style=""> </span>sekitar kejadian alam, penetapan pencipta dan hal-hal lain yang berasal dari filsafat dan ilmu kalam, kemudian alur pembicaraan akhirnya tertumpu <span style=""> </span>pada penetapan Tauhid Rububiyah.</li><li class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-right: 0cm; margin-left: 36pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> Asy'ariyah menetapkan bahwa kewajiban pertama bagi mukallaf (orang yang sudah mencapai masa baligh) adalah an-Nazhar <span style=""> </span>(melihat) untuk menetapkan wujud Allah dan akhirnya keesaan Allah dalam dzat dan perbuatan. Bukan berarti Ahlusunnah mengenyampingkan Tauhid Rububiyah, tetapi orang-orang Asy'ariyah telah memulai dengan <span style=""> </span>suatu hal yang tidak dicontohkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa salam. Sebab Tauhid Rububiyah adalah fitrah, hampir-hampir tidak ada yang mengingkari secara keseluruhan melainkan sedikit. Tidak pernah kita mengenal suatu umat yang sepakat untuk mengingkari Tauhid Rububiyah, kalaulah ada kita akan dapatkan dalam kisah-kisah para nabi. Sebaliknya kesesatan berbagai umat, firqah atau kelompok terdapat pada penentangan terhadap Tauhid Uluhiyah.</li><li class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-right: 0cm; margin-left: 36pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Sebagai akibat dari penafsiran tauhid yang dibatasi pada Tauhid Rububiyah oleh Asy'ariyah secara umum, kita jumpai bermacam bid'ah dalam ibadah bahkan perbuatan syirik atau membela perbuatan syirik pada orang-orang yang menisbatkan diri mereka kepada Asy'ariyah. <br> Ini karena sikap remeh dan menganggap enteng Tauhid Uluhiyah. Disamping itu Asy'ariyah memang memiliki hubungan lama dengan Sufiyah.</li></ol> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebut lima tabaqat (generasi) orang-orang yang menisbatkan diri mengambil dari Abu Al-Hasan Asy'ari. Dari setiap tabaqat (generasi) terdapat orang yang ber-intisab kepada sufi.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> <b>Kedua</b> :<br> <span style=""> </span>Mendahulukan akal yang mereka istilahkan dengan kepastian-kepastian akal dari pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam perkara-perkara ghaib, I'tiqad dan sifat-sifat Allah. Beberapa permasalahan penting yang menjadi kesepakatan Asy'ariyah, Maturidiyah, Mu'tazilah dan Jahmiyah adalah mendahulukan akal daripada wahyu. Kaidah mereka dalam hal ini diungkap oleh <br> Al-Juwaini dan Ar-Razi dan juga yang lainnya, yaitu dalil naqli tidak memberikan faedah berupa keyakinan, karena dalil naqli sifatnya zhanni sedang dalil aqli sifatnya qath'I (pasti), perkara yang bersifat zhanni (dugaan) tidak bisa menentang yang qath'i.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style=""> </span>Oleh karena itu, lihatlah di dalam majlis-majlis mereka dalam membahas perkara-perkara agama sedikit sekali mereka menggunakan cara-cara Ahlusunnah dalam menyampaikan ilmu dien yakni cara <span style=""> </span>ahlu hadits/ ahlu atsar. Kebanyakan mereka berbicara tentang agama dengan kepastian kebenaran akal. Bisa jadi pembahasan satu ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi, ditakwilkan dengan berbagai macam-macam bentuk penakwilan agar dapat diterima oleh akal-akal mereka dan <br> memuaskan hawa nafsunya. Mereka memulai penyampaian ilmu dengan pengertian-pengertian logika, teori-teori, bukti kebenaran nyata berdasarkan akal, tashawwur dan berbagai istilah ahlu kalam dan filsafat. Kemudian penyebutan dalil-dalil naqliyah (tekstual) tidak memberikan faedah berupa keyakinan sedang dalil-dalil akal adalah qath'I (pasti) dan yakin. Setelah itu pembicaraan berpusat sekitar kejadian alam, penetapan pencipta dan hal-hal lain yang berasal dari filsafat dan ilmu kalam, kemudian alur pembicaraan akhirnya tertumpu pada penetapan Tauhid Rububiyah</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Ketiga :<br> Asy'ariyah tenggelam dalam ta'wil sifat-sifat Allah yang telah dilarang oleh para salaf as-Shalih Asy'ariyah dan para pengikutnya seperti Maturidiyah dan lain-lainnya. Mereka, dalam mengimani masalah Asma' dan Sifat Allah adalah dengan menetapkan nama-nama Allah dan sebagian sifat-Nya serta menolak sebagian besarnya. Mereka menetapkan nama-nama dan menolak sebagian besar sifat-sifat Allah berdasarkan kesesuaian <span style=""> </span>akal manusia. Mereka menetapkan sifat tujuh bagi Allah yakni Al-Iradah, Al-Qudrah, Al-'Ilmu, Al-Hayah, Al-Bashar, As-Sama', dan Al-Kalam.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Mereka meyakini sifat-sifat yang mereka tolak itu bila ditetapkan (menurut mereka) akan terjadi tasybih (penyerupaan dengan makhluk). Mereka katakan, "Kami menetapkan sifat tujuh bagi Allah ini lantaran secara akal memang demikian."Cobalah lihat cara mereka menetapkan sifat-sifat Allah itu dengan logika: "Dengan adanya makhluk, berarti menunjukkan bahwa Allah itu Al-Qudrah (memiliki sifat kuasa). Kemudian, dengan adanya <span style=""> </span>makhluk yang mempunyai kekhususan masing-masing menunjukkan Allah itu mempunyai sifat Al-Iradah (berkehendak). Selanjutnya, dengan ihkam (keserasian penciptaan) makhluk menunjukkan Allah itu mempunyai sifat Al-Ilmu (berilmu). Dan semua sifat-sifat Al-Ilmu, Al-Qudrah, Al-Iradah menunjukkan Allah itu hidup (Al-Hayyu) dan hidup tentunya mempunyai sifat Al-Bashar (melihat), As-Sam'u (mendengar), Al-Kalam (berbicara). Inilah sifat yang sempurna, kemudian meletakkan sifat-sifat yang berlawanan dengan hal-hal di atas, seperti bisu, buta, dan tuli sebagai sifat terlarang bagi Allah."</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Adapun sifat-sifat Allah yang lain yang mereka tolak karena tidak cocok dengan akal mereka. Mereka menolak sifat-sifat itu dengan cara menakwil dengan merubah makna asli kepada makna yang lain. Ta'wil yang mereka lakukan khususnya pada sifat-sifat khabariyah seperti tangan, mata, wajah, istiwa', nuzul (turunnya Allah ke langit dunia), benci, ridha dan lain-lain. Asy'ariyah tidak <br> mengimaninya seperti kedatangan kabar-kabar tentang itu sebagaimana yang dilakukan oleh Salaf as-Shalih. Tetapi mereka mena'wil dan memalingkan lafazh-lafazhnya dari bentuk zhahirnya. Hal ini menurut mereka karena adanya tajsim (menjasmanikan) dan tamsil (menyerupakan).</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Mereka lalai bahwa akibat dari perbuatan ini berarti mereka telah berbuat tahrif (penyimpangan) pada kalam Allah dan mena'wil maknanya. Mereka juga berkata tentang Allah tanpa <br> dilandasi ilmu dan keharusan-keharusan lainnya (perangkat dalam memahami ilmu agama) akibat dari perbuatan ta'wil serta menafikan (menolak) sikap penyerahan terhadap Allah. Bagaimana mungkin Allah memberitakan tentang diri-Nya atau Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam <br> dengan sesuatu yang tidak layak atau mengharuskan tasybih dan tajsim, kemudian baru dapat disingkap kebenarannya oleh ahlu kalam setelah abad III hijriyah. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Tidak mungkin pemahaman yang benar tentang sifat-sifat Allah itu terlepas dari para shahabat, tabi'in dan salaf al-Ummah yang lainnya. Padahal Allah telah menutup pintu tasybih dan tamsil dengan firmanNya yang artinya : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah Yang <br> Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (As-Syura: 11)</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Kaidah Ahlussunnah wal Jama'ah dalam menyikapi tentang khabar-khabar yang datang dari Allah dalam kitab-Nya dan apa yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam yang <br> tertera dalam kitab-kitab hadits yang shahih adalah wajib untuk diimani,baik dipahami maknanya atau tidak, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa':136 yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah <span style=""> </span>dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An-Nisa' : 136 )<br style=""> <br style=""> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Atau surat An-Nisa' : 170 yang artinya :"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam) itu kepadamu dengan (membawa)kebenaran dari Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di <br> bumi itu adalh kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (An-Nisa' : 170 )</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Dalam hal ini, apa yang sudah disepakati oleh Salaf al-Ummah dan imam-imam Ahlussunnah yang menerima nash-nash yang berhubungan dengan asma' dan sifat, seperti bersemayam (istiwa'), tangan (al-yad) dengan tanpa tahrif, ta'thil, takyif, tasybih atau tamsil.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style=""> </span>Mentauhidkan Allah dalam asma dan sifat-sifat-Nya termasuk perkara yang amat besar dalam pembahasan ilmu ushuluddin. Pendapat-pendapat para ahli filsafat dan ahli Ilmu Kalam telah rancu dan simpang siur dalam masalah ini. Ada yang menafikan sama sekali, ada yang mengakui asma Allah secara mujmal tapi menafikan sifat-sifat-Nya dan ada pula yang mengakui kedua-duanya (asma dan sifat) tetapi menolak sebagiannya dan mentakwilnya dengan mengubah makna dan lafazhnya.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Dalam masalah ini, Salafush Shalihin mengimani seluruh apa yang ada pada Kitabullah dan yang disebutkan dengan Sunnah yang shahih tanpa tahrif (menyimpangkan lafazh kepada lafazh yang lain), ta'thil (mengurangi/menolak), takyif (menanyakan bagaimana hakikatnya), tasybih penyerupaan dengan makhluk) atau tamsil. Mereka meyakini bahwa asma Allah Ta'ala dan sifat-sifat-Nya bersifat tauqifiyah (apa adanya dari Allah dan Rasul-Nya) tak boleh ditetapkan (itsbat) <br> atau ditolak (dinafikan) kecuali dengan izin syara'. Yakni mereka tidak mengitsbat asma dan sifat untuk Allah kecuali asma dan sifat yang Allah itsbatkan sendiri dan yang diitsbatkan Rasul untuk <br> diri-Nya dengan izin Allah. Dan bahwa asma dan sifat yang telah tetap bagi Allah ialah bahwa Dia tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, bahkan seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang tetap bagi Allah <span style=""> </span>yang disebutkan oleh nash-nash yang jelas adalah khusus buat-Nya <span style=""> </span>saja.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br> Jika ada asma yang ditetapkan bagi Allah tetapi juga dimiliki makhluk-Nya, maka persamaan tersebut hanya dalam lafazh, tidak dalam hakikat. Karena dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak sama dengan dzat-dzat selain Allah, maka sifatnya pun demikian, karena Allah itu tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya baik pada dzat maupun sifat-Nya. Seperti contoh di dalam firman-Nya bahwa Allah mempunyai tangan (yaddullah), ini berarti bahwa tangan Allah berbeda dengan tangan makhluk-Nya. Hanya sama dalam lafazh tetapi berbeda dalam<span style=""> </span>hakikat. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Sebagaimana kata Ibnu Abbas yang artinya :"Tidaklah sama apa-apa yang di surga dengan apa yang ada di dunia kecuali hanya sama dalam masalah nama." (Sanadnya shahih. Lihat<span style=""> </span>dalam <br> Taqrib at_tadmuriyah, hal. 42)</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Dan dalam hadits Qudsi dengan sanad yang shahih yang artinya : "Telah Kami siapkan untuk hamba-Ku yang shalih apa-apa (nikmat surga) yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak juga didengar oleh telinga dan tidak pernah terdetak di hati manusia." Padahal<span style=""> </span>Allah telah mengkhabarkan di dalam Al-Qur'an tentang kenikmatan di<span style=""> </span>surga, seperti Allah memberitakan, dalam surga itu ada makanan,<span style=""> </span>minuman, pakaian, istri-istri, rumah, kurma, anggur, buah-buahan, daging, arak, susu, madu, air, emas, perka, dan lain-lain.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Berita-berita tersebut benar dan benar-benar ada. Walau nama-nama tersebut sama dengan apa yang ada di dunia tetapi hakikatnya berbeda, kita tidak mengetahuinya. Apalagi tentang nama-nama dan<span style=""> </span>sifat-sifat Allah Yang Maha Suci, tentu Allah Yang Maha Tahu tentang<span style=""> </span>hakikat diri-Nya.</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Mengenai pembatasan sifat-sifat Allah menjadi beberapa bahagian, misal sifat wajib dan mustahil bagi Allah atau sifat wajib bagi Allah ada 13 atau 20, hal ini sangat bertentangan dengan hukum<span style=""> </span>syara' dan kaidah salafush-shalih. Karena Allah lah yang mengetahui tentang diri-Nya sendiri <br> bukan makhluk-Nya. Karena jika sifat Allah<span style=""> </span>dibatasi berarti hilang lah kesempurnaan bagi Allah, karena dengan<span style=""> </span>pembatasan tersebut berarti mengurangi kesempurnaan bagi Allah Yang<span style=""> </span>Maha Sempurna. Sekiranya Allah menyebutkan tentang diri-Nya dalam Asma-ul Husna, maka kita wajib mengimani apa adanya dengan tanpa pembatasan, mengurangi atau menambah, takwil, penyimpangan makna<span style=""> </span>dll. Maka kita wajib mengimani apa-apa yang diterangkan Allah di dalam kitab-Nya yang mulia (Al-Qur'an) dan petunjuk Rasul-Nya. Sedangkan makhluk-Nya mengetahui asma dan sifat Allah hanya sebatas<span style=""> </span>asma-asma dan sifat-sifat Allah yang Allah terangkan di dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Selain itu Allah lah Yang Maha Tahu. Dalam menyikapi akal sebagai karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia, maka manhaj Ahlussunnah memberikan penjelasan yang<span style=""> </span>gamblang dan terang. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Kita mengetahui bahwa akal adalah media pengetahuan yang terbatas yang tak mampu menjangkau perkara-perkara ghaib kecuali dengan gambaran semata, tidak sampai yakin. Para<span style=""> </span>salafush shalihin mengimani apa yang diberitakan oleh nash Al-Qur'an dan sunnah Nabi-Nya yang mulia dalam perkara-perkara ghaib dengan tidak mencoba-coba memikirkan hakikat sebenarnya, karena hal itu di luar jangkauan akal. Membatasi akal dari memikirkan perkara-perkara seperti itu bukan berarti membelenggunya secara keseluruhan, karena kaum muslimin telah sepakat bahwa seorang anak kecil dan orang gila tidak terkena taklif (beban syari'at) lantaran akalnya kurang. Allah juga menyuruh kita untuk mentadaburi kitab-Nya, dan tadabur ini<span style=""> </span>tidak mungkin kecuali dengan akal. Akal hanya dilarang digunakan untuk masalah yang bukan bidangnya atau digunakan untuk menarik kesimpulan bagi manhaj (metodologi) yang bertentangan dengan manhaj<span style=""> </span>Al-Qur'an dan Sunnah. Sikap salafush-shalihin dalam mensyukuri<span style=""> </span>nikmat akal sebagai karunia dari Allah adalah bahwa mereka tidak<span style=""> </span>mengunggulkan akal, tidak menuhankannya dan tidak menganggapnya<span style=""> </span>cukup dan berdiri sendiri, tetapi mereka menempatkan fungsi akal<span style=""> </span>sesuai dengan kedudukannya. </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Mereka menggunakan akal dalam batas-batas wilayahnya, seperti dalam mentafakuri alam, dalam masalah-masalah fikih (amaliah) dan dalam menemukan ilmu-ilmu yang bersifat kebendaan yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan<span style=""> </span>masyarakat. Inilah kesempurnaan ilmu dan jangkauan pandangan serta<span style=""> </span>selamatnya pemikiran mereka. Seandainya akal dijadikan penafsir seluruh masalah, maka tak perlu Rasul-Rasul diutus dan tak perlu kitab-kitab suci (kitab-kitab samawi) diturunkan. Wallahu a'lam</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="margin-left: 18pt; text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style=""> </span>Sumber : Majalah Assunah edisi 19/II/1417-1996<br> <span style=""> </span>Penerbit : Lajnah Istiqamah - Surakarta<br> <br> <br> Copyright <span style="">�</span> Al-Islam 1998<br> Jl. Pahlawan Revolusi, No 100, Jakarta 13430<br> Telpon: 62-21-86600703, 86600704, Fax: 62-21-86600712<br> E-Mail: [EMAIL PROTECTED]</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Sumber : <a href="http://www.mail-archive.com/hizb@hizbi.net/msg21367.html">http://www.mail-archive.com/hizb@hizbi.net/msg21367.html</a> </p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><br></p><p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">My comentar :</p><p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> Trus yang dimaksud Ahlussunnah wal jama'ah al firqotunnajiyah itu siapa menurut salafy ini?</p><p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Trus Mulai lahir Ahlussunnah wal jama'ah itu kapan dan apakah pernah hilang gak ada ahlussunnah?</p> <p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;">Ibnu Hajar Al-atsqolani dan imam Nawawi ahlussunnah bukan ya? kok dia menginduk pada faham aqidah asy'ariyah?</p><p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> Yg bener aja sifat wajib yg ditulis oleh Asyariyah tidak ada dalam Al-qur'an dan sunnah? sudah di ceck? apa gk lihat?<br></p><p class="MsoNormal" dir="ltr" style="text-align: left; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> <br></p> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-32430765085997497932009-02-25T07:03:00.001-08:002009-02-25T07:03:06.039-08:00Sandaran suatu dalam beramal<div dir="ltr"><meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-align:right; mso-pagination:widow-orphan; direction:rtl; unicode-bidi:embed; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-align:right; mso-pagination:widow-orphan; direction:rtl; unicode-bidi:embed; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style> </p><p style="text-align: center;" class="MsoNormal" dir="rtl"><b><span style="color: black;" lang="AR-SA">عن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="color: black;" lang="AR-SA"><span dir="ltr"></span> </span><span style="color: black;" lang="AR-SA">النبي صلى الله عليه وسلم قال سددوا وقاربوا وأبشروا فإنه</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="color: black;" lang="AR-SA"><span dir="ltr"></span> </span><span style="color: black;" lang="AR-SA">لا يدخل أحدا الجنة عمله قالوا ولا أنت يا رسول الله قال ولا أنا إلا أن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="color: black;" lang="AR-SA"><span dir="ltr"></span> </span><span style="color: black;" lang="AR-SA">يتغمدني الله بمغفرة ورحمة</span></b></p><p style="text-align: left;" class="MsoNormal"> <br></p><p class="MsoNormal" dir="rtl"><span style="color: black;" lang="AR-SA"></span><span lang="AR-SA"></span></p> <p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;"></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> <span style="font-family: Arial;"><i>Nabi Sollahu alaihi wasallam bersabda : "beramallah(belanjakan hartamu), bertaqorrublah dan tetapkanlah, <b>sesungguhnya tidaklah masuk ke dalam syurga seorang pun, disebabkan oleh amalnya</b>" para sahabat bertanya : "Tidak pula engkau ya Rosulullah?" Nabi menjawab : "Tidak pula saya, melainkan Allah melimpahkan kepadaku dengan Ampunan dan Rahmat.(Bukhori)</i><br> </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"> <span style="font-family: Arial;">Jika orang kafir tidak bersandar kepada Allah s.w.t dan mudah berputus asa, di kalangan sebahagian orang Islam juga ada yang demikian, bergantung sebagaimana sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang yang seperti ini melakukan amalan kerana kepentingan diri sendiri, bukan kerana Allah s.w.t. Orang ini mungkin mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat mengecapi kemakmuran hidup di dunia. Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan daripada bala penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan keyakinannya tentang kesejahteraan hidupnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;"><br></span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;">Sebahagian kaum muslimin yang lain mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga, juga bagi menjauhkan azab api neraka. Kerohanian orang yang bersandar kepada amal sangat lemah, terutama mereka yang mencari keuntungan keduniaan dengan amal mereka. Mereka tidak tahan menempuh ujian. Mereka mengharapkan perjalanan hidup mereka sentiasa selaras dan segala-segalanya berjalan menurut apa yang dirancangnya. Apabila sesuatu yang terjadi di luar yang diinginkan, mereka cepat panik dan gelisah. Bala', bencana membuat mereka merasa bahwa merekalah manusia yang paling malang di atas muka bumi ini. Bila berhasil memperoleh sesuatu kebaikan, mereka merasakan kejayaan itu disebabkan kepandaian dan kebolehan mereka sendiri. Mereka mudah menjadi ego serta suka menyombongkan diri.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;"><br></span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;">Apabila rohani seseorang bertambah teguh dia melihat amal itu sebagai jalan untuknya mendekatkan diri dengan Allah. Hatinya tidak lagi cenderung kepada faedah duniawi dan ukhrawi tetapi dia berharap untuk mendapatkan kurniaan Allah s.w.t seperti terbuka hijab-hijab yang menutupi hatinya. Orang ini merasakan amalnya yang membawanya kepada Allah. Dia sering mengaitkan pencapaiannya dalam bidang kerohanian dengan amal yang banyak dilakukannya seperti berzikir, bersembahyang sunat, berpuasa dan lain-lain. Bila dia tertinggal melakukan sesuatu amal yang biasa dilakukannya atau bila dia tergelincir melakukan kesalahan maka dia merasa dijauhkan oleh Allah, maka hendaknya dia bersegera mengejar berlari mendekati Allah dengan kembali menjalankan amal yg diridhoi Allah dan meninggalkan laranganNYA Inilah orang yang pada peringkat permulaan mendekatkan dirinya dengan Allah melalui amalan tauhid.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Arial;"></span></p>-- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc">www.komarudin.co.cc</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-56801420785549378592009-02-23T09:16:00.000-08:002009-02-23T09:17:01.163-08:00Perbedaan<div dir="ltr">Menelusuri sejarah perkembangan dunia islam, berbagai macam perbedaan dalam tubuh islam, baik yang bersifat cabang atau furu'iyah maupun yang fundamental atau usul, bahkan bila kita lihat pada sejarah pada awal-awal setelah wafatnya Baginda Rosulullah SAW, kita akan mendapati perbedaan pada umat islam, bahkan masih pada kurun 3 periode pertama yang disabdakan rosulullah adalah perioden yg terbaik, terdapat perbedaan yang siknifikan, bahkan sampai saling bunuh.<br> <br>Sementara banyaknya perbedaan yang ada pada saat itu, para pencari kebenaran pun menyeleksi dari semua perbedaan yang ada untuk diikuti sebagai jalan yang selamat, sebagai mana kita saat ini ketika melihat begitu banyak perbedaan.<br> <br>Ada satu fenomena dalam masyarakat kita, yang dari kecil tidak banyak melihat perbedaan, dan diberikan satu pilihan dan masyarakat terbiasa dengan satu kebiasaan ibadah, sehingga menjadi sebuah budaya, bukan suatu keyakinan ibadah yang dijalani berdasarkan keyakinan dan ilmu pengetahuan. atau dengan kata lain hanya ikut-ikutan (taklid buta).<br> <br>Kemudian datang disuguhkan satu pemahaman yang berbeda, sementara orang tersebut mulai mau mendalami ajaran agama menganggap bahwa yang baru disodorkan itulah yang benar, dan menganggap semua yang dilakukan masa lalu berupa ibadahnya dan pemahamannya adalah keliru dan salah, padahal selama ini orang ini tidak pernah tahu dasar ibadah yang selama ini dijalani, sementara pemahaman baru disodorkan seolah mutiara.<br> <br>Kalau kita mau berfikir sedikit, tentu kita akan menemukan betapa hal seperti yg kita temui sekarang ini, sudah berkali-kali dialami oleh para ulama dan para pencari kebenaran. perkembangan pemahaman dari para ulama ulama salafi yang bermacam-macam kemudian diikuti oleh masyarakat, ada yang masih bertahan sampai saat ini dan ada pula yang hilang ditelan zaman, bisa mengisaratkan pada ketangguhan pemahaman dari sang ulama yang memiliki pandangan yg diikuti masyarakat.<br> <br>Telah diketahui bersama, jumhur ulama ahlussunnah wal jama'ah menetapkan 4 pemahaman madzhab yang sesuai dengan kemurnian islam yang biasa dikenal dengan sebutan sunni atau ahlussunnah wal jama'ah.<br><br>Sikap kita ketika disodorkan kepada kita tentang sesuatu yang berbeda atau bahkan mengkritik dari faham ke empat madzhab ahlussunnah yg telah di akui jumhur ulama' tersebut, hendaknya kita teliti terlebih dahulu, manakah yang lebih rojih dan lebih kuat, benarkan tuduhan kepada ahlussunah yg kurang patut itu syah, sementara ahlussunnah 4 madzhab itu telah teruji ratusan tahun yang lalu. semoga kita tidak gampang terpengaruh.<br> -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------<br><u><b>Gerakan pembaruan</b></u><br><br>Terdapat pula dalam pergerakan islam, gerakan-gerakan islam, yang bermula dari pemikiran seorang da'i yang prihatin melihat masyarakat yang telah banyak meninggalkan syariatnya, sehingga menghimpun orang2 yang komitmen berpegang pada syariat islam, para pendai ini membuat suatu organisasi yang berbeda dengan masyarakat, seolah mengembalikan kepada ajaran islam dan syariat yang sesungguhnya, hal ini pun telah dilakukan oleh organisasi islam yang tumbuh dan berganti.<br> <br>Tetapi organisasi ini tidak bercanggah atau keluar dari ke 4 madzhab di atas, hanya paketnya dan komitmennya yang lebih terorganisir. Maka baik saja mengikuti organisasi atau harokat islam bahkan kita bisa membuat organisasi untuk berkomitmen meningkatkan ketakwaan dan mengikuti syariat, tetapi hati-hati dalam berijtihad, jika belum berkapasitas berijtihad hendaknya mengikuti mujtahid yg muktabar telah diakui tsikohnya seperti 4 madzhab diatas adalah lebih selamat.<br> <br>Jika menyelisih 4 madzhab di atas, boleh kita teliti terlebih dahulu dari segala segi, jelas pekerjaan meneliti ini memerlukan keahlian yang mumpuni.<br><br>Salafussholih adalah sebelum 300 H. Ulama Kholaf adalah setelah 300 H, wallahu a'lam.<br> -- <br>Your Best Regard<br><a href="http://www.komarudin.co.cc" target="_blank">Komarudin Evendi</a><br> </div> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-23012420708469934692009-01-23T18:06:00.001-08:002009-01-23T18:06:55.775-08:00Semangat Hijrah untuk Pembebasan<div style="font-family:times new roman, new york, times, serif;font-size:12pt"><DIV><STRONG><FONT color=#363636>Semangat Hijrah untuk Pembebasan</FONT></STRONG> <FONT class=kecil><BR><I><B>Penulis : Muhammad Rizqon</B></I></FONT><BR><BR><FONT class=tulisan color=#505050><B>KotaSantri.com : </B>Orang-orang Yatsrib termasuk rombongan orang Arab yang sering datang ke Mekkah. Mereka terdiri dari suku Aus dan suku Khazraj, dua suku yang selalu berperang dan berseteru satu sama lain selama 120 tahun. Suatu malam di bukit Aqabah, Mina, Rasulullah SAW bertemu dengan enam orang Khazraj. Mula-mula Rasulullah SAW mengajukan pertanyaan, kemudian mereka menjawab dengan sopan. Lantas beliau memperkenalkan diri. Sesudah itu, beliau mengajak mereka duduk bersama dan mereka memenuhi ajakan itu dengan penuh rasa ingin tahu. <BR><BR>Rasulullah SAW mengajak mereka ke tempat yang sepi, sedikit jauh dari penglihatan orang. Di tempat itu, Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Mereka mengerti dan terpikat dengan apa yang Rasulullah SAW serukan. Begitu yakin dengan kesungguhan mereka, Rasulullah SAW mengajak berpindah ke bawah bukit Aqabah, suatu tempat yang benar-benar terlindung dari penglihatan orang-orang. Di tempat aman itulah beliau mengajak mereka mendukung kerasulan beliau, dan meminta mereka menyebarkan ajaran Islam di kota asal mereka, Yatsrib.<BR><BR>Mereka meminta waktu berunding. <EM>"</EM><EM>Nampaknya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan,"</EM> demikian salah seorang dari mereka berkata. <EM>"</EM><EM>Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan ajaran Islam ini akan menyatukan kita dan Aus dalam perdamaian.</EM><EM>"</EM> Seusai berunding, mereka menyatakan bersungguh-sungguh mendukung misi penyebaran Islam di Yatsrib. Rasulullah SAW memberi nasehat agar mereka seia-sekata, tolong-menolong, dan bahu-membahu dalam menjalankan tugas mulia ini.<BR><BR>Keenam orang Khazraj itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam ke seluruh penduduknya. Pada musim haji berikutnya, yaitu tahun ke-12 dari perjuangan dakwah Rasulullah SAW, 5 dari 6 orang Khazraj itu bersama 7 orang rekan mereka (2 di antaranya dari suku Aus), kembali menemui Rasulullah SAW di bukit Aqabah. Di sana, Rasulullah SAW pun kemudian membai'at mereka. Inilah yang dikenal dengan Bai'at Aqabah pertama. Seusai pembai'atan itu, Rasulullah SAW bersabda, <EM>"</EM><EM>Hendaknya kalian menepati janji-janji ini, kelak kalian akan menerima balasan Allah berupa surga. Namun jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan urusannya kepada Allah semata."</EM><BR><BR>Musim haji pun selesai. Ketika rombongan Yatsrib berangkat pulang, Rasulullah SAW menyertakan Mush'ab bin Umair, seorang duta pertama yang bertugas mengajarkan syari'ah Islam dan pengetahuan agama di bumi Yatsrib. Islam makin bercahaya. Seiring dengan itu, persaudaraan antara suku Aus dan Khazraj pun semakin kokoh, sehingga hilanglah rasa permusuhan di hati mereka masing-masing. Aqidah Islam benar-benar telah meyatukan hati mereka.<EM> Subhanallah.</EM><BR><BR>Pada musim haji berikutnya, rombongan haji yang datang dari Yatsrib semakin banyak. Mereka ada 75 orang, dua di antaranya perempuan. Kembali mereka menjumpai Rasulullah SAW di bukit Aqabah. Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, melainkan di puncaknya. Abbas bin Abu Muthalib, paman Rasul yang menyertai Rasulullah SAW menyadari bahwa pertemuan itu berpotensi menyulut peperangan dari orang-orang yang memusuhi keponakannya itu.<BR><BR>Abbas berpidato,<EM> "</EM><EM>Saudara-saudara dari suku Khazraj, posisi Muhammad di tengah kami sudah diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham dengannya telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan Tuan-tuan juga. Jadi, kalau memang Tuan-tuan merasa dapat menepati janji seperti yang Tuan-tuan berikan kepadanya itu dan dapat melindungi dari mereka yang menentangnya, maka silahkan Tuan-tuan laksanakan. Akan tetapi, jika Tuan-tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat Tuan-tuan, maka dari sekarang lebih baik tinggalkan saja."</EM><BR><BR>Orang Yatsrib menjawab, <EM>"</EM><EM>Sudah kami dengar apa yang Tuan katakan. Sekarang silahkan Rasulullah SAW bicara. Kemukakan apa yang Tuan senangi dan disenangi Allah."</EM><BR><BR>Setelah membacakan ayat-ayat Allah, Rasulullah SAW bersabda, <EM>"</EM><EM>Saya minta ikrar Tuan-tuan untuk membela saya seperti membela isteri-isteri dan anak-anak Tuan-tuan sendiri.</EM><EM>"</EM><BR><BR>Terjadilah dialog panjang sebelum keputusan ikrar diucapkan oleh mereka. Pada akhirnya mereka menjawab, <EM>"</EM><EM>Akan kami terima, sekalipun harta benda kami habis dan bangsawan kami terbunuh. Namun, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?</EM><EM>"</EM><BR><BR>Rasulullah SAW menjawab tegas, <EM>"</EM><EM>Surga</EM><EM>."</EM><BR><BR>Kedatangan orang-orang Yatsrib ke Mekkah dalam rentang perjuangan Rasulullah SAW selama 13 tahun di Mekkah, adalah bentuk pertolongan Allah yang di luar pengamatan orang-orang Quraisy waktu itu. Pada saat mereka sibuk meneror seluruh penduduk Mekkah agar tidak menjadi pengikut Muhammad SAW, di tempat terpisah, orang-orang Yatsrib mampu mengembangkan ajaran Islam dengan baik di kota Yatsrib. Berkat pertolongan Allah melalui orang-orang yang dijuluki Anshar itu, Islam tumbuh kuat nun jauh di sana, di luar jangkauan kaum Quraisy di Mekkah.<BR><BR>Ketika tiba saatnya, kaum musimin memindahkan basis perjuangannya ke Yatsrib, tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau memerintahkan kaum muslimin hijrah dengan berpencar-pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan kepanikan kaum Quraisy.<BR><BR>Namun demikian, mereka pada akhirnya tahu juga. Mereka panik dan segera saja memerintahkan untuk mencegah gelombang perpindahan itu. Kaum muslimin dibujuk supaya kembali kepada sembahan lama dengan imingan harta benda. Jika tidak mau, mereka disiksa dan diintimidasi. Ada seorang isteri yang dipisahkan dari suaminya. Bila dia orang Quraisy, ia tidak diperkenankan hijrah mengikuti suaminya. Jika tidak menurut, wanita itu akan dikurung.<BR><BR>Blokade untuk berhijrah dijalani dengan ikhlas oleh kaum muslimin. Mereka rela berpisah dengan keluarganya, bahkan meninggalkan semua hartanya demi berhijrah meraih kebebasan menyembah Allah SWT. Tentu alasan mereka tidaklah sederhana. Ketaatan kepada Allah dan RasulNya menjadi faktor penyemangat dan optimisme.<BR><BR>Ancaman kehilangan keluarga, karib kerabat, atau bahkan harta benda tidak mampu membendung langkah mereka untuk berhijrah karena kecintaan mereka kepada Allah dan RasulNya. Mereka yakin, Allah lah yang akan menggantikan semuanya. Tidak ada sesuatu yang perlu diragukan karena yang memerintahkan hijrah adalah Allah dan RasulNya.<BR><BR>Sepenggal kisah Hijrah Nabi ini memberikan pelajaran yang cukup berharga. Jika kita "berhijrah" dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka tidak ada sesuatu yang perlu ditakutkan akan nasib di masa depan berkait dengan jaminan Allah atas rezeki. Hikmah ini cukup relevan bagi mereka yang saat ini ingin kembali kepada nilai Islam, namun mereka menghadapi ancaman pemutusan sumber ekonomi.<BR><BR>Pemutusan hubungan kerja, embargo ekonomi, sangsi perdagangan adalah sebagian bentuk ancaman yang sering muncul karena muatan ideologis, baik dalam level individu maupun kenegaraan. Selama ummat Islam takut menghadapi ancaman-ancaman seperti itu, kemandirian tidak pernah dapat terwujudkan. Sebaliknya, ancaman-ancaman seperti blokade yang terjadi di Palestina dan jalur Gaza akan semakin menjadi-jadi.<BR><BR>Sungguh mengenaskan bila ummat Islam, khususnya di Timur Tengah, tidak mampu membangun solidaritas untuk Palestina dan Gaza yang terakhir ini mengalami bombardir Israel yang berakibat lebih dari 400 orang mengalami kesyahidan, dan 1000-an orang mengalami luka-luka. Seharusnya dengan semangat hijrah seperti dicontohkan Rasulullah SAW, pembebasan harus dilakukan walau dengan resiko yang pahit. Namun jika hanya Allah SWT dan RasulNya yang menjadi tujuan, <EM>Insya Allah </EM>kepahitan itu akan berganti dengan kemanisan. Adakah semangat hijrah seperti itu?<BR><BR><EM>Wallahu a'lam bishshawab.</EM></FONT> </DIV></div><br> <hr size=1> <a href="http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/"> Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.</a><br>Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang!Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-64830373920026465242009-01-23T12:58:00.001-08:002009-01-23T12:58:07.084-08:00Sikap Salafus Shalih dalam Mengelola Perbedaan Pendapat<div style="font-family:times new roman,new york,times,serif;font-size:12pt"><div><font class="title" color="#363636"><b>Sikap Salafus Shalih dalam Mengelola Perbedaan Pendapat</b></font> <font class="kecil"><br><i><b>Penulis : Aba Abdillah</b></i></font><br><br><font class="tulisan" color="#505050"><b>KotaSantri.com : </b>Seringkali ketika mengisi taujih dan menjelaskan berbagai dalil yang berbeda di kalangan salaf, ada saja ada orang yang bertanya, "Ustadz, di antara pendapat-pendapat yang dikemukakan tadi, yang paling shahih yang mana?" Atau, "Ana tidak perlu tahu tentang berbagai pendapat tersebut, ana cuma ingin tahu satu yang benar, yaitu yang sesuai dengan Salaf."<br><br>dari berbagai pengalaman tersebut nampaklah bagi para pencari ilmu, bahwa sebagian besar masyarakat kita belum mengetahui atau bahkan terlanjur dicekoki pemahaman yang keliru, bahwa seolah-seolah kalau sudah pendapat Salaf maka itu hanya satu, atau kalau kembali pada pendapat Salaf maka tidak boleh ada perbedaan pendapat. </font><p><font class="tulisan" color="#505050">Pemahaman seperti sama sekali amat keliru dan amat berbahaya, sehingga sebagian kelompok kemudian memanfaatkan jargon "kembali kepada Salaf" menjadi "kembali ke kelompok kami", atau "kembali kepada fatwa Syaikh Fulan dan Syaikh Fulan, kalau selain itu bukan mewakili Salaf". Hal ini tentu saja jauh sekali dari kembali kepada manhaj As-Salafus Shalih yang Syamil, Kamil dan Mutakamil.</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Mengapa demikian? Karena jika kita jujur kembali kepada pemahaman Salaf, maka kita akan dapati seabreg ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan mereka, kitapun akan dapatkan setumpuk dalil-dalil dimana sebagian menguatkan<br> sebuah dalil dan sebagian lagi menguatkan dalil yang lainnya. Sehingga hendaklah kita bersikap adil, apakah kita memang mengajak kembali kepada Salaf, atau kembali kepada Salaf "yang sesuai dengan tarjih kita" karena kedua hal tersebut tentu saja maknanya dan implikasinya amat berbeda kepada Shahwah Islamiyyah (kebangkitan Islam) saat ini.</font></p><p><font class="tulisan" color="#505050">Jika kita benar ingin merujuk kepada Salaf, maka pelajarilah dan telitilah berbagai fatwa mereka, yang kesemuanya menyatakan bahwa ikhtilaf sebagiannya adalah terlarang namun sebagian yang lainnya bahkan merupakan sebuah kemestian (hatmiyyah). Hal tersebut karena perbedaan pendapat adalah sunnatuLLAAH, sebagaimana firman ALLAAH SWT: </font></p><p><font class="tulisan" color="#505050">"Jikalau RABB-mu menghendaki, tentu DIA menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh RABB-mu (yaitu para rasul as), dan untuk (perbedaan pendapat) itulah ALLAAH menciptakan mereka, kalimat RABB-mu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya AKU akan memenuhi neraka Jahannam itu dengan Jin dan Manusia (yang durhaka) semuanya."[1]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Sebagian orang yang tidak mengerti menganggap bahwa makna: "Kecuali orang-orang yang diberi rahmat" dalam ayat itu adalah dalil wajibnya kita keluar dari berbeda pendapat, pemahaman ini adalah keliru, karena makna yang benar bahwa yang dikecualikan tersebut hanyalah para Nabi dan Rasul AS, adapun selain mereka pastilah senantiasa berbeda pendapat, demikianlah menurut tafsir ulama Salafus Shalih;</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Berkata Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya: "Perbedaan dan kemajemukan dalam syariat merupakan keadaan yang tidak bisa tidak dalam penciptaan makhluk, sehingga makna: Dan untuk itulah ALLAH menciptakan mereka, maka ikhtilaf merupakan 'illat (alasan) keberadaan wujud makhluk ini."[2]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Kemajemukan dan perbedaan pendapat tersebut adalah motivator untuk menghadapi ujian serta untuk berkompetisi dan berkarya di antara masing-masing pihak yang berbeda pendapat tersebut, karena jika hanya satu ummat saja maka tidak akan ada lagi motivasi untuk berlomba, yang merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Hal ini sesuai dengan firman ALLAH SWT yang lainnya: "Untuk tiap-tiap ummat di antara kalian KAMI berikan aturan dan jalan yang terang, sekiranya ALLAH menghendaki niscaya kalian dijadikan-NYA satu ummat saja, tetapi ALLAH hendak menguji kalian terhadap pemberian-NYA kepada kalian, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan…"[3]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Bahkan di kalangan non muslimpun ALLAH SWT tidak menyamaratakan mereka, sebagai semua mereka adalah jahat dan semua memusuhi kaum muslimin semua, bahkan sebaliknya ALLAH SWT Sang Maha Adil menyatakan dengan keadilan-NYA bahwa di antara mereka (non muslim) terjadi juga perbedaan dan ada di antara mereka yang masih memiliki nilai-nilai kebaikan, sebagaimana firman-NYA: "Mereka itu tidak sama, di antara ahli-kitab-kitab itu ada golongan yang berlaku lurus…"[4], dalam firman-NYA yang lain: "…dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kalian lihat mata-mata mereka mencucurkan airmata disebabkan kebenaran al-Qur'an…"[5]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050"><strong>Mengapa Bisa Terjadi Perbedaan Dalam Penetapan Hukum?</strong></font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Jika kita mempelajari fiqh maka kita akan dapatkan bahwa tentang kehujjahan dalil syar'iyyah itu sendiri ada 2 jenis:</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">1. DALIL YANG DISEPAKATI KEHUJJAHANNYA: Al-Qur'an, as-Sunnah, al-Ijma' dan al-Qiyas, yang didasarkan dari QS an-Nisa', 4/59. Dalam ayat tersebut taat pada ALLAH bermakna taat pada Al-Qur'an dan taat pada Ar-Rasul diartikan taat pada As-Sunnah, dan taat pada 'Ulil-Amri (bersifat muqayyad/terbatas) adalah taat pada pemerintah atau ulama atau pada kesepakatan mereka (ijma'). Hal ini diperkuat dengan dalil hadits tentang af'al Abubakar RA, dimana jika ia tidak mendapat hukum dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah maka beliau mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat untuk bermusyawarah[6]. Sementara Qiyas ditetapkan berdasarkan hadits Mu'adz ra ketika diutus ke Yaman[7].</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">2. DALIL YANG DIPERSELISIHKAN KEHUJJHANNYA: Istihsan (mengembalikan yang khusus ke yang umum), mashalih-mursalah (menetapkan hukum demi kemaslahatan), istishab (memilih yang lebih disukai), 'urf (adat-istiadat), madzhab-shahabiy (ittiba' pada sebagian sahabat ra), syar'un man qablana (syariat ALLAH SWT sebelum nabi Muhammad SAW)[8].</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050"><strong>Ikhtilaf Dalam Hal yang Qath'iy dan Zhanniy</strong></font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Langkah pertama mensikapi ikhtilaf adalah membedakan apakah masalah tersebut bersifat ushuliyyah atau furu'iyyah? Apakah muhkamat atau mutasyabihat? Apakah masalah diniyyah atau dunyawiyyah? Jika masalah yang diperselisihkan merupakan masalah ushuliyyah seperti wajibnya rukun iman, atau masalah furu'iyyah yang qath'iy (pasti) seperti wajibnya shalat, zakat, puasa, hajji, jihad, atau haramnya zina, liwath, mencuri, khamr, riba maka berbeda pendapat dalam hal yang sudah jelas dan qath'iy ini mutlak diharamkan.</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">ALLAAH SWT mencela berbeda pendapat dalam masalah seperti ini dalam firman-NYA: "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." [9] Nabi SAW bersabda: "Sungguh kehancuran suatu bangsa sebelum kalian disebabkan perbedaan mreka terhadap KitabuLLAAH."[10] Ibnu Mas'ud berkata: "Berbeda pendapat itu buruk."[11] Berkata Asy-Syafi'i: "Perbedaan pendapat yang diharamkan adalah yang berkaitan pada masalah yang ada dalilnya secara sharih (jelas) dalam KitabuLLAAH dan Sunnah rasuluLLAAH SAW."[12]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Maka sikap kita dalam masalah ini adalah harus jelas dan tegas (kecuali dalam hal-hal yang dikhawatirkan akan mengakibatkan bahaya yang lebih besar), dan sikap tegas dalam hal ini dihitung sebagai jihad fisabiliLLAAH[13], dan tugas para nabilah menjelaskan kata akhir dan keputusan mana yang benar dan mana yang salah dalam perbedaan pendapat seperti ini, sebagaimana dalam firman-NYA: "Dan KAMI tidak menurunkan kitab-kitab ini kepadamu kecuali agar kamu menjelaskan kepada mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu, juga agar menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."[14]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Adapun perbedaan pendapat dalam masalah yang zhanniy (masih bersifat dugaan kuat, tidak pasti) maka sepanjang perbedaan tersebut tidak syadz (nyleneh) dan memiliki dalil yang kuat maka yang demikian dibenarkan sekalipun dalam masalah aqidah[15], apalagi dalam masalah mu'amalah karena tidak ada dalil yang qath'iy[16].</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Berkenaan dengan yang perbedaan furu'iyyah ini, berkata Imam Asy-Syafi'i: "Perbedaan pendapat ada 2 macam: Ada yang diharamkan dan ada yang tidak, yang diharamkan adalah segala hal telah ALLAH SWT berikan hujjah-NYA baik dalam kitab-kitab-NYA atau melalui lisan nabi-NYA secara jelas dan tegas maka hal ini tidak boleh berbeda pendapat bagi yang mengetahuinya. Maka ALLAH melarang perbedaan pendapat pada masalah yang telah dijelaskan secara tegas dalam nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah."[17]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Imam asy Syatibi menjelaskan lebih rinci, sbb: "Perpecahan yang dilarang adalah perpecahan dalam agama (QS 6/159) dan (QS 3/7) dan bukan perbedaan dalam hukum agama. Perbedaan yang kedua ini kita dapatkan para sahabat ra setelah wafatnya nabi SAW berbeda pendapat dalam berbagai hukum agama. Pendapat mereka berbeda-beda tetapi mereka menjadi terpuji karena mereka telah berijtihad dalam masalah yang memang diperintahkan untuk itu. Bersamaan dengan itu mereka adalah orang-orang yang saling mencintai satu sama lain serta saling menasihati dalam persaudaraan Islam."[18]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Imam al-Qurthubi menambahkan: "Karena berbeda-bedalah maka ALLAH SWT menciptakan mereka manusia."[19] Lebih jauh Imam Ghazali menambahkan: "Bagaimana mungkin ummat akan bersatu mendengarkan satu pendapat saja, padahal mereka telah ditetapkan sejak di alam azali bahwa mereka akan terus berbeda pendapat kecuali orang-orang yang dirahmati ALLAH (para Rasul as), dan karena hikmah perbedaan itulah mereka diciptakan."[20]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Imam Abu Hayyan at-Tauhidi menyatakan: "Tidak mungkin manusia berbeda pada bentuk lahir mereka lalu tidak berbeda dalam hal batin mereka, dan tidak sesuai pula dengan hikmah penciptaan mereka, jika sesuatu yang terus menerus membanyak sementara tidak berbeda-berbeda."[21] Imam Syihabuddin al-Qarafi mengatakan: "Telah ditetapkan dalam ushul-fiqh bahwa hukum-hukum syariat seluruhnya dapat diketahui disebabkan oleh adanya ijma' bahwa seluruh mujtahid, jika zhan (kecendrungan terkuat menurutnya) mencapai suatu hukum tertentu maka itulah hukum ALLAH SWT bagi dirinya dan bagi para pengikutnya."[22]</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">Perbedaan pendapat ini dinamakan sebagai perbedaan pendapat yang disyari'atkan (al-ikhtilaf al-masyru'), tafadhal para pencari ilmu membuka dan merujuk langsung pada kitab-kitab yang ana sebutkan, di antaranya sbb:</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">1. Al-Ikhtilaf Al-Ulama', yang disusun oleh Imam Abi AbduLLAAH, Muhammad bin Nashr Al-Mirwazi (wafat th. 294-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">2. Al-Ikhtilaf Al-Fuqaha', karangan Imam Abi Ja'far, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amaliy, digelari Imam At-Thabari (wafat th. 310-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">3. Al-Awsath fi As-Sunan wa Al-Ijma' wa Al-Ikhtilaf, karya Imam Muhammad bin Ibrahim bin Mundzir An-Naisaburiy, digelari Ibnul Mundzir (wafat th. 318-H)</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">4. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Abil Walid, Imam Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd Al-Andalusiy, digelari Ibnu Rusyd (wafat th. 595-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">5. Al-Mughniy Fi Fiqhil Imam Ahmad Ibni Hanbal Asy-Syaibaniy, oleh Abil Faraj, Imam AbdiRRAHMAN bin Muhammad bin Ahmad bin Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy, digelari Syamsuddin (wafat th. 682-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">6. I'lam Al-Muwaqqi'in an RABBil 'Alamin, Imam Muhammad bin Abubakr bin Ayyub bin Sa'd bin Qayyim, digelari Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 751-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">7. Irsyadul Fuhul ila tahqiq Al-Haqq min 'Ilmil Ushul, Imam Abi 'Ali, Muhammad bin 'Ali bin Muhammad bin AbduLLAAH Asy-Syaukani Ash-Shan'ani, digelari Imam Asy-Syaukaniy (wafat th. 1255-H).</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">8. Dll.</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">___<br> <strong> Catatan Kaki:</strong></font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[1] QS Hud, 11/118-119</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[2] Lih. Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, Darul Kutub al-Mishriyyah, juz-IX, hal 114-115)</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[3] QS Al-Maidah, 5/48</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[4] QS Ali Imran, 3/113-115</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[5] QS Al-Maidah, 5/82-83</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[6] HR Al-Baihaqi, dalam Al-Kubra', X/114 juga dalam Sunan-nya, II/425 no.20838; Jam'ul Ahadits Lis-Suyuthi, XXV/146;</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[7] HR Bukhari, VI/12 no. 1496; Muslim, I/151 no. 131</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[8] Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[9] QS Ali Imran, 3/105</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[10] HR Muslim, Kitabul 'Ilmi, no.2</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[11] Adh-Dha'ifah Lil Albani, IV/75</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[12] Ar-Risalah Lisy Syafi'i, hal. 560</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[13] Ar-Raddu 'alal Mukhalif, hal.39</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[14] QS An-Nahl, 16/64</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[15] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebut masalah ini sebagai masalah2 ilmiyyah atau khabariyyah, lih. Majmu' Al-Fatawa, XIX/204</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[16] Bahrul Muhith, VI/240 dan Al-Ihkam, IV/162 [17] Ar-Risalah lisy Syafi'i, hal-560, Maktabah Ilmiyyah, Kairo, tahqiq Ahmad Muhammad Syakir</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[18] Al-Muwafaqaat lisy-Syatibi, juz-4, hal-121, 1</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[19] Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, juz 9, hal 114-115</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[20] Al-Qisthas al-Mustaqim, hal.61. Bagian dari kumpulan kitab-kitab Al-Qushur Al-Alawi min Rasa'il Al-Imam al-Ghazali, Maktabah Al-Jundi, Kairo</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[21] Al-Imtina' wa Al-Mu'assanah, juz 3, hal 99, Kairo (tahqiq Ahmad Amin dan Ahmad az-Zain)</font></p> <p><font class="tulisan" color="#505050">[22] Al-Umniyyah fi Idrak Anniyyah, hal 515, dalam kumpulan kitab-kitab Al-Qarafi wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islami (tahqiq AbduLLAH Ibrahim Shalah)</font></p></div></div><br> <hr size="1"><FONT face=Arial size=-1>Kunjungi halaman depan <A href="http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.yahoo.com/">Yahoo! Indonesia</A> yang baru!</FONT>Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-49026540331562604622009-01-12T13:57:00.001-08:002009-01-12T13:57:32.610-08:00Khawarij: Antara Stigma dan Kajian Sunnah<table class="contentpaneopen"> <tbody> <tr> <td class="contentheading" width="100%"></td> <td class="buttonheading" align="right" width="100%"><a title="PDF" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?view=article&catid=105%3Apemikiran&id=8398%3Akhawarij-antara-stigma-dan-kajian-sunnah-&format=pdf&option=com_content&Itemid=70" rel="nofollow"><img style="FILTER: progid:DXImageTransform.Microsoft.AlphaImageLoader(src='http://www.hidayatullah.com/templates/newsline/images/pdf_button.png',sizingMethod='crop'); WIDTH: 12px" alt="PDF" src="http://www.hidayatullah.com/images/blank.png"></a> </td> <td class="buttonheading" align="right" width="100%"><a title="Print" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?view=article&catid=105%3Apemikiran&id=8398%3Akhawarij-antara-stigma-dan-kajian-sunnah-&tmpl=component&print=1&layout=default&page=&option=com_content&Itemid=70" rel="nofollow"><img style="FILTER: progid:DXImageTransform.Microsoft.AlphaImageLoader(src='http://www.hidayatullah.com/templates/newsline/images/printButton.png',sizingMethod='crop'); WIDTH: 12px" alt="Print" src="http://www.hidayatullah.com/images/blank.png"></a> </td> <td class="buttonheading" align="right" width="100%"><a title="E-mail" onclick="window.open(this.href,'win2','width=400,height=350,menubar=yes,resizable=yes'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_mailto&tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5oaWRheWF0dWxsYWguY29tL2luZGV4LnBocD9vcHRpb249Y29tX2NvbnRlbnQmdmlldz1hcnRpY2xlJmlkPTgzOTg6a2hhd2FyaWotYW50YXJhLXN0aWdtYS1kYW4ta2FqaWFuLXN1bm5haC0mY2F0aWQ9MTA1OnBlbWlraXJhbiZJdGVtaWQ9NzA="><img style="FILTER: progid:DXImageTransform.Microsoft.AlphaImageLoader(src='http://www.hidayatullah.com/templates/newsline/images/emailButton.png',sizingMethod='crop'); WIDTH: 12px" alt="E-mail" src="http://www.hidayatullah.com/images/blank.png"></a> </td> </tr></tbody></table> <table class="contentpaneopen"> <tbody> <tr> <td class="createdate" valign="top">Monday, 12 January 2009 08:10 </td></tr> <tr> <td valign="top"> <div align="left"><em><span style="FONT-SIZE: 14pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Riwayat mengatakan, kelak di ahir zaman ada kaum Muslim yang suka mencela Muslim lain. Tapi membiarkan penyembah berhala</span></em></div> <div align="left"> </div> <div align="left"> <p><img src="http://www.hidayatullah.com/images/stories/opini.jpg" align="left" border="0"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Oleh: <strong>Muhammad Arifin Ismail, M.A, M.Phil</strong> *</span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Akhir-akhir ini istilah <em>khawarij</em> menjadi <em>stigma</em> dan olok-olok untuk meyatakan kepada setiap kelompok yang dianggap "keras" dalam Islam. Tak pelak, para pejuang mujahidin seperti Hamas pun, bisa disebut <em>khawarij</em>. Padahal dalam sejarah tamadun Islam, <em>khawarij</em> merupakan gerakan yang mempunyai sifat-sifat tertentu dengan definisi tertentu. Oleh sebab itu setiap Muslim, apalagi pemimpin gerakan Islam, jangan terlalu mudah untuk menghukum sesuatu gerakan menjadi khawarij sebelum mengenal metodologi pemikiran mereka.</span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Imam Syahrastani dalam kitab <em>al Milal wan Nihal</em> menyatakan bahwa <em>Khawarij</em> adalah: "semua kelompok masyarakat yang keluar daripada ketaatan kepada kepemimpinan (imam) yang sah dan yang sudah disepakati oleh majoriti umat Islam, samada kelompok tersebut terjadi pada masa kepemimpinan sahabat khulafaurrasyidin, atau masa kepemimpinan tabi'in (pengikut sahabat), atau masa kepemimpinan umat Islam di setiap<span> </span>zaman "( Syahrastani, Kitab Al Milal wanNihal , jilid 1, hal..129 ). </span></p> <p><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sejarah Khawarij </span></strong></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sejarah mencatat bahwa kaum <em>Khawarij</em> muncul setelah peristiwa "<em>Tahkim</em>" antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, sebagai upaya mencari jalan damai dalam mengakhiri peperangan Siffin. </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Pada awalnya Khalifah Ali menginginkan Abdullah Ibnu Abbas sebagai juru damai dari pihak Ali, sebab dia merupakan sahabat yang sangat memahami kitab suci Al-Quran, tetapi kelompok Qurra mengusulkan agar juru damai diberikan kepada Abu Musa al Asyari, sebab menurut mereka Abu Musa al Asyari selama ini tidak terlibat dalam pertikaian dan peperangan dan pergi mengasingkan diri. ( Ibnu Kasir, <em>Bidayah wan Nihayah</em>, jilid 7, hal. 427 ). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kelompok Muawiyah mengutus Amr bin Ash sebagai juru damai. Tatkala Khalifah Ali bin Abi Thalib mengutus Abu Musa al Asyari ke Daumatul Jandal (tempat perjanjian damai), maka kelompok <em>Khawarij</em> mengisytiharkan untuk menentang Ali bin Abi Thalib dengan mengutus Zur'ah ibn Burj al Tai dan Harqus ibn Zuhair al Sa'diy untuk menemui Ali dan berkata: " Tiada hukum melainkan hukum daripada Allah....Wahai Ali sekiranya engkau tidak mau meninggalkan urusan <em>tahkim</em> dengan kitab Allah ini, niscaya aku akan membunuhmu. Apa yang aku mau daripada tindakan ini adalah rahmat Allah dan keridhaanNya semata-mata." </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Selanjutnya kelompok <em>Khawarij</em><span> </span>berkumpul di rumah Abdullah bin Wahab al Rasiby dan memilih Abdullah al Rasiby sebagai pemimpn kelompok (Ibnu Kasir, <em>Bidayah wan Nihayah</em>, jilid 7, hal. 441,443). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Rasiby dipilih sebab dia sangat rajin beribadah sehingga dinyatakan bahwa tempat-tempat yang pernah dia sujud menjadi kering dan rosak lantaran kesungguhannya dan banyak bersujud sehingga dia digelar dengan Dzul Bayyinat "orang yang mempunyai banyak bukti tempat sujud." ( Ibnu Kasir, <em>Bidayah wan Nihayah</em>, jilid 7, hal,.450 ). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dalam <em>tahkim</em>, Abu Musa al Asyari berdiri dan menyatakan bahwa Khalifah Ali dan Muawiyah diturunkan dan pemilihan kekhalifahan diserahkan kembali kepada umat. Amr bin Ash menyatakan bahwa sebab khalifah Ali telah diturunkan, maka saya melantik Muawiyah sebagai khalifah. Amr bin Ash berijtihad demikian sebab kekhawatiran terjadi kekacauan di tengah umat sewaktu tidak ada pemimpin atau sewaktu pemilihan kepemimpinan. Sebenarnya pihak Ali bin Abi Thalib tidak setuju dengan keputusan tersebut, tetapi untuk menghindari pertumpahan darah dan menjaga perpaduan umat maka mereka menerima keputusan tahkim.<span> </span></span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Setelah keputusan tahkim, Sayidina Ali bin Abi Thalib membawa pasukannya ke Kufah, tetapi di tengah perjalanan sebagian pasukan tidak redha dengan keputusan tahkim, dan mereka memisahkan diri dari pasukan Ali serta memilih untuk tinggal di kampung Harurah (dekat Kufah ), dan mereka menyatakan kepada Ali sebagaimana yang dinyatakan oleh Mahraz bin Jarisy: "Wahai Amirul Mukminin, Tidak ada jalan kembali kecuali hanya dengan kitabullah, Demi Allah sesungguhnya aku khawatir kembalinya kita ini hanya mewariskan kehinaan." (<em>Tarikh Thabari</em>, jilid 8, m.s. 196 ). Diantara pengikut mereka, Kharit bin Rasyid an Naji juga menyatakan kepada Ali bin Abi Thalib : "Demi Allah, kami tidak lagi mantaati perintahmu, dan tidak akan shalat dibelakangmu, dan sesungguhnya aku telah memisahkan diri daripadamu karena engkau telah menghukum dengan kitab tetapi engkau lemah dalam menegakkan kebenaran, dan engkau mengikuti kelompok yang <em>dzalim</em>, maka saya menolak untuk mengikutimu dan membalas mereka yang mendzalimimu, dan bagi kamu semua keterangan yang jelas " (Imam Thabari, <em>Tarikh Thabari</em>, jilid 8, hal. 197). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ibnu Kasir menyatakan bahwa jumlah pasukan yang keluar tersebut sekitar 12 ribu atau 16 ribu orang dan diantara mereka 8.000 terdiri daripada Qurra, dan setelah Sayidina Ali bin Abi Thalib mengantar Ibnu Abbas memberikan kesadaran kepada mereka<span> </span>, maka 4000 ribu orang kembali kepada kebenaran dan bertaubat. ( Ibnu Kasir, <em>Bidayah wan Nihayah</em>, jilid 7, hal..433,4350). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dengan bilangan pengikut yang banyak tersebut, maka kelompok <em>Khawarij</em> tersebut terbagi dalam berbagai kelompok.<span> </span></span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Fakhruddin ar razi dalam "<em>Itiqadat firaqul muslin wal musyrikin</em>" menyebutkan mereka terbagi dalam duapuluh satu kelompok, al Baghdadi dalam <em>'Alfarqu bainan firaq</em>" menyebutkan mereka terbagi dalam dua puluh kelompok, ( Imam Baghdadi, <em>al Farqu bainal Firaq</em> , hal. 49-77), <span> </span>al Malathi dalam "<em>al-tanbih warrrad ala ahlul ahwa</em> " menyebutkan mereka terbagi dalam sepuluh kelompok (Mustafa Helmi, Khawarij, hal.53) dan Syahrastani dalam "<em>Al Milal wan Nihal</em> " menyebutkan mereka terbagi dalam<span> </span>delapan kelompok besar ( Syahrastani, hal. 129-148) </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span> </span><strong>Ajaran Khawarij </strong></span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Shahrastani membagi <em>Khawarij</em> dalam delapan kelompok yaitu "Muhakimah", "Azariqah", "Najadat", "Baihasiyah", "Ajaridah", "Tsa'alibah", "Ibadiyah" dan "Sufriyah Ziyadihah".. Dalam kertas kerja ini penulis jelaskan ke delapan kelompok besar tersebut secara ringkas : </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Muhakimah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> artinya orang yang berhukum dengan hukum Allah karena mereka selalu berkata : " Tiada hukum kecuali dengan hukum Allah ".Mereka menentang khalifah Ali dan menganggap Sayidina Ali telah berdosa sebab menerima hukum dari manusia karena sayidina Ali menerima keputusan tahkim. Prinsip mereka adalah : (a) mengkafirkan Ali dan pengikutnya (b) Wajib menurunkan atau membunuh pemimpin jika berbuat dzalim<span> </span>(c) Mengkafirkan mereka yang berbuat dosa (d) dibenarkan membunuh anak-anak dan kaum wanita. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Azariqah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> adalah pengikut Nafi bin Al Azraq yang menyatakan : (a) Sesiapa yang menyalahi mereka adalah musyrik (b) Sesiapa yang tidak berhijrah bersama mereka adalah syirik (c) Wajib menguji sesiapa yang berhijrah bersama mereka, dan membunuh mereka yang diangap munafik (d) Membunuh anak-anak dan wanita yang tidak sesuai dengan prinip mereka (e) Menganggap negeri mereka adalah Darul hijrah dan negeri kaum Muslimin di luar mereka sebagai Darul Kufr (f) Sesiapa yang berbuat dosa besar adalah kafir. Menurut al malathi mereka ini orang-orang yang wara', dan tekun beribadah siang dan malam. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Najadat</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> adalah pengikut Najdat bin Amir yang menyatakan : (a) kafir sesiapa yang tidak mengikuti mereka (b) Kafir mereka yang tidak mengikuti pemimpin mereka (c) Pengikut mereka tidak akan masuk neraka, walaupun berdosa akan diazab bukan dengan api neraka (d) Berlanjutan dalam dosa kecil menjadi syirik (e) Boleh membunuh ahludz dzimmah yaitu mereka yang tidak mengikuti ajaran mereka. Menurut al Malathi mereka ini juga mengkafirkan ulama salaf dan khalaf. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Baihasiyah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> yaitu pengikut<span> </span>Baihas al Haisham bin Jabir yang menyatakan : (a) Seseorang belum dianggp Muslim kecuali setelah mengenal Allah dan rasulNya. (b) Tiada haram kecuali yang diharamkan oleh Al-Quran dan yang tidak disebutkan dalam Al-Quran tentang harmnya berarti halal (c) Tidak membedakan antara ushul aqidah dan hukum fiqhiyah. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ajaridah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> yaitu pengikut Abdul Karim bin Ajrad yang menyatakan : (a) Tidak boleh mengatakan kafir atau Muslim terhadap seorang anak Muslim sampai dia diajak memeluk Islam dan waib diajak memeluk Islam ketika mencapai usia baligh (b) Membenarkan kawin dengan cucu dari keturunan anak perempuan (c) wajib menurunkan pemimpn yang dzalim dan menghukum pengikutnya. (d) Surah Yusuf tidak termasuk dalam bagian surah Al-Quran. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Tsa'labiyah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> yaitu pengikut Tsa'labah bin Musytakan yang berpendapat : (a) Orang yang tidak mengikuti mereka bukan kafir dan juga bukan Muslim (b) Sesiapa yang meninggalkan shalat menjadi kafir (c) Mengambil zakat daripada hamba sahaya.(d) Menyatakan Allah bersifat dengan sifat manusia (tasybih ) sebagaimana pendapat Jabariyah Jahm bin Sofyan. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ibadiyah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> yaitu pengikut Abdullah bin Ibadh at Tamimiy yang menyatakan ajarannya bahwa : (a) Orang Muslim yang tidak menyetujui kelompoknya dianggap kafir tetapi bukan kafir musyrik (b) Negeri Muslim yang tidak setuju dengan ajaran dan pendapat mereka adalah negeri tauhid ( bukan negeri Islam ) dan kawasan tentara negeri tersebut<span> </span>merupakan Darul Harb (d) Orang yang melaksanakan ajaran Al-Quran termasuk mukmin dan yang tidak melaksanakannya dinamakan kafir musyrik (e) Semua dosa besar dan kecil merupakan perbuatan syirik (f) Boleh membunuh sesiapa yang tidak setuju dengan pendapat mereka. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>8.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sufriyah Ziyadiyah</span></strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> yaitu pengikut Zayad bin Ashfar yang menyatakan : (a) Dosa yang terkena hukum hudud tidak menjadi kafir, sedang dosa yang tidak ada hukum hudud seperti meninggalkan shalat dan puasa menjadi kafir ( b) Tidak mengkafirkan sesiapa yang tidak mengikuti mereka. </span></p> <p><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Khawarij dalam kajian Sunnah <br></span></strong></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Abu Said al Khudri berkata; Sewaktu Rasulullah saw sedang membahagi-bahagikan harta (kepada kaum Muslimin) tiba-tiba Dhul Khuwaysirah al Tamimiy datang dan berkata: "<em>Berlakulah adil wahai rasulullah</em>". Mendengar teguran yang kasar itu baginda berkata: "Celakalah kamu, siapakah yang akan menegakkan keadilan sekiranya aku tidak melakukannya?". Umar bin Khtatab mencelah, "Wahai Rasulullah, adakah Anda membenarkanku untuk memancung lehernya?". Baginda menjawab : " Biarkanlah dia karena suatu hari nanti dia akan mempunyai pengikut yang akan mencela shalat kamu semua dengan membandingkan dengan shalat mereka, mereka juga mencerca puasa kamu dibandingkan dengan puasa mereka, mereka keluar daripada agama ( Islam ) sederas anak panah yang keluar daripada busurnya " ( Sahih Muslim/2456; Sahih Bukhari/6933; Kitab Muwattha/156; Sunan Abu Daud/6741). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Rasulullah saw bersabda: "<em>Nanti akan muncul dinatara umatku kaum yang membaca Al-Quran, bacaan kamu tidak ada nilainya dibandingkan bacaan mereka, dan shalat kamu tidak ada nilainya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kamu tidak ada artinya dibandingkan puasa mereka, mereka membaca Al-Quran sehingga kamu akan menyangka bahwasanya Quran itu milik mereka sahaja, padahal sebenarnya Quran itu akan melaknat mereka, Tidaklah shalat mereka melalui kerongkongan mereka, mereka itu akan memecah agama Islam sebagaimana keluarnya anak panah daripada busurnya</em> " (Sahih Muslim/ 2467, Sunan Abu Daud/4748 ). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Said al Khudri menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: "<em>Nanti akan muncul diantara kamu kaum yang menghina shalat kamu dibandingkan dengan shalat mereka, dan puasa kamu dibandingkan dengan puasa mereka, amal perbuatan kamu dibandingkan dengan amap perbuatan mereka, mereka itu membaca Al-Quran tetapi bacaan mereka tidakakan melewati kerongkongan mereka, dan mereka akan memecah agama sebagaimana anak panah keluar dari busurnya</em> " (Sahih Bukhari/5058 ). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sayidina Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda: "<em>Pada akhir zaman nanti akn muncul kaum berusia muda (ahdasul asnan) berpikiran pendek (sufahaul ahlam), mereka memperkatakan sebaik-baik ucapan kebaikan, mereka membaca Al-Quran tetapi bacaan mereka itu tidak melebihi (melampui) kerongkongan mereka, mereka memecah agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya maka dimanapun kamu menjumpainya maka perangilah mereka sebab dalam memerangi mereka terdapat pahala disisi Allah pada hari kiamat kelak.</em> " (Sahih Bukhari/6930, Sahih Muslim/2462, Sunan Abu Daud/4767, Sunan Nasai/4107 Sunan Ibnu Majah/168, Sunan<span> </span>Ahmad/616 ). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dari Anas berkata: Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta'ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya<span> </span>kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : "<em>Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : " Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis.</em> " Orang itu menjawab: Benar". Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: "<em>Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut</em> ? ". Abubakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar menjawab : "Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ". Rasul bertanya lagi : "<em>Siapakah yang akan membunuhnya</em> <em>lagi</em>? ". Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: "<em>Sudahkah engkau membunuhnya ?</em> Umar menjawab: "Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud". Rasul berkata lagi ; <em>Siapa yang dapat membunuhnya</em> ?". Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: <em>Sudahkah engkau membunuhnya</em> ? Ali menjawab: "Saya tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. " Rasulullah saw melanjutkan: "<em>Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok</em> ". Sahabat bertanya : " Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : "Al Jamaah". (Musnad Abu Ya'la/ 4127,<span> </span>Majma' Zawaid/6-229). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Rasulullah saw bersabda: "<em>Nanti pada akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran ttetapi tidak melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa dengan mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk dan seburuk-buruk khalifah.</em> " ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 ) </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Abu Said al Khudri menceritakan bahwa Ali –sewaktu berada di Yaman-menghantarkan Dhahiibah dalam taribahnya kepada Rasulullah. Barang tersebut dibagi-bagikan rasulullah kepada : Aqra' bin Habis al Handzali, dan Aynah bin Badr al Fazari, Alqamah bin Alasah al Amiri, dan salah seorang daripada Bani Kilab, dan Zaid al Khair al Thai, dan salah seorang Bani Nabhan. Pembahagian itu membuat kaum Qurasiy dan Anshar merasa tidak senang sehingga berkata : Ya Rasulullah, baginda telah memberikannya kepada kelompok Askar daripada Najad dan meninggalkan kami ". Rasulullah menjawab: "<em>Aku berbuat demikian, semata-mata untuk menjinakkan hati mereka.</em> " <span> </span>Abu Said melanjutkan: Tidak lama kemudian datang seorang lelaki yang buta, lebar dahinya, lebat janggutnya, gundul kepalanya berkata: "Ya Muhammad, bertakwalah kamu kepada Allah". Baginda berkata : "<em>Siapakah lagi yang akan taat kepada Allah jika aku tidak taat kepadaNya. Dia (Allah) telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk menjaga bumi ini, mengapa engkau tidak percaya kepadaku</em> ?..Abu said melanjutkan: "selanjutnya seorang lelaki –menurut sebagian riwayat Khalid bin Walid-telah meminta izin kepada Nabi untuk membunuh lelaki tersebut tetapi baginda melarangnya. Setelah lelaki itu pergi rasulullah saw bersabda : "<em>Sesungguhnya dari keturunan lelaki ini nanti akan muncul sebuah kaum yang membaca Al-Quran teapi ia tidak melepasi pangkal tengkorak mereka. Mereka mmecah Islam sebagaimana keluarnya ank panah dari busurnya. Mereka membunuh umat Islam dan membiarkan umat penyembah berhala. Sekiranya aku menjumpai mereka, niscaya aku akan memerangi mereka seperti yang menimpa kaum Ad.</em> " ( Sahih Bukhari/3344; Sahih Muslim/2451). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dari hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa diantara umat Muhammad ada kaum yang akan keluar dari jamaah umat Islam sampai akhir zaman dengan sifat-sifat sebagai berikut : </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mencela dan menuduh kaum yang tidak mengikutinya dengan tuduhan kafir atau sesat sebagaimana mereka berkata kepada Rasulullah: "Wahai rasulullah, bersikap adilah kamu". </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Buruk sangka kepada kaum lain sebagimana mereka buruk sangka kepada Rasulullah. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Berlebih-lebihan dalam ibadah sehingga menghina ibadah kaum yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Merasa lebih baik daripada kaum Muslimin yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memerangi sesama kaum Muslimin dan membiarkan penyembah berhala. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kurang ilmu dan kurang dalam pengalaman.</span></p> <p><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Khawarij kontemporer. </span></strong></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sebagaimana hadis diatas menyebutkan bahwa kelompok <em>Khawarij</em> tersebut akan terus bermunculan sampai keatangan Dajjal sebelum hari kiamat. Hadis juga tidak menyebutkan nama kelompok, tetapi memberikan penjelasan beberapa sikap dan sifat mereka, sehingga umat Islam dapat melihat jika suatu kelompok mempunyai sifat dan ciri-ciri <em>Khawarij</em> masa lalu, dan sesuai dengan sifat yang diberikan oleh hadis Rasuulullah maka hal itu merupakan tanda kelompok khawarij, walaupun kelompok tersebut tidak memakai nama khawarij. Dr.Nasir bin Abdul Karim al Aql dalam kitabnya "<em>Al Khawarij</em>" menyatakan bahwa sifat-sifat <em>Khawarij</em> adalah : </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mengkafirkan orang yang berbuat dosa besar dan menghukum kaum Muslimin yang tidak sepaham dengan mereka dengan kafir. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Tidak mengikuti ulama-ulama kaum Muslimin baik dalam akidah maupun dalam amalan. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Keluar dari jamaah kaum Muslimin, dan melakukan muamalah dengan kaum Muslimin sebagaimana muamalah dengan kafir, serta menghalalkan harta dan darah mereka. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memakai<span> </span><em>nash-nash</em> amr makruf dan nahi munkar kepada pendapat-pendapat para ulama dan menghina mereka serta membunuh sesiapa yang bercanggah dengan pendapat mereka. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mayoriti mereka sibuk dengan membaca Al-Quran tanpa memahaminya dengan pemahaman yang baik. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Menampakkan tanda-tanda yang <em>zahir</em> dalam ibadah dan berlebih-lebihan dalam ibadah sehingga menghina ibadah kelompok yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Lemah dalam ilmu <em>fiqah </em>dan seluk beluk hukum syariat. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>8.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Berpendapat tanpa<span> </span>rujukan kepada sahabat, atau ulama <em>fiqah</em>. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>9.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Merasa lebih hebat daripada ulama terdahulu, sehingga kadang-kadang merasa lebih hebat daripada ulama <em>mujtahidin</em> dan sahabat. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>10.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Keliru dalam metodologi mengambil keputusan hukum sehingga mengambil ayat ancaman tanpa melihat ayat-ayat janji; mengambil ayat-ayat yang untuk orang kafir ditujukan kepada orang Muslim yang tidak sepaham dengan mereka sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Umar : Mereka mengambil ayat untuk orang kafir ditujukan kepada orang Muslim ". </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>11.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kurang ilmu dengan sunnah dan hadis nabi yang sangat luas, dan hanya mengambil yang suai dengan pemahaman mereka sahaja. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>12.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mengangap setiap orang yang tidak sepaham dengan mereka sebagai salah dan sesat, tanpa meneliti lebih mendalam. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>13.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memutuskan sesuatu tanpa ilmu yang mendalam, dan kajian yang luas. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>14.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Bersikap kasar, teras, tanpa memahami keadaan orang lain, dan suka bertengkar dengan orang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>15.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Menghukum sesuatu hanya dengan anggapan dan <em>dzan</em>, </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>16.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Tidak memiliki wawasan yang luas, berpikiran sempit, tidak sabar , dan ingin mendapatkan <em>natijah</em> amal dengan segera. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>17.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memusuhi dan memerangi sesama kaum Muslimin, dan membiarkan kaum kafir serta kaum penyembah berhala. (<em>Nasr al Aql, AlK hawarij</em>, hal..26)</span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span> </span><span> </span>Selanjutnya Nasir al Aql berkata sifat-sifat <em>Khawarij</em> ini masih terdapat pada kaum Muslimin seperti pada kelompok "<em>Takfir wal Hijrah</em>" sehingga terlihat dalam kelompok tersebut anak-anak muda yang belum mempunyai ilmu yang cukup dan tidak merujuk ilmunya kepada ulama-ulama mujtahidin, tetapi mereka hanya saling belajar sesama mereka atau hanya dengan membaca kitab dengan pemahaman sendiri secara harfiyah tanpa merujuk kepada ulama yang pakar dibidangnya, walaupun mereka kadangkala terdiri dari kaum yang terpelajar dalam bidang akademik, tetapi tidak <em>tafaqquh</em> dalam agama. Kelompok seperti ini merupakan kelanjutan daripada kelompok <em>Khawarij</em> ibadiyah pada masa terdahulu. (<em>Nasr Aql, Al Khawarij</em>, hal.44). </span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dr. Umar Abdullah Kamil dalam kitab "<strong>Al Mutatharrifun</strong> : <em>Khawarij al-judud</em>" menyatakan bahwa<span> </span>diantara ciri <em>Khawarij</em> kontemporer ini adalah : </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>1.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Fanatik atas pendapat sendiri (<em>Ta'assub</em>) <span> </span>dan tidak mengakui kebenaran pendapat yang lain, walaupun pendapat yang lain berdasarkan dalil syar'i, sehingga seakan akan merka menyatakan: "pendapatku benar tidak ada salah sedikitpun, dan pendapat yang lain adalah salah dan tidak memiliki kebenaran walau sedikit. " <span> </span></span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>2.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memuliakan ulama dari<span> </span>kelompok mereka dan berbangga dengan kelompok mereka sahaja serta menghina, merendahkan, kelompok lain, dan mencari kekuarangan dan kelemahan ulama atau pemimpin dari kelompok yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>3.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><em><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Taqlid</span></em><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> kepada pemimpin, kelompok dan kitab-kitab mereka dengan taqlid buta tetapi pada saat yang sama mereka mencela kelompok <em>madzhab</em> yang <em>bertaqlid</em> dengan imam mazhab fiqih sebab tidak sesuai dengan pendapat mereka. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>4.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Menutup pikiran daripada kebenaran yang disampaikan oleh pihak lain walaupun pihak lain mempunyai dalil yang jelas. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>5.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Menutup diri daripada mendalami ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan keagamaan, dan membatasi diri dengan pengajian kelompok, kitab-kitab tertentu, dengan rujukan ulama kelompok serta menamakan kelompok mereka dengan kelompok yang selamat (<em>firqah najiyah</em>). </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>6.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kekurangan ilmu dan memahami agama dengan tidak seimbang, dan melebihkan satu ilmu dan memandang rendah ilmu yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>7.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mudah memberikan fatwa terhadap suatu hukum halal dan haram, kafir dan syirik, sesat dan bidah tanpa memiliki kemampuan untuk memahami nash-nash Al-Quran dan hadis dan tidak memiliki kemampuan untuk menarik kesimpulan dari suatu hukum. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>8.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Menuduh ulama terdahulu dengan tuduhan jahil dan sesat sebab mereka tidak memahami metodologi <em>ushul fiqah</em>, tidak memahami nash <em>qathi</em> dan <em>dzanni</em>, tidak memahami perbedaan ulama mujtahid dalam mengambil hukum. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>9.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kaku kepada kelompok lain, sehingga mereka tidak akan memberi salam jika berjumpa dengan kelompok yang lain, tetapi akan berpelukan jika berjumpa dengan kelompoknya sendiri. Mereka tidak peduli dengan keadaan kelompok lain tetapi sibuk membantu kelompoknya sendiri. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>10.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Pemahaman yang salah terhadap salaf, sehingga mereka menyangka hanya kelompok mereka sahaja yang mengikut ulama salaf, sedangkan ulama lain tidak mengikuti salaf. Padahal mengikuti salaf adalah mengikuti akan kaedah memahami nash yang berkaitan dengan akidah, hukum dan akhlak dengan mengikuti metodologi penafsiran nash, dan merujuk kepada cara salaf dalam berijtihad dan memutuskan hukum. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>11.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Bersikap keras dan memberatkan, sehingga mereka tidak mengenal adanya keringanan (rukhsah), kemudahan<span> </span>di dalam hukum. ( Umar Abd. Kamil, <em>al Mutatharrifun</em>, 1998, hal.111-124).</span></p> <p><strong><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kesalahan khawarij dalam metodologi keilmuan </span></strong></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dr. Umar Abd Kamil juga menyatakan bahwa kelompok <em>Khawarij</em> bersikap demikian karena mereka<span> </span>salah dalam metodologi keilmuan seperti : </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>a.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kesalahan dalam metode berfikir tanpa membedakan antara kulliyah dan juziyyah, muhkamat dan mutasyabih, <em>dzanniyat</em> dan <em>qath'iyyat</em>, kaidah memadukan antara <em>ta'arudh</em> dan <em>tarjih</em>, perbedaan antara hadis <em>daif</em> dan <em>maudhu'</em>, dan lain sebagainya. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>b.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memakai metode "<em>Dhahiriy</em>" dan <em>"harfiyah</em>", dan menolak <em>qiyas, maslahaat, ihtihsan</em> dan tidak melihat kepada <em>maqasid syariah</em> dan <em>illat hukum</em>. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>c.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Memakai<span> </span><em>Mutasyabih</em> menjadi<span> </span><em>Muhkamat</em>. Maksud <em>Mutasyabih</em> adalah sesuatu yang mempunyai berbagai tafsiran, tetapi mereka menetapkan tafsiran mereka tanpa melihat tafsiran yang lain. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>d.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kekeliruan dalam istilah antara <em>Iman, Islam, Kafir, Syirik, Fasik, Dzalim, Munafiq, Jahiliyah</em>, dan lain sebagainya, disebabkan tidak memahami makna bahasa antara makna <em>Majaz</em> dan <em>Hakikat</em>, antara iman dan iman yang sempurna, antara kafir maksiyat, dan kafir <em>i'tikad</em>, antara syirik besar dan syirik kecil, antara munafik akidah dan munafik amal, antara bid'ah yang sesat dan bid'ah yang <em>hasanah</em>. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>e.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Berlebih-lebihan dalam mengharamkan sesuatu, tanpa membedakan antara haram dan makruh, antara makruh <em>lit tahrim</em> dan makruh <em>lit tanzih</em>. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>f.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Mengambil ilmu hanya berdasarkan bacaan atas kitab, akhbar , atau majalah tanpa mengkaji lebih lanjut atau bertanya dan merujuk kepada ulama yang pakar dalam bidang tersebut. </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>g.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Lemah dalam sejarah rasul, sejarah sahabat, dan sejarah Islam, dan sunatullah dalam kehidupan, serta fiqh keadaan dan keutamaan (<em>fiqhul waqi/fiqhul awlawiyat</em>) dan strategi dakwah (<em>fiqh dakwah</em>). </span></p> <p style="MARGIN-LEFT: 36pt; TEXT-INDENT: -18pt"><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><span>h.<span style="FONT: 7pt 'Times New Roman'; font-size-adjust: none; font-stretch: normal"> </span></span></span><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Metode berlawanan, sebagian-sebagian dan tidak menyeluruh. Pada waktu umat Islam tertinggal dalam kehidupan dunia, segera mereka meninggalkan kehidupan spiritual sibuk mengejar dunia, sedangkan di pihak yang lain meninggalkan dunia dan hidup zuhud, padahal Islam mengajarkan perpaduan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara ilmu dan agama, antara kerja dan amal, antara material dan spiritual, dan lain sebagainya. (Umar Abd.Kamil, <em>al Mutatharifun</em>, 1998, hal.143-154).</span></p> <p><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dari tulisan diatas dapat dilihat bahwa tidak setiap gerakan aliran keras dalam arti yang tidak setuju dengan pemerintah dapat dinamakan kelompok <em>Khawarij</em>, apalagi jika gerakan tersebut untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, sebab <em>Khawarij</em> memiliki metodologi pemikiran tersendiri yang menyimpang dari pemikiran <em>ahlussunnah wal jamaah</em>. Semoga dengan tulisan ini kita dapat menilai apakah sesuatu gerakan tersebut dapat dinamakan khawarij atau bukan, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan di tengah umat. </span></p> <p><em><span style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarjana Sejarah dan Tamadun Islam, Universitas Malaya, Kuala Lumpur <span> </span></span></em></p></div> </td></tr></tbody></table>Dari Hidayatullah.com <br clear="all"><br>-- <br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-82236790832017663352008-12-25T11:30:00.001-08:002008-12-25T11:30:39.532-08:00Adab Seorang Istri terhadap Suami<br>"Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia ini<br>adalah istri yang baik (sholehah)." (Shahih Muslim, Kitab 14, Bab 17,Hadits No. 1467).<br><br>Ada beberapa hal<br>yang patut diperhatikan oleh seorang istri yang sholehah di dalam keluarga,<br> termasuk pergaulannya terhadap suami. Beberapa hal tersebut adalah:<br><br>1. Menjadiseorang istri yang baik adalah sedemikian penting sehingga dari titik pandang<br>Islam, seorang istri yang baik dipandang sebagai sesuatu yang paling baik di<br> dunia.<br><br>2. Peranan perempuan dalam rumah tangga sangat penting. Sesungguhnyalah ia <br>merupakan faktor penentu.<br><br>3. Istri harusmelakukan yang terbaik untuk menjaga agar suaminya tetap senang kepadanya.<br><br> 4. Istri idealharus memadukan tiga hal : Ia dapat membahagiakan suaminya bila suami<br>melihatnya, dengan cara merawat diri agar selalu tampil cantik menarik di depan<br>suaminya. Ia harus mentaatinya jika ia menyuruhnya; Ia tidak menentang<br> keinginan suaminya baik menyangkut diri sang istri atau harta bendanya dengan<br>melakukan sesuatu yang dicela olehnya.<br><br>5. Menolak tidur bersama suaminya ketika ia mengajaknya tidur adalah merupakan <br>satu kesalahan besar yang harus dihindarkan.<br> <br>6. Ketika sangistri berniat untuk berpuasa sunat, ia boleh melakukannya hanya setelah ada<br>izin dari suaminya. Jika ia tidak memperoleh izin suaminya, maka suami berhak<br>untuk membuatnya membatalkan puasa yang sedang dijalaninya. Alasan untuk ini<br> adalah bahwa mungkin ia berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual<br>dengannya, yang tentu ia tidak bisa melakukannya jika sang istri berpuasa atas<br>pemberian izin darinya.<br><br>7. Adalahkewajiban seorang istri untuk tidak mengizinkan seseorang, yang tidak<br> diinginkan suaminya, untuk masuk ke dalam rumah tanpa izin darinya.<br><br>8. Istri tidakboleh memberikan sesuatu yang mungkin hak milik suaminya tanpa perkenannya.<br><br>9. Seorang istritidak patut meminta dari suaminya uang tambahan atau apa yang ia tidak miliki<br> atau tidak mampu memberikannya, dan ia harus menunjukkan rasa terima kasih atas<br>apapun yang ia berikan.<br><br>10. Seorang istri harus mengakui bantuan apapun yang diberikan suaminya di dalam rumah.<br><br>11. Istri yangbaik adalah ia yang taat pada perintah suaminya jika ia memintanya melakukan<br> sesuatu.<br><br>12. Pada saatsuami pulang ke rumah, istri harus menyambutnya dengan ramah dan menemuinya<br>dengan penampilan yang baik dan cantik.<br><br>13. Istri harusberusaha untuk tidak mengabaikan kebutuhan-kebutuhan suaminya atau melalaikan<br> tuntutan-tuntutanny a. Semakin seorang istri memperhatikan suaminya, maka<br>semakin besar pula cintanya kepadanya. Kebanyakan para suami – secara faktual,<br>memandang perhatian sang istri pada mereka sebagai satu ekspresi dari cintanya.<br> <br>14. Seorang istriharus berhati-hati untuk tidak menyampaikan pada suaminya, pada saat ia pulang,<br>tentang persoalan-persoalan keluarga, atau mengadu padanya tentang anak-anak,<br>dan lain-lain. Sebaliknya ia harus berupaya menciptakan suasana damai yang<br> justru dibutuhkan suaminya setelah melewati hari-hari yang panjang dan<br>melelahkan.<br><br>15. Seorang istrisebaiknya mendiskusikan masalah-masalah keluarga dengan suaminya pada saat-saat<br>yang tepat.<br><br>16. Bagi seorangistri yang menghormati kerabat dekat suaminya dan memperlakukan mereka dengan<br> ramah adalah – sesungguhnya – merupakan tanda penghargaan dan hormat bagi<br>suaminya.<br><br>17. Seringkalimeninggal kan rumah adalah suatu kebiasaan buruk bagi perempuan. Ia juga tidak<br>boleh meninggalkan rumah jika suaminya keberatan ia berbuat demikian.<br> <br>18. Istri tidakboleh bercengkrama dengan laki-laki asing tanpa mengindahkan keberatan suaminya.<br><br>19. Istri haruspenuh perhatian terhadap suaminya pada saat ia berbicara.<br><br>20. Seorang istritidak berhak meminjamkan sesuatu dari harta suaminya yang bertentangan dengan<br> keinginannya. Tetapi ia boleh meminjamkan hak miliknya sendiri.<br><br>21. Menuntut perceraiandari suami tanpa alasan yang kuat adalah dilarang.<br><br>22. Jika seorangteman suami bertanya tentang dia, ia boleh menjawabnya tetapi tanpa harus<br> terlibat dalam percakapan panjang lebar.<br><br>23. Terlalubanyak berargumentasi dan berdebat dengan suami, menghitung-hitung kesalahan<br>suami, sebenarnya hanya akan menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.<br><br> 24. Memelihararumah dan menjalankan tugas-tugas rumah tangga adalah menjadi tanggung jawab<br>istri. Oleh karena itu ia harus mengerjakan tugas-tugas merawat rumah, perabot<br>rumah tangga dan lain-lain dan juga harus hemat.<br> <br>25. Seorang istri tidak boleh memberi sedekah dari harta suaminya tanpa seizinnya.<br><br>26. Berbicaratentang atau menceritakan pada orang lain mengenai masalah-masalah seksual<br>antara suami dan istri adalah merupakan dosa menurut Islam.<br> <br>27. Seorang istri tidak perlu merasa takut untuk menyatakan<br>cinta dan kasih sayangnya terhadap suaminya. Hal itu akan menyenangkan hatinya<br>dan membuatnya lebih dekat pada keluarganya; selain itu jika ia tidak menemukan<br> seorang perempuan yang menarik dan mencintainya di rumah, ia mungkin sekali<br>akan terdorong untuk mencari hiburan dimana saja, di luar rumah.<br><br>28. Kepemimpinan dalam keluarga adalah menjadi hak suami.<br>Bagi perempuan yang menuntut persamaan yang penuh dan sempurna dengan suaminya,<br> akan berakibat pada adanya dua pemimpin dalam keluarga dan ini tidak dikenal<br>dalam Islam. Meskipun begitu suami tidak boleh bertindak dengan cara otokratis<br>dan menyalahgunakan posisinya. Ia harus memperlihatkan cinta dan kasih sayangnya<br> dan memperlakukan istrinya sebagai partner hidup.<br clear="all"><br>-- <br>Your Best Regard<br>Komarudin Evendi<br><a href="http://www.pujakesula.blogspot.com">www.pujakesula.blogspot.com</a><br><a href="http://www.rindurosul.wordpress.com">www.rindurosul.wordpress.com</a> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-375450537938387722008-12-21T20:15:00.001-08:002008-12-21T20:15:58.719-08:00Pesan Rasulullah dalam Khotbah Arafah<div style="font-family:arial, helvetica, sans-serif;font-size:10pt"><DIV></DIV> <DIV> <TABLE class=contentpaneopen> <TBODY> <TR> <TD class=contentheading width="100%"><STRONG>Pesan Rasulullah dalam Khotbah Arafah</STRONG> </TD> <TD class=buttonheading align=right width="100%"><A title=PDF onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?view=article&catid=68%3Aopini&id=8107%3Apesan-rasulullah-dalam-khotbah-arafah-&format=pdf&option=com_content&Itemid=68" rel=nofollow></A> </TD> <TD class=buttonheading align=right width="100%"><A title=Print onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?view=article&catid=68%3Aopini&id=8107%3Apesan-rasulullah-dalam-khotbah-arafah-&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=68"></A> </TD> <TD class=buttonheading align=right width="100%"><A title=E-mail onclick="window.open(this.href,'win2','width=400,height=300,menubar=yes,resizable=yes'); return false;" href="http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_mailto&tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5oaWRheWF0dWxsYWguY29tL2luZGV4LnBocD92aWV3PWFydGljbGUmaWQ9ODEwNyUzQXBlc2FuLXJhc3VsdWxsYWgtZGFsYW0ta2hvdGJhaC1hcmFmYWgtJm9wdGlvbj1jb21fY29udGVudCZJdGVtaWQ9Njg="></A> </TD></TR></TBODY></TABLE> <TABLE class=contentpaneopen> <TBODY> <TR> <TD class=createdate vAlign=top>Sunday, 07 December 2008 14:03 </TD></TR> <TR> <TD vAlign=top> <DIV align=left><!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Georgia; panose-1:2 4 5 2 5 4 5 2 3 3; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman";} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-unhide:no; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 14pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Khutbah Rasulullah di Padang Arafah meminta umatnya menjaga nilai-nilai persaudaraan, kehormatan manusia, keluarga dan masyarakat</SPAN></EM></P> <P> </P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Oleh: <STRONG><EM>Muhammad Arifin Ismail *</EM></STRONG></SPAN></P> <P><IMG src="http://www.hidayatullah.com/images/stories/opini.jpg" align=left border=0><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Nabi Muhammad saw melakukan haji hanya sekali dalam seumur hidup. Pada waktu haji tersebut nabi membacakan sebuah khutbah yang sarat dengan nilai-nilai akhlak dan persaudaraan bagi seluruh umat manusia. </SPAN></P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Haji adalah Arafah, demikian sabda beliau; tetapi banyak jemaah haji pada saat ini dalam melaksanakan ibadah haji sibuk dengan hal-hal yang sunat, seperti doa tawaf, doa Arafah dan lain sebagainya, sedangkan pesan dan nilai yang tersirat di padang Arafah dalam khutbah nabi tersebut diabaikan , bahkan mungkin tidak pernah diajarkan. </SPAN></P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Padahal sepatutnya setiap jemaah haji, mempunyai teks pesan dan khutbah nabi tersebut sehingga selama dalam menunaikan haji, dapat menjaga akhlak dan persaudaran dengan baik. </SPAN></P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Akibat tidak menghayati teks ucapan khutbah nabi di padang Arafah, banyak terjadi pelanggaran akhlak seperti menyikut kawan yang bertawaf, mendesak orang yang sedang melontar jumrah, sehingga mengakibatkan beberapa kecelakaan yang menyedihkan sebagaimana berlaku pada tahun-tahun yang lepas. Padahal jika seandauinya jemaah haji dapat menjaga akhlak haji insya Allah kejadian seperti itu tidak akan terulang kembali. Haji adalah akhlak, haji adalah persaudaran, bukan hanya ritual. Itulah sebabnya dalam al Quran disebutkan : "<EM>Maka<SPAN> </SPAN>siapa yang menunaikan haji, maka dia tidak boleh melakukan rafas (hal yang berkaitan dengan hawa nafsu ), tidak boleh melakukan kemakrsiatan (fusuq ) dan tidak boleh bertengkar (jidal) selama menunaikan ibadah haji "</EM> <SPAN> </SPAN>[<STRONG>QS. Al Baqarah</STRONG> : 197 ). </SPAN></P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dari ayat diatas , yang paling utama dijaga dan diperhatikan oleh jemaah haji adalah masalah akhlak, bukan hanya menghafal doa-doa yang sunat dan hal-hal yang lain. Untuk menghayati akhlak yang dipesankan nabi dalam haji, marilah kita menghayati pesan nabi dalam khutbah di padang Arafah yang penulis tuliskan terjemahannya secara lengkap seperti dibawah ini :</SPAN></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"><SPAN> </SPAN>"Wahai manusia sekalian, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak mengathui apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di tempat wukuf ini.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(148,54,52); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Wahai manusia sekalian,</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu merupakan kemuliaan ( haram dirusak oleh orang lain ) bagi kamu sekalian, sebagaimana mulianya hari ini di bulan yang mulia ini, di negeri yang mulia ini.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ketahuilah sesungguhnya segala tradisi jahiliyah mulai hari ini tidak boleh dipakai lagi. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara kemanusiaan ( seperti pembunuhan, dendam, dan lain-lain ) yang telah terjadi di masa jahiliyah, semuanya batal dan tidak boleh berlaku lagi. (Sebagai contoh ) hari ini aku nyatakan<SPAN> </SPAN>pembatalan pembunuhan balasan atas terbunuhnya Ibnu Rabi'ah bin Haris yang terjadi pada masa jahiliyah dahulu.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Transaksi riba yang dilakukan pada masa jahiliyah juga tidak<SPAN> </SPAN>sudah tidak berlaku lagi sejak hari ini. Transaksi yang aku nyatakan tidak berlaku lagi adalah transaksi riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya seluruh transaksi riba itu semuanya batal dan tidak berlaku lagi.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(148,54,52); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Wahai manusia sekalian,</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sesungguhnya syetan itu telah putus asa untuk dapat disembah oleh manusia di negeri ini, akan tetapi syetan itu masih terus berusaha (untuk menganggu kamu ) dengan cara yang lain . Syetan akan merasa puas jika kamu sekalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah kamu menjaga agama kamu dengan baik.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(148,54,52); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Wahai manusia sekalian,</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sesungguhnya merubah-rubah bulan suci itu akan menambah kekafiran. Dengan cara itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian kamu menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah sdan mengharamkan apa yang telah dihalalkanNya.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sesungguhnya zaman akan terus berputar, seperti keadaan berputarnya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah bulan antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya'ban.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Takutlah kepada Allah dalam bersikap kepada kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka (menjadi isteri ) dengan amanah Allah dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagi kamu sekalian dengan nama Allah.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isteri kamu dan isteri kamu mempunyai kewajiban terhadap diri kamu. Kewajiban mereka terhadap kamu adalah mereka tidak boleh memberi izin masuk orang yang tidak kamu suka ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukan hal demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kamu terhadap mereka adalah memberi nafkah, dan pakaian yang baik kepada mereka. </SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Maka perhatikanlah perkataanku ini, wahai manusia sekalian..sesungguhnya aku telah menyampaikannya..</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Aku tinggalkan sesuatu bagi kamu sekalian. Jika kamu berpegang teguh dengan apa yang aku tinggalkan itu, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Kitab Allah (Al-Quran ) dan sunnah nabiNya (Al-Hadis ).</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Wahai manusia sekalian..dengarkanlah dan ta'atlah kamu kepada pemimpin kamu , walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba sahaya dari negeri Habsyah yang berhidung pesek, selama dia tetap menjalankan ajaran kitabullah (Al- Quran ) kepada kalian semua.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Lakukanlah sikap yang baik terhadap hamba sahaya. Berikanlah makan kepada mereka dengan apa yang kamu makan dan berikanlah pakaian kepada mereka dengan pakaian yang kamu pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak dapat kamu ma'afkan, maka juallah hamba sahaya tersebut dan janganlah kamu menyiksa mereka.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(148,54,52); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Wahai manuisia sekalian.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dengarkanlah perkataanku ini dan perhatikanlah.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ketahuilah oleh kamu sekalian, bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, dan semua kaum muslimin itu adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali dengan senang hati yang telah diberikannya dengan senang hati. Oleh sebab itu janganlah kamu menganiaya diri kamu sendiri.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Ya <SPAN> </SPAN>Allah..sudahkah aku menyampaikan pesan ini kepada mereka..?</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kamu sekalian akan menemui Allah, maka setelah kepergianku nanti janganlah kamu menjadi sesat seperti sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Hendaklah mereka yang hadir dan mendengar khutbah ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir. Mungkin nanti orang yang mendengar berita tentang khutbah ini lebih memahami daripada mereka yang mendengar langsung pada hari ini.</SPAN></EM></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; COLOR: rgb(31,73,125); FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Kalau kamu semua nanti akan ditanya tentang aku, maka apakah yang akan kamu katakan ? Semua yang hadir menjawab : Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah menunaikan amanah, dan telah memberikan nasehat. Sambil<SPAN> </SPAN>menunjuk ke langit, Nabi Muhammad kemudian bersabda : " Ya allah, saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya Allah saksikanlah pernyatan mereka ini..Ya allah saksikanlah pernyataan mereka ini..Ya Allah saksikanlah pernyatan mereka ini "</SPAN></EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'"> [<STRONG>Hadis Bukhari dan Muslim]</STRONG>.</SPAN></P> <P><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Dari khutbah diatas dapat kita lihat bagaimana Rasulullah berpesan kepada umatnya untuk menjaga nilai-nilai persaudaraan, hak-hak asasi manusia , kehormatan manusia yang lain baik secara individu, dalam keluarga dan dalam masyarakat. Pesan kemanusiaan inilah yang merupakan intisari dari ibadah haji. Haji mabrur juga merupakan aplikasi daripada khutbah Arafah, sebab kalimat "mabrur" yang bermakna "berbuat baik kepada orang lain " merupakan aplikasi daripada nilai-nilai persaudaraan, nilai ukhuwah, antar individu dengan individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok dengan kelompok, sehingga membentuk jamaah dan ummah yang "khairu umah " bagi manusia sejagad. <EM>Wallhu A'lam.</EM> [<A href="http://www.hidayatullah.com/"><FONT color=#0000ff>www.hidayatullah.com</FONT></A>]</SPAN></P> <P><EM><SPAN style="FONT-SIZE: 11pt; FONT-FAMILY: 'Georgia','serif'">Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarjana Sejarah dan Tamadun Islam, Universitas Malaya, Malaysia </SPAN></EM></P></DIV></TD></TR></TBODY></TABLE><BR> </DIV><STRONG>My personal web</STRONG>: <A href="http://pujakesula.blogspot.com/" target=_blank rel=nofollow>http://pujakesula.blogspot.com</A> or <A href="http://endyenblogs.multiply.com/journal" target=_blank rel=nofollow>http://endyenblogs.multiply.com/journal</A> <IMG src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"> <DIV></DIV></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-80703980465070857492008-12-09T21:37:00.001-08:002008-12-09T21:37:21.843-08:00Ridho jika Ayah Ibu atau yg dicintai diambil Allah (sabar)<div style="font-family:arial, helvetica, sans-serif;font-size:10pt"><DIV></DIV> <DIV><FONT size=2><SPAN style="FONT-SIZE: 130%; FONT-FAMILY: arial">Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:"Allah berfirman dalam hadis qudsi yang bermaksud," Tiada balasan bagi seseorang hamba-Ku yang telah Aku ambil kembali kekasihnya, kemudian orang itu mengharapkan pahala daripada-Ku melainkan orang itu akan mendapat balasan syurga." Riwayat Bukhari<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,153)">Huraian :</SPAN></STRONG><BR><STRONG>Pengajaran hadis</STRONG>:<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,204)">i)</SPAN></STRONG> Sabar ialah mengawal diri daripada kegelisahan dan menerima segala dugaan, rintangan dan segala suruhan Allah dengan hati yang tenang iaitu tidak merasa jemu dan berputus asa dalam menghadapi kesulitan hidup.<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,204)">ii)</SPAN></STRONG> Kita hendaklah bersabar ketika menghadapi kematian suami, isteri, anak atau ibu bapa kerana semua makhluk adalah menjadi milik Allah. Malah kita dinasihatkan untuk berkata:" Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali." (Maksud al-Baqarah :156)<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,153)">iii)</SPAN></STRONG> Sabar perlu dilakukan sejak mula-mula menghadapi bala kesusahan kerana seseorang yang menghadapi kesusahan dengan penuh kesabaran akan dihapuskan dosanya dan dimasukkan ke dalam syurga.<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,204)">iv)</SPAN></STRONG> Sesungguhnya setiap mukmin yang beriman kepada Allah, imannya belum dapat diperakui sebelum diuji keimanannya itu dan berjaya pula menghadapi dugaan tersebut di mana tiada balasan yang lebih besar di dunia dan akhirat daripada balasan bagi seseorang yang bersifat sabar dalam menghadapi bala ketika di dunia.<BR><BR><STRONG><SPAN style="COLOR: rgb(255,255,204)">v)</SPAN></STRONG> Setiap ujian yang diturunkan oleh Allah mempunyai hikmahnya yang tersendiri. Oleh itu untuk menjadi hamba Allah yang dikasihi, hendaklah kita bersedia menghadapi setiap ujian yang menimpa dengan penuh kesabaran, sebaliknya bagi seseorang yang tidak redha menerima ujian Allah, maka ia akan menjadi hamba yang dibenci serta jauh daripada rahmat Allah. </SPAN><BR> </FONT></DIV><STRONG>My personal web</STRONG>: <A href="http://pujakesula.blogspot.com/" target=_blank rel=nofollow>http://pujakesula.blogspot.com</A> or <A href="http://endyenblogs.multiply.com/journal" target=_blank rel=nofollow>http://endyenblogs.multiply.com/journal</A> <IMG src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"> <DIV></DIV></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-40327787912674768482008-12-02T18:53:00.001-08:002008-12-02T18:53:27.858-08:00Pentingnya Taubat dan bahayanya dosa kecil jika diabaikan<div style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt">Para wartawan pernah dibuat terheran-heran oleh Sir Edmun Hillary ketika mereka coba menyelidiki sesuatu yang paling ditakuti oleh penakluk pertama Mount Everest itu. Dalam sebuah wawancara, hillary mengatakan bahwa ia tidak pernah takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa atau <span style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); background: transparent none repeat scroll 0% 0%; cursor: pointer; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;" class="yshortcuts" id="lw_1228272394_0">padang pasir</span> yang luas dan gersang sekalipun!<br><br>"Lalu apa yang anda takuti?" buru seorang wartawan "sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki" jawab Hillary singkat. "why?" "Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. <br>Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi lalu membusuk. <span style="border-bottom: 1px dashed rgb(0, 102, 204); cursor: pointer;" class="yshortcuts" id="lw_1228272394_1">Tanpa</span> sadar kaki pun tidak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu." lanjut sang penjelajah mengobati rasa penasaran para wartawan.<br><br>Hillary tidak pernah takut pada harimau atau binatang buas lainnya karena secara naluriah binatang buas sebenarnya takut menghadapi manusia. Sedang untuk menghadapi jurang terjal, gunung es, atau <span class="yshortcuts" id="lw_1228272394_2">padang pasir</span>, seorang penjelajah pasti sudah punya persiapan yang memadai.. Tetapi jika menghadapai sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Bahkan cenderung mengabaikannya.<br><br>Sebenarnya apa yang dikatakan oleh hillary tentang para penjelajah itu tidak jauh berbeda dengan kita yang sering mengabaikan dosa kecil. Coba saja kita renungkan, berdusta, berburuk sangka, ghibah atau perbuatan tercela lainnya sering kali kita anggap sepele hingga tanpa sadar kita menjadi "˜keterusan" melakukan dosa-dosa kecil itu yang lambat laun akhirnya penjadi kebiasaan. Dosa kecil itupun akan menjadi dosa besar yang pada akhirnya akan merugikan diri pribadi dan lingkungan.<br><br>Oleh karena itulah, Nabi Muhammad SAW sangat meanti-wanti kita untuk tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya melarang kita melupakan amal kebaikan walaupun itu juga kecil. Sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan taubat nasuha.<div> </div><strong>My personal web</strong>: <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://pujakesula.blogspot.com/">http://pujakesula.blogspot.com</a> or <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://endyenblogs.multiply.com/journal">http://endyenblogs.multiply.com/journal</a> <img src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"><div><br></div></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-3478688396652354772008-11-16T09:44:00.001-08:002008-11-16T09:44:55.657-08:00Menentukan Jenis Kelamin Anak: Tinjauan Fiqih Islam<div style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt"><table class="contentpaneopen"><tbody><tr><td class="contentheading" width="100%">Menentukan Jenis Kelamin Anak: Tinjauan Fiqih Islam </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=27" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=27','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" title="PDF"> <br></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=view&id=27&pop=1&page=0&Itemid=28" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=view&id=27&pop=1&page=0&Itemid=28','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" title="Cetak"> <br></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=27&itemid=28" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=27&itemid=28','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=400,height=250,directories=no,location=no'); return false;" title="E-mail"> <br></a> </td> </tr> </tbody></table> <font face="Verdana"><strong><font size="2"> </font></strong></font><font size="2"><span style="font-family: Verdana;">O</span></font><span style="font-family: Verdana;"><font size="2">leh : </font><font size="2">Muhammad Yusuf Siddik</font></span> <p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal" align="left"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Barangkali kita sudah sering mendengar tentang proses inseminasi buatan (bayi tabung) yang lebih dikenal di kalangan ilmu kedokteran dengan istilah <em>fertilisasi-in vitro</em>. Proses bayi tabung telah banyak dibahas oleh kalangan ulama' dan fuqaha'. Sebagian besar membolehkan dengan beberapa syarat tertentu.</font> </p> <font size="2" face="Verdana"> </font> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Sementara masalah yang akan dibahas dalam artikel ini hampir sama dengan proses bayi tabung, namun lebih spesifik, yaitu menentukan jenis kelamin bayi tersebut, mau dijadikan bayi laki-laki atau bayi perempuan? Proses ini dalam ilmu sains kedokteran sangat memungkinkan, bahkan sejak 5 tahun yang lalu, di Cina terdapat lebih dari 200 klinik yang membuka praktek memberikan layanan penentuan jenis kelamin anak. Demikian juga di AS, pada tahun 2004, terdapat sekitar 65 klinik yang melayani praktek tersebut.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Cara yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin bayi adalah dengan menyuntikkan salah satu dari 2 jenis sperma yang dimiliki laki-laki (XY) kepada rahim perempuan yang hanya memiliki satu jenis kromosom yaitu X. Jika yang diinginkan anak laki-laki, maka sperma yang disuntikkan berjenis kromosom Y, namun jika yang diinginkan perempuan maka sperma yang disuntikkan berjenis kromosom X. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"><em>Mujamma' al Buhuts al Islamiyah</em> di Universitas al Azhar Mesir beberapa bulan yang lalu mengeluarkan fatwa yang relatif kontroversial yaitu dibolehkannya menggunakan teknologi penentuan jenis kelamin anak tersebut dengan alasan dharurah (insidentil). Hal tersebut antara lain misalnya disebabkan kedua pasangan suami isteri belum pernah mempunyai anak laki-laki sehingga dibutuhkan cara untuk mengatur proses pertemuan sel telur X wanita dengan sperma Y laki-laki. Demikian juga sebaliknya, jika pasangan tersebut menginginkan anak perempuan, maka sel telur X wanita akan dipertemukan dengan sperma X laki-laki. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Fatwa tersebut dinilai oleh sebagian kalangan sebagai fatwa yang kontroversial karena tidak sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Assyura : 49 yang artinya : "<em>bagi Allah langit dan bumi, dia yang menciptakan apa yang dia inginkan, menganugerahkan bagi yang dia inginkan (anak) perempuan dan menganugerahkan bagi yang dia inginkan (anak) laki-laki</em>".</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Ayat diatas, sangat jelas sekali menyatakan bahwa pemberian status jenis kelamin anak baik itu laki-laki maupun perempuan merupakan hak prerogatif Allah SWT, sehingga manusia tidak memiliki wewenang sama sekali untuk mencampuri urusan tersebut. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Namun perlu kita ingat, bahwa banyak hal yang merupakan hak prerogatif Allah SWT, namun manusia tetap dianjurkan untuk melakukan usaha untuk mendapatkannya, seperti halnya kita dianjurkan mencari sumber penghidupan (rizki). Walau pemberian rizki tersebut merupakan hak Allah SWT, namun manusia tetap dianjurkan untuk melakukan upaya untuk mendapatkannya. Bahkan dalam surat Arra'd : 11 Allah berfrman : "<em>sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga mereka berusaha mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri</em>". </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Dari ayat tersebut jelas, Allah SWT menginginkan agar kita melakukan usaha, tanpa berpangku-tangan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, walau keputusan terakhir tetap berada di tangan Allah SWT. Berusaha, merupakan suatu hal yang sebanding lurus dengan anjuran untuk kita meyakini adanya kekuasaan Allah SWT. Sebagaimana kita diwajibkan untuk meyakini kekuasaan Allah SWT, kita juga diwajibkan untuk melakukan usaha untuk mendapatkan yang terbaik dari kehendak Allah SWT tersebut. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Atas dasar dan alasan diatas, penulis lebih cenderung kepada pendapat yang membolehkan, namun dengan syarat-syarat terdiri dari :</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">1.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Kedua pasangan merupakan suami isteri yang sah secara Islam.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">2.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Kedua pasangan belum pernah mendapatkan anak berjenis kelamin yang diinginkan.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">3.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Tidak membatasi anak-anaknya dalam jenis kelamin yang sama, misalnya hanya menginginkan anak laki-laki saja, tanpa menginginkan perempuan. Karena yang demikian itu menyalahi ketentuan Allah SWT yang menginginkan lahirnya komunitas manusia dengan 2 jenis kelamin, agar mereka tetap berkembangan biak melalui proses perkawinan.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">4.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Karena alasan kesehatan, misalnya salah satu pasangan memiliki penyakit yang akan menurun kepada anak yang berjenis kelamin tertentu, maka diupayakan anaknya memiliki jenis kelamin yang berbeda untuk menghindari terjadinya penyakit keturunan yang dikhawatirkan tersebut.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">5.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Meyakini bahwa ketentuan akhir (apakah anak yang akan lahir laki-laki atau perempuan) tetaplah berada di tangan Allah SWT. Berdasarkan penelitian, tingkat keberhasilan teori diatas adalah 75%, sementara sisanya (25%) tidak sesuai dengan yang diinginkan. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Adapun alasan dari dibolehkannya menentukan jenis kelamin anak dengan syarat-syarat diatas adalah sebagai berikut:</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">1.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Bahwa asal hukum sesuatu (selain dari hal ibadah) yang belum ada landasannya melalui nash yang shorih (jelas) adalah dibolehkan (<em>ibahah</em>).</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">2.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Walau penentuan jenis kelamin adalah hak prerogatif Allah SWT, kita tetap dianjurkan untuk melakukan usaha guna mendapatkan anak dengan jenis kelamin yang kita inginkan, sebagaimana halnya pemberian rizki adalah hak prerogatif Allah, namun manusia tetap dianjurkan melakukan usaha untuk mendapatkannya. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">3.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Segala sesuatu yang dibolehkan untuk kita minta dari Allah SWT melalui do'a, dianjurkan agar kita juga melakukan usaha untuk mendapatkannya. Demikian juga halnya untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin yang diinginkan, disamping kita dianjurkan untuk memintanya dari Allah SWT, kita juga dianjurkan untuk melakukan usaha untuk mendapatkannya.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">4.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Melakukan upaya untuk menentukan jenis kelamin anak sebelum anak tersebut menjadi janin yang utuh tidaklah menyalahi kehendak Allah SWT, karena sperma dan sel telur yang dipertemukan belum berbentuk janin dan belum memiliki jenis kelamin apapun.</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">5.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan kita untuk melakukan usaha agar anak yang lahir dari hubungan dengan pasangan yang sah sesuai dengan yang diinginkan, salah satunya adalah hadits Ummu Sulaim bahwa Rasulullah SAW saat ditanya tentang proses terjadinya jenis kelamin anak bersabda "mani laki-laki adalah kental dan putih, sementara mani perempuan encer dan kekuningan, yang mana lebih dahulu, maka yang itu yang akan menentukan jenis kelamin anak".</font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">6.</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><font size="2" face="Verdana">Keberhasilan dari proses penentuan jenis kelamin tersebut juga merupakan bagian dari kehendak Allah SWT, dan tidak bertentangan dengan apa yang dimaksud dalam ayat diatas.[] <em>Wallahu a'lam</em>. </font></p> <p style="text-align: left; margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoNormal" align="left"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <div><font size="2" face="Verdana"> <br></font><hr> <div id="ftn1"> <p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;" class="MsoFootnoteText" align="left"> <font face="Verdana"><em><font size="2">Penulis: Doktor bidang Fiqih dan Hadits dari Universitas Mohammed V Rabat, mantan Ketua PPI Maroko 1995-1998, Staf Ekonomi dan Konsuler KBRI Rabat</font></em></font></p></div> </div><div> </div><strong>My personal web</strong>: <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://pujakesula.blogspot.com/">http://pujakesula.blogspot.com</a> or <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://endyenblogs.multiply.com/journal">http://endyenblogs.multiply.com/journal</a> <img src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"><div><br></div></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-90444315582578067532008-11-16T08:55:00.001-08:002008-11-16T08:55:19.033-08:00Rasulullah SAW Melarang Ali Berpoligami?<div style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt"><table class="contentpaneopen"><tbody><tr><td class="contentheading" width="100%">Rasulullah SAW Melarang Ali Berpoligami? </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" title="PDF"> <br></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=view&id=30&pop=1&page=0&Itemid=28" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=view&id=30&pop=1&page=0&Itemid=28','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" title="Cetak"> <br></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=30&itemid=28" target="_blank" onclick="window.open('http://jurnalislam.net/id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=30&itemid=28','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=400,height=250,directories=no,location=no'); return false;" title="E-mail"> <br></a> </td> </tr> </tbody></table> <p style="margin: 0pt;" class="MsoNormal" align="left"><strong> </strong><font size="2" face="Verdana">Oleh : Muhammad Yusuf Siddik</font><span style="font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana">Isu poligami kembali menjadi hangat seiring dengan peringatan Hari Kartini, 21 April beberapa hari lalu. Kartini dianggap sebagai wanita yang menentang penindasan terhadap wanita serta menolak praktek pernikahan poligami. Karena poligami dinilai bertentangan dengan norma persamaan gender, kesetiaan dalam rumah tangga dan kesucian cinta yang terjalin antara dua sejoli saat melakukan ikrar di depan penghulu. Sementara monogami dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menjaga keutuhan dalam rumah tangga yang dihiasi rasa kesetiaan terhadap pasangan satu-satunya. </font></p> <!-- p {margin-right:0in; margin-left:0in; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; } p.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin-bottom:.0001pt; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; margin-left:0in; margin-right:0in; margin-top:0in} span.MsoFootnoteReference {vertical-align:super} p.MsoFootnoteText {margin-bottom:.0001pt; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; margin-left:0in; margin-right:0in; margin-top:0in} --><p style="margin: 0pt; text-align: left;" class="MsoNormal"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Perjuangan Kartini mendapat dukungan dari kalangan pejuang feminisme serta cendekiawan muslim dan non muslim yang ikut melontarkan <em>syubhat-syubhat</em> (keragu-raguan) tentang legalitas poligami. Di antara <em>syubhat</em> tersebut adalah: bahwa Rasulullah SAW pernah melarang Ali bin Abi Thalib untuk berpoligami selama putri beliau Fatimah, isteri Ali masih hidup. </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Dengan hadits tersebut, para pejuang feminisme serta pendukungnya membantah legalitas poligami dan menganggapnya tidak dibolehkan dalam Islam. Sementara dalil-dalil dari al quran dan hadits yang membolehkan poligami dianggap sebagai dalil yang <em>mansukh</em> (terhapus) dengan adanya hadits di atas. </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><strong><font size="2" face="Verdana"> Perspektif Hadits: </font></strong></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Hadits larangan atau ungkapan keberatan Rasulullah SAW jika Ali ingin berpoligami selama Fatimah puteri Rasulullah masih hidup merupakan hadits yang shohih. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim atau diistilahkan dalam ilmu hadits dengan <em>hadits muttafaq `alaih</em>. </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Hadits tersebut diriwayatkan oleh Miswar bin Makhramah, dia mendengar Rasulullah SAW berkhutbah di atas mimbar dan bersabda : "<em>Sesungguhnya Hisyam ibn al Mughiroh meminta izin kepada saya untuk menikahkan puteri mereka dengan Ali ibn Abi Thalib, maka saya tidak izinkan mereka, kemudian saya tidak izinkan mereka, kemudian saya tidak izinkan mereka, kecuali Ali ibn Abi Thalib mau menceraikan puteriku dan menikahi puteri mereka, maka sesungguhnya puteriku adalah bagian dari diriku, meragukan saya apa yang meragukannya, menyiksa saya apa yang menyiksanya</em>" dalam riwayat lain "<em>sesungguhnya aku tidaklah mengharamkan sesuatu yang halal, namun demi Allah, sekali-kali puteri Rasulullah tidak akan berkumpul (dalam satu rumah) dengan puteri musuh Allah</em>". </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Hadits di atas juga diperkuat dengan riwayat dari imam-imam hadits lainya seperti Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dll, bahkan pakar hadits, Nashiruddin al Albani juga menegaskan kesohihan hadits tersebut. </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><strong><font size="2" face="Verdana"> Perspektif Fiqih dan Ushul Fiqih:</font></strong></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Namun, sebelum membahas secara detail maksud dan kandungan dari hadits tersebut dalam perspektif ushul fiqih atau yurispudensi Islam, perlu kiranya ditegaskan, bahwa dalam al Qur'an dan hadits yang merupakan sumber utama pengambilan hukum Islam, juga terdapat dalil-dalil lain yang membolehkan poligami, di antaranya adalah : </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"> </p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Pertama</font></em></strong><font size="2">, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nisa: 3 yang artinya : "<em>j<strong><span style="font-weight: normal;">ika kamu takut tidak mampu berlaku adil terhadap hamba-hamba sahaya kamu, maka nikahilah wanita yang kamu inginkan, dua, tiga dan empat, jika kamu takut tidak bisa berlaku adil, maka satu saja atau apa yang kamu miliki dari hamba sahaya, karena yang demikian </span></strong>itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya</em>." </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Dalam ayat tersebut, Allah SWT menganjurkan kepada laki-laki muslim untuk menikah, jika mampu secara finansial serta dapat berlaku adil maka dia dibolehkan untuk berpoligami, namun jika tidak mampu, maka dianjurkan untuk menikah secara monogami. Dari ayat tersebut juga dapat disimpulkan bahwa poligami merupakan anjuran yang lebih diutamakan, namun jika tidak sanggup maka hendaklah bermonogami. Sebagian ulama' mengatakan, jika saja dalam ayat tersebut tidak ada kata "<em>yang kamu inginkan</em>" maka hukum poligami menjadi wajib.</font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"> </p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Kedua</font></em></strong><font size="2"><em>,</em> Hal tersebut juga diperkuat dengan dalil dari Sunnah Rasulullah. Sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan monogami dengan menikahi hanya Khadijah selama 25 tahun, dan melakukan poligami setelah wafat Khadijah selama kurang lebih 13 tahun. </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Ketiga,</font></em></strong><font size="2"> Dalil lainnya adalah perintah Rasulullah SAW kepada para sahabat yang memiliki lebih dari 4 orang isteri saat mereka memeluk Islam, agar membatasi jumlah isterinya hanya 4 orang dan menceraikan selebihnya. Sebagaimana yang terjadi pada Ghailan Al Tsaqofi, Umaira Al Asadi dan Naufal bin Mu'awiyah. </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Keempat,</font></em></strong><font size="2"> Dari hadits-hadits tersebut disimpulkan, bahwa poligami dalam Islam hanya dibolehkan hingga 4 isteri saja, dan ini telah menjadi konsensus <em>(ijma')</em> di antara para ulama'. </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Dengan adanya dalil-dalil yang membolehkan poligami, apakah hadits Ali menghapus (<em>nasikh)</em> dalil-dalil yang membolehkan poligami? Para ulama' sepakat <em>(ijma')</em> bahwa hadits tersebut tidak menasakh dalil-dalil yang membolehkan poligami dengan sejumlah alasan :</font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Pertama,</font></em></strong><font size="2"> Rasulullah SAW dalam hadits tersebut menegaskan, bahwa larangan beliau kepada Ali untuk berpoligami bukanlah bermaksud mengharamkan sesuatu yang dibolehkan oleh Allah SWT, melainkan kekhawatian beliau terhadap Ali yang berniat untuk menikahi puteri Abi Jahal. Dan ini dipertegas dalam sebuah riwayat lain dari hadits tersebut yang menyatakan bahwa "<em>Ali bin Abi Thalib berniat menikahi puteri Abi Jahal</em>". Atas dasar itu, Rasulullah SAW melarang Ali berpoligami dan menyatakan bahwa puteri beliau tidak akan berada dalam satu atap dengan puteri musuh Allah (Abu Jahal).</font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left; text-indent: -0.25in;"> <font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Kedua,</font></em></strong><font size="2"> Sebagaimana yang kita ketahui melalui riwayat yang valid, bahwa Rasulullah SAW saat meninggal dunia masih memiliki 9 orang isteri. Hal ini menegaskan bahwa hukum dibolehkannya poligami masih tetap berlaku dan tidak dihapuskan (<em>mansukh)</em> dalam Islam. </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Ketiga,</font></em></strong><font size="2"> Bahkan setelah wafat Rasulullah SAW, poligami masih menjadi hal yang dibolehkan di kalangan para sahabat dan tabi'in. Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan bahwa Sa'id bin Jubair, seorang tabi'in berkata "Ibnu Abbas berkata kepadaku: <em>"Apakah engkau telah menikah ?"</em> Aku menjawab <em>" Belum".</em> Ibnu Abbas berkata, <em>"Maka menikahlah, karena sebaik baik umat ini adalah yang paling banyak istrinya".</em> Dalam hadits lain, Anas bin Malik berkata, </font><em><font size="2">"Termasuk sunnah jika seorang laki laki menikahi perawan setelah ia menikahi seorang janda dan membagi 7 malam untuk isteri yang perawan dan 3 malam untuk isteri yang janda kemudian membagi malam-malamnya antara mereka berdua".</font></em></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><em><font size="2" face="Verdana"> </font></em></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Keempat,</font></em></strong><font size="2"> Kalau memang benar poligami dilarang dalam Islam, seharusnya<br> permintaan untuk tidak menikahi dua wanita atau lebih bukan hanya<br> ditujukan kepada Ali saja, tetapi kepada semua sahabat nabi. Karena justru sahabat yang lainnya banyak yang melakukan poligami.</font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><em><strong> <font size="2">Kelima,</font></strong><font size="2"><span style="font-style: normal;"> Perlu diingat, bahwa Rasululah SAW selain sebagai utusan Allah, beliau juga sebagai manusia yang </span></font></em><font size="2">memiliki isteri, anak, menantu serta teman. Hubungan beliau SAW dengan Ali sangatlah dekat. Mengingat beliau SAW dibesarkan oleh ayahnya Ali, Abu Thalib. Demikian juga Ali, setelah wafat ayahnya, tinggal bersama Rasulullah SAW. Hubungan tersebut semakin dekat setelah Ali menikah dengan puteri beliau, Fatimah. Hubungan yang sangat dekat dan romantis tersebut yang mendorong Rasulullah SAW untuk tidak segan-segan memberikan nasihat secara pribadi kepada Ali, baik menyangkut pribadi, rumah tangga dll. Larangan Rasulullah SAW kepada Ali untuk berpoligami, merupakan satu diantara hal yang sangat pribadi. Larangan tersebut sama seperti halnya larangan seorang ayah kepada anaknya untuk tidak bermain di sungai. Larangan tersebut tentunya tidak berlaku untuk semua orang. Dan itu sudah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya "<em>sesungguhnya aku tidaklah mengharamkan sesuatu yang halal, namun demi Allah, sekali-kali puteri Rasulullah tidak akan berkumpul (dalam satu rumah) dengan puteri musuh Allah</em>". Dari hadits tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW menyatakan bahwa poligami itu halal, serta menyebut larangan beliau lebih disebabkan oleh keinginan Ali menikahi puteri Abi Jahal.</font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><strong><em> <font size="2">Keenam,</font></em></strong><font size="2"> Sebagian fuqaha' (pakar hukum Islam) membolehkan bagi seorang calon isteri untuk mengajukan syarat "tidak mau dimadu" dengan berlandaskan kepada hadits larangan Ali berpoligami serta hadits lainnya yang berbunyi "<em>bahwa syarat yang paling wajib untuk dipenuhi adalah syarat di saat kamu halalkan kehormatan wanita (saat berlangsungnya pernikahan)"</em> </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana"> </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Namun mayoritas fuqaha' (jumhur) tidak membolehkan hal tersebut dengan berlandaskan kepada hadits Rasulullah SAW "<em>seluruh umat Islam harus memenuhi syarat-syarat (janji-janji) mereka, kecuali syarat yang menghalalkan hal yang haram atau mengharamkan hal yang halal</em>". Mengingat al Qur'an dan hadits membolehkan poligami, maka tidak ada syarat apapun yang mampu melarangnya.</font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><strong><font size="2" face="Verdana"> Kesimpulan:</font></strong></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Setelah melihat beberapa argumen diatas, penulis menyimpulkan bahwa hukum poligami dalam Islam tetap dibolehkan dan belum pernah dinasakh oleh dalil apapun. Di samping itu, praktek poligami juga bukanlah monopoli Islam, jauh sebelum datangnya Islam poligami telah menjadi suatu yang lumrah dan biasa, baik di kalangan para nabi, para penguasa, rakyat dan masyarakat di seluruh belahan dunia. Namun dengan datangnya Islam praktek tersebut dibatasi dan diberi rambu-rambu antara lain: </font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"> </p> <p style="margin: 0pt; text-align: left; text-indent: -0.25in;"> <font size="2" face="Verdana">·</font><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><em><span><font size="2" face="Verdana">Poligami hanya dibolehkan hingga 4 orang isteri. </font></span></em></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left; text-indent: -0.25in;"><em> <font size="2" face="Verdana">·</font></em><span style="font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><em><span><font size="2" face="Verdana">Mampu secara finansial bagi suami yang ingin berpoligami. </font></span></em></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left; text-indent: -0.25in;"><em> <font size="2" face="Verdana">·</font></em><span style="font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: normal; font-family: Verdana;"><font size="2"> </font></span><em><span><font size="2" face="Verdana">Mampu berlaku adil dalam hal materi dan perhatian secara lahiriah. </font></span></em></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left; text-indent: -0.25in;"> </p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font face="Verdana"><font size="2"> Dibolehkannya poligami merupakan solusi terbaik, terlebih di tengah zaman globalisasi seperti sekarang ini, di mana data statistik menyebutkan bahwa jumlah kaum wanita lebih banyak dari kaum pria. Lantas akan dikemanakan sisa kaum wanita bila lelaki hanya dibatasi kawin hanya dengan satu orang wanita?. Banyak sudah akibat yang ditimbulkan dari larangan poligami.</font><span style="font-size: 10pt;"> </span><font size="2">Merajalelanya perzinahan, tempat-tempat maksiat dan lainnya, anak-anak yang tidak tahu kepada siapa harus menyebut ayah adalah salah satu akibat larangan poligami. </font></font></p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"> </p> <p style="margin: 0pt; text-align: left;"><font size="2" face="Verdana">Surat kabar "<em>London Trust</em>" pernah mengekspos tulisan seorang wanita Inggris yang menyatakan: "Telah banyak wanita jalanan di tengah-tengah masyarakat kita, tapi sedikit sekali para ilmuwan membahas sebab-sebabnya. Saya adalah seorang wanita yang merasa pedih menyaksikan pemandangan ini. Tapi kesedihanku tak bermanfaat apa-apa, maka tidak ada jalan lain kecuali menghilangkan kondisi ini. Maka benarlah apa yang dilakukan seorang ilmuwan bernama Thomas, ia telah melihat penyakit ini dan menyebutkan obatnya, yaitu "membolehkan laki-laki kawin dengan lebih dari satu wanita". Dengan cara inilah segala musibah akan berlalu, dan genarasi wanita kita akan mempunyai rumah tangga. Bencana yang besar kini adalah karena memaksa pria Eropa untuk kawin hanya dengan satu orang wanita".[] <em> Wallahu a'lam</em>.</font></p> <font size="2" face="Verdana"><br> </font><hr> <p style="margin: 0pt; text-indent: -9pt;" class="MsoFootnoteText" align="left"> <font face="Verdana"><em>Penulis: <font size="2">Doktor bidang Fiqih dan Hadits dari Universitas Mohammed V Rabat, mantan Ketua PPI Maroko 1995-98</font></em></font></p><p style="margin: 0pt; text-indent: -9pt;" class="MsoFootnoteText" align="left"><br><font face="Verdana"><em></em></font></p><p style="margin: 0pt; text-indent: -9pt;" class="MsoFootnoteText" align="left"><font face="Verdana"><em><font size="2">sumber : http://jurnalislam.net/id/index.php?option=com_content&task=view&id=30&Itemid=28<br></font></em></font></p><div> </div><strong>My personal web</strong>: <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://pujakesula.blogspot.com/">http://pujakesula.blogspot.com</a> or <a rel="nofollow" target="_blank" href="http://endyenblogs.multiply.com/journal">http://endyenblogs.multiply.com/journal</a> <img src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"><div><br></div></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-89709357407747563902008-11-06T12:48:00.001-08:002008-11-06T12:48:20.352-08:00Mari Kenali Wahabi/ Salafi Betul-betul<div style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt"><font style="color: rgb(0, 0, 0);" size="2" color="#ffffff" face="Arial, Helvetica">Mari Kenali Wahabi/ Salafi Betul-betul <br> <br>Muhammad b. Abdul Wahab b. Sulaiman b. Ali b. Muhammad b. Ahmad b. Rashid b. Barid b. Musaraf an-Najdi at-Tamimi di lahirkan pada tahun ( 1115H-1119 @ 1703-1787M ) di daerah Najd .Sebenarnya ulama dan ahli sejarah berselisih pendapat tentang kelahiran Muhammad Abdul Wahab. Tahun 1690M/1111H merupakan pendapat Shaikh Zaini Dahlan Mufti Mekah juga ahli sejarah .Pada tahun 1694M/1115H adalah pendapat golongan Wahabi/ Salafi manakala pada 1703M/1124H adalah ahli sejarah Barat. Muhammad Iqbal pula mengatakan beliau lahir pada 1700M/1121H. <br> <br> Ayahnya Abdul Wahab yang merupakan seorang qadhi pada ketika itu telah mendapat firasat bahawa apa yang akan dilakukan oleh Muhammad Abdul Wahab akan merosakkan umat Islam nanti akhirnya. Kerosakan yang dimaksudkan tidak semestinya berlaku secara langsung (direct daripada Abdul Wahab sendiri) tetapi juga secara tidak langsung, iaitu dilakukan oleh orang-orang selepasnya hasil fahaman ciptaannya itu (fahaman Wahabi/ Salafi). <br> <br>Kita mungkin biasa mendengar sebuah hadith Nabi yang bermaksud: <br> <br>" Takutilah kamu akan firasat orang-orang mukmin, sesungguhnya mereka melihat dengan Nur Allah (pandangan mata hati )" . <br> <br>Banyak hadis-hadis lain yang menyentuh tentang firasat dan mimpi yang baik merupakan sebahagian daripada kebenaran. <br> <br> Ramalan tersebut terbukti benar apabila berlakunya pertentangan antara beliau dengan ayahnya. Ini membuatkan Muhammad Abdul Wahab terpaksa menyampaikan dakyahnya secara tersembunyi. Kejahilan agama masyarakat dan kekuatan politik, adalah antara faktor dakyahnya meresap di kalangan masyarakat Badwi Najd. <br> <br>ABDUL WAHAB MEMULAKAN PERGERAKAN DAN SERANGAN <br> <br> Ahli Najd terbahagi kepada dua golongan , badwi dan moden. Golongan moden menjalankan perniagan manakala golongan badwi kerap berperang dan bermusuhan sesama kabilah bagi menguasai wadi,kawasan ternakan dan sebagainya. Mungkin sikap keras, kasar dan taksub golongan badwi inilah yang telah mempengaruhi corak dakwah dan dakyah golongan Wahabi/ Salafi sehinggalah ke hari ini. <br> <br>Kabilah Najd pada ketika itu terdiri daripada Bani Khalid, Hawazin, Harb, Qahtani, al-Ajmani, ad-Dawasir, Al Saud, Al Asobah ( Kuwait ) , Al Khalifah ( Baharin ) Zafir dan banyak lagi. Kawasan Najd ketika itu di luar kawalan Khilafah Daulah Uthmaniah, besar kemungkinan kawasan tersebut terpencil dan merupakan kawasan pedalaman. <br> <br> Muhammad Abdul Wahab ke Iraq dan berbincang dengan beberapa fuqaha' lalu memberikan dan menyatukan beberapa pandangan baru dan lama hasil pemikirannya yang dhaif itu sendiri, akan tetapi beliau dimarahi dan diusir. Kemudian beliau terus pulang ke Najd, dan menyebarkan fahaman baru yang mengakibatkan penduduk Najd terbahagi kepada 2 puak, mereka yang memerangi dan mereka yang menuruti. Inilah kejayaan awal Muhammad bin Abdul Wahab- memecah-belahkan lagi puak badwi yang memang telah sedia berpecah-belah itu. <br> <br>Kemudian Muhammad Abdul Wahab melarikan diri ke al-Uyainah lalu bersahabat dengan Amir al-Uyainah sehingga di akhiri dengan perkahwinan dengan anak perempuannya ( Amir al-Uyainah ).Ini secara tidak langsung memberi laluan kepada beliau untuk menyebarkan ajarannya. <br> <br>Setelah menetap di al-Uyainah kira-kira 8 bulan beliau akhirnya diusir keluar juga. Apabila mengetahui kedudukannya terancam, maka beliau cuba menemui beberapa ketua-ketua kabilah dan pemimpin tertinggi untuk mendapat perlindungan dan sokongan sehinggalah ke ad-dar'iyah, lalu menemui Muhammad b. Saud. Pertemuan yang membawa mala petaka pada umat Islam ini, telah menjalinkan persepakatan dan persetujuan bagi membentuk fahaman agama baru secara rasmi, di dalam kekuatan politik, ketenteraan dan peperangan pada 1165H / 1744M. <br> <br>ULAMA AL-HARMAIAN MENENTANG MUHAMMAD ABDUL WAHAB <br> <br> Sewaktu Muhammad Abdul Wahab bersama pengikutnya menyibukkan diri menanam benih-benih perpecahan di kalangan umat Islam dengan membidaah dan mengkafirkan kaum muslimin ,beliau telah mengutuskan sekumpulan pengikutnya untuk merosakkan aqidah Ulama' al-Haramain serta memasukkan beberapa syubahat dan muslihat. Golongan Wahabi/ Salafi ini lebih gemar mempersoalkan perkara remeh-temeh yang mengundang perpecahan daripada memikirkan perkara-perkara besar. Ini membuatkan musuh-musuh Islam tersenyum puas hati. <br> <br>Kemudian Ulama' al-Harmain (diantara mereka ialah As-Shaikh Ahmad al-Ba Alawi, As-Shaikh Umar Abdul Rasul, As-Shaikh Aqail b. Yahya al-'Alawi , As-Shaikh Abdul Malik dan As-Shaikh Hussin al-Maghribi) bangkit lantas menolak dengan memberikan beberapa keterangan dan hujjah sehingga melemahkan fahaman kaum Wahabi/ Salafi ini. Akhirnya Ulama' al-Harmain menegaskan bahawa golongan Wahabi/ Salafi ini adalah jahil dan tersesat. Ulama' Haramian pun menulis sepucuk surat lalu diajukan perkara tersebut kepada Qadhi as-Syar'e Mekah, yang akhirnya menjatukan hukuman penjara kepada mereka yang mulhid ini. Malangnya ada segelintir daripada mereka telah berjaya meloloskan diri ke ad-Dar'iyah ( iaitu ibu negeri Wahabi yang pertama di Riyad ) dengan perasan sombong dan angkuh. Peristiwa tersebut berlaku di bawah pemerintahan As-Syarif Masud b. Said b. Saad b. Zaid yang wafat pada 1153H/1732M. <br> <br> Muhammad bin Abdul Wahab pula telah meninggal dunia pada tahun 1206H/1792M ketika berumur 90 tahun. Seterusnya gerakan ini diambil alih oleh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahab, yang meneruskan bahkan menyesatkan lagi agenda dan fahaman tersebut. <br> <br>WAHABI MENGGANAS DI MEKAH DAN TAIF <br> <br> Pada tahun 1217H / 1802M tentera-tentera Wahabi sampai di Taif, bersedia untuk terus menumpahkan darah kaum Muslimin lagi. Mereka mengepung Taif pada bulan Zul Qa'edah 1217H, seterusnya menyerbu, menawan dan membunuh lelaki serta wanita termasuklah kanak-kanak ,sehingga tiada seorang pun yang terlepas daripada kekejaman Wahabi/ Salafi ini. Setelah itu mereka merampas dan merosakkan segala harta benda serta melakukan keganasan yang tidak terkira dan seterusnya menuju ke Mekah. <br> <br>Mereka mengetahui pada bulan tersebut ramai jemaah haji terutamanya dari Syam dan Mesir, boleh jadi mereka akan diserang, lalu mereka bercadang untuk menetap seketika di Taif sehinggalah selesai musim haji. Ini jelas menunjukkan bahawa sejak dahulu lagi umat Islam sedunia telah menolak fahaman Wahabi/ Salafi . Setelah jemaah haji pulang ke negara masing-masing, golongan Wahabi/ Salafi pun menuju ke Mekah, Amir Mekah as-Syarif Galib pada ketika itu tidak mampu menyekat kemaraan bala tentera Wahabi/ Salafi yang pada ketika itu telah tiba di Jeddah. <br> <br>Berita tersebut akhirnya dihidu oleh penduduk Mekah. Mereka takut kekejaman dan kebiadaban yang berlaku di Taif akan menimpa mereka. Namun demikian, penduduk Mekah tidak dapat membuat apa-apa persediaan untuk menghadapi mereka. Pada Muharram1248H, golongan ini telah berjaya memasuki Kota Mekah dan menetap di sana selama 14 hari. Dalam tempoh masa inilah mereka melakukan kerosakan serta membuat ketetapan larangan menziarahi makam nabi-nabi dan solihin yang memang telah menjadi amalan para wali Allah, ulama dan umat Islam sebelum itu. <br> <br> Kemudian tentera Wahabi menuju pula ke Jeddah untuk membunuh Amir as-Syarif. Setibanya di sempadan Jeddah, golongan Wahabi/ Salafi telah diserang oleh tentera Amir Mekah yang menatijahkan mereka menerima kekalahan teruk. Kegagalan untuk menawan kota Jeddah ini megakibatkan mereka berundur dan pulang semula ke Mekah. <br> <br>WAHABI/ SALAFI MENGGANAS DI MEKAH DAN MADINAH. <br> <br> Selepas 8 hari, golongan Wahabi/ Salafi mengumpulkan bala tenteranya di sana (Mekah) dan melantik seorang Amir as-Syarif Abdul Mu'ain iaitu saudara as-Syarif Ghalib, serta cuba berbaik-baik semula dengan penduduk Mekah. <br> <br> Pada tahun 1220H mereka merompak dan mengepung penduduk Mekah serta memutuskan segala bekalan makanan sehingga menyebabkan penduduk Mekah kelaparan yang mengakibatkan mereka terpaksa memakan daging anjing akibat kebuluran yang bersangatan. Melihatkan keadaan ini, Amir Mekah terpaksa mengadakan perjanjian untuk perdamaian. Antara syarat perjanjian tersebut hendaklah berbaik-baik dengan penduduk Mekah. <br> <br>Setelah tempoh perdamaian tamat maka sekali lagi pada akhir bulan Zul Qa'edah 1220H, mereka berjaya memasuki kota Mekah dan Madinah. Setelah tiba di Madinah , mereka menceroboh 'Bilik Nabi' dan mengambil semua harta benda termasuklah lampu dan bekas air daripada emas dan perak, permata, zamrud yang tidak ternilai harganya, lalu melakukan beberapa perkara keji dan jelek, sehingga menyebabkan ramai dari kalangan ulama' melarikan diri. Antaranya ialah Shaikh Ismail Al-Barzanji, Shaikh Dandrawi dan ramai lagi . <br> <br>Kemudian mereka menghancurkan semua kubah di perkuburan Baqe' seperti qubah Ahli Bait, Isteri-isteri Nabi, anak-anak Nabi , lalu mereka cuba pula untuk memusnahkan kubah baginda Rasulullah s.a.w. , apabila mereka melihat di kubah tersebut terdapatnya &#8220; lambang bulan sabit &#8220; yang pada sangkaan mereka diperbuat daripada emas tulin, mereka mereka menarik balik keputusan tersebut. Sesungguhnya Maha Suci Allah yang telah memalingkan mereka daripada perbuatan keji dan melampau itu.Mereka juga telah memecahkan lampu-lampu di Madinah serta membahagikan kepada beberapa pengikutnya yang setia kepadanya. Kota Madinah akhirnya di tinggalkan dalam keadaan sepi selama beberapa hari tanpa azan, iqamah dan solat. Inilah kononnya slogan mereka: &#8220;Mari Kita Banteras Syirik dan Bida&#8217;ah&#8221; dan &#8220;Mari kembali Kepada Ajaran Rasulullah.&#8221;( Sila rujuk kitab ;Nuzhatul an-Nazirin fi Tarikh Masjid al-aw'walin wal akhirin oleh Jaafar bin Syaid Ismail al-Madani al-Barzanji) <br> <br> Mereka telah melarang kemasukan jemaah haji dari Mesir dan Syam yang merupakan pekerja-pekerja menenun kelambu Kaabah dan seumpamanya. Mubarak b. al-Mudayyiqi akhirnya telah dilantik menjadi Amir Wahabi/ Salafi. Pemerintahan mereka berlalu selama kira-kira 7 tahun. <br> <br>SERANGAN THOSON BASHA KE ATAS WAHABI/ SALAFI <br> <br> Sultan Muhammad Khan telah mengutus Muhammad Ali Basha -pemerintah kerajaan Mesir supaya menyediakan seramai 8-10 ribu tentera untuk memerangi pelampau-pelampau Islam Wahabi/ Salafi ini pada tahun 1226H, lalu beliau mengerahkan anaknya Thoson Basha keluar dari negara Mesir pada bulan Ramadhan 1226H melalui jalan laut dan darat. Akhirnya berlakulah pertempuran yang dahsyat di perkampungan Khif ( dari Madinah kira-kira 90km) sehingga mengakibatkan ramai daripada jumlah tentera Mesir telah terkorban dan setengahnya pula gagal lalu pulang ke Mesir. <br> <br>Kemenangan yang dicapai oleh golongan Wahabi/ Salafi ini adalah disebabkan hasil sokongan daripada beberapa kabilah badwi seramai 10 ribu orang yang telah berpakat untuk mengalahkan tentera Mesir. Peristiwa yang bersejarah lagi berdarah ini berlaku pada bulan Zul Hijjah 1226H/1805M. Sebenarnya tentera Thoson Basha juga terpaksa berhadapan seramai 30 ribu tentera Wahabi/ Salafi yang telah mengepung di bahagian Barat di bawah pimpinan al-Amir Faisal <br> <br>SERANGAN MUHAMMAD ALI BASHA KE ATAS Wahabi/ Salafi <br> <br> Keazaman Muhammad Ali Basha dengan sendirinya menuju ke Hijaz pada tahun 1227H untuk menemui tenteranya. Setelah itu beliau bersama tenteranya menguasai as-Safra' dan al-Hudidah pada bulan Ramadhan dan memasuki kota Madinah pada akhir bulan Zul Qa'edah . Kemudian beliau menguasai pula di persisiran pantai Jeddah pada awal bulan Muharram 1228H, lalu terus menuju ke Mekah dan menguasainya. <br> <br>Pada bulan Rabiul Awal tahun 1228H Muhammad Ali Basha memerintahkan para utusannya ke Darul Khilafah Uthmaniah yang berpusat di Turki. Bersama mereka adalah anak-anak kunci kota Mekah, Madinah, Jeddah dan Taif. Pada bulan Syawal 1228H Muhammad Ali Basha kembali semula ke Hijaz, sebelum tiba di Hijaz ,as-Syarif Ghalib telah menangkap Osman al-Mudayyiqi yang merupakan Amir Wahabi/ Salafi di Taif, kemudian menghantarnya ke Darul Khilafah Uthmaniah dan dihukum bunuh. <br> <br>Setelah Muhamad Ali Basha tiba di Mekah pada bulan Zul Qa'edah, beliau menangkap pula as-Syarif Ghalib ibnu Musa'd lalu menghantarnya ke Darul Sultanah , kemudian beliau melantik pula anak saudaranya As-Syarif Yahya bin Surur ibnu Musa'd untuk dilantik sebagai pemerintah di Mekah Pada bulan Muharam tahun 1229H Muhamad Ali Basha menangkap pula Amir Wahabi/ Salafi Madinah lalu menghantarnya ke Darul Khilafah Uthmaniah dan dihukum bunuh, kepalanya di gantung di &#8220; Bab As-Saraya &#8221; sebagaimana yang telah dilakukan terhadap Osman al-Mudayyiqi ,adapun as-Syarif Ghalib beliau telah dihantar ke Salanik di Turki dan tinggal di sana dengan mendapat penghormatan sehingga beliau wafat dan dikebumikan pada 1231H. <br> <br> Pada bulan Sya'ban 1229H Muhamad Ali Basha sekali lagi telah mengutus tenteranya ke Turbah, Bisyah, Ghamid, Zahran dan 'Asir untuk mengesan dan menjejaki serta memerangi golongan Wahabi/ Salafi lalu berhasrat untuk membinasakannya sehingga ke akar umbi .Setibanya di Darul Wahabi/ Salafi, mereka terus memerangi golongan tersebut dan diizinkan Allah menawan dan memusnahkan negeri mereka . <br> <br>Pada bulan Jamadil Awal 1229H Amir Saud meninggal dunia lalu digantikan oleh anaknya Abdullah b. Saud. Muhammad Ali Basha kembali semula ke Darul Wahabi/ Salafi semasa mengerjakan haji dan tinggal di Mekah pada bulan Rejab 1230H, kemudian pulang semula ke Mesir setelah meninggalkan Hassan Basha di Mekah. Muhamad Ali Basha tiba di Mesir pada pertengahan bulan Rejab 1230H, ini menjadikan tempoh beliau di Hijaz kira-kira 1 tahun 7 bulan. Beliau pulang ke Mesir setelah melaksanakan tanggugjawabnya dan tugasnya di bumi Hijaz. Maka tinggalah beberapa golongan Wahabi/ Salafi yang bertempiaran di setiap pelusuk kabilah badwi dan selebihnya tinggal di Ad-Dar'yah kemudian melantik Abdullah b. Saud sebagai peminpin mereka. <br> <br>BERPERANG DENGAN IBRAHIM BASHA <br> <br>Amir Wahabi/ Salafi- Abdullah b. Saud cuba berbaik-baik dengan Thuson Basha bin Muhamad Ali Basha (adik kepada Ibrahim) ketika mereka berada di Madinah, sehingga terjalin hubungan persahabatan di bawah pemerintahan Muhammad Ali Basha yang membuatkan Muhammad Ali Basha tidak menyetujuinya. Oleh kerana itu, Muhamad Ali Basha telah memperlengkapkan tenteranya untuk memerangi golongan Wahabi/ Salafi, di bawah pimpinan anaknya Ibrahim Basha (abang suluong). <br> <br>Pada tahun 1232H Ibrahim Basha bersama tenteranya tiba di Ad Dar'yah yang merupakan ibu negeri Wahabi/ Salafi yang pertama di Riyad, maka berlakulah pertempuran sengit yang berakhir pada bulan Zul Qa'edah 1233H dan berakhir dengan tertangkapnya Abdullah b. Saud. <br> <br>AMIR WAHABI/ SALAFI DIHUKUM BUNUH <br> <br> Amir Wahabi/ Salafi yang ditangkap telah di bawa bersama pembesarnya ke Mesir dan tiba di sana pada 17 Muharram 1234H. Mereka kemudianya diarak oleh beberapa orang askar dengan penuh kehinaan, lalu berbondong-bondonglah penduduk Mesir menyaksikan perarakan yang bersejarah itu. Apabila Amir Wahabi/ Salafi memasuki istana, Muhamad Ali Basha dengan tersenyum duduk disisinya seraya berkata ; <br> <br>Muhammad Ali Basha : Apakah (peperangan) ini berterusan? <br> <br>Amir Wahabi/ Salafi : Ini adalah peperangan timbal balik (sekali menang dan sekali kalah ). <br> <br>Muhammad Ali Basha: Apa pendapat kamu tentang anakku Ibrahim Basha ? <br> <br>Amir Wahabi/ Salafi: Beliau seorang yang gigih dan kuat, seperti kami juga. <br> <br>Muhammad Ali Basha : Aku berharap pada kamu di sisi Maulana as-Sultan. <br> <br>Lalu mereka pun menuju ke bilik Ibrahim Basha di Bulaq ,bersamanya terdapat sebuah kotak kecil yang berbungkus . <br> <br>Muhamad Ali Basha : Apa ini ? <br> <br>Amir Wahabi/ Salafi : Ini aku dapat daripada ayahku yang beliau perolehi di sebuah bilik sahabatnya bersama ku. <br> <br>Kemudian Muhammad Ali Basha menyuruh agar kotak tersebut di buka. Di dalamnya ada 3 lembaran Mushaf daripada khazanah al-Muluk yang tidak pernah dilihatnya lebih baik sebelum ini,di samping itu juga terdapat 300 butir permata yang besar-besar daripada zamrud. Rupanya kaum Wahabi/ Salafi ini kalah juga dengan kemewahan dunia. <br> <br>Muhamad Ali Basha : Ini yang kamu ambil di Hujrah as-Syarif ( di dalam maqam Rasulullah) <br> <br>Amir Wahabi/ Salafi : Aku dapat daripada ayahku, beliau tidak mengambilnya di Hujrah as-Syarif ,bahkan memperolehinya daripada penduduk Mekah dan Madinah dan daripada orang-orang as-Syarif. <br> <br>Muhammad Ali Basha: Sah! Kamu ambil daripada as-Syarif. <br> <br> Kemudian Amir Wahabi/ Salafi pun di hantar ke Darul Khilafah Uthaminah ,sementara itu Muhammad Ali Basha kembali semula ke Hijaz dan seterusnya ke Mesir pada Muharram 1230H.,selepas beliau memusnahkan Negeri ad-Dar'yah sehinggalah golongan Wahabi/ Salafi meninggalkan penempatan mereka. Ketika Amir Wahabi/ Salafi tiba di Darul Khilafah Utmaniah pada bulan Rabi'ul Awal, beliau bersama pengikutnya diarak mengelilingi Kota Turki untuk dipertontonkan oleh semua lapisan masyarakat. Akhirnya Amir Wahabi/ Salafi dihukum bunuh di &#8220;Bab Hamaayun &#8221; manakala para pengikutnya pula dihukum bunuh di sudut yang berbeza-beza. <br> <br>Apa yang dapat kita fahami daripada rentetan peristiwa tersebut ialah golongan Wahabi/ Salafi acuan Badwi ini sentiasa mengamalkan sikap berperangan dan membuat kekacauan di Semenanjung Tanah Arab. Kemudian bercita-cita pula untuk menguasai seluruh Tanah Arab. Kini mereka cuba untuk menguasai pemikiran umat Islam sedunia melalui cara halus pula, iaitu dengan menerapkan ajaran mereka walaupun sedikit terutamanya kepada golongan pelajar. Mereka semakin maju ke hadapan apabila orang-orang yang telah diracun mindanya ini menyertai perjuangan jemaah-jemaah besar seluruh dunia hingga ada yang bertaraf pemimpin. Apa tindakan kita? <br> <br>SERANGAN JIHAD TERHADAP WAHABI/ SALAFI <br> <br> Banyak di kalangan Ulama' Mekah, Madinah, Qadhi dan Mufti di seluruh pelusuk dunia berfatwa agar serangan jihad dilancar ke atas golongan Wahabi/ Salafi ketika itu. Mereka terdiri daripada kalangan ulama' yang muktabar seperti As-Shaikh Ahmad al-Ba Alawi, As-Shaikh Umar Abdul Rasul, As-Shaikh Aqail b. Yahya al-'Alawi , As-Shaikh Abdul Malik dan As-Shaikh Hussin al-Maghribi. <br> <br> Setelah mereka selesai menunaikan solat lalu menuju ke 'Bab as-Thani', mereka dapati sekumpulan orang Islam telah dizalimi dan diseksa dengan sengaja oleh golongan yang ingin memasuki Masjidil Haram serta diancam untuk dibunuh, maka bertempiaranlah mereka melarikan diri dan memberitahu golongan Wahabi/ Salafi bahawa mereka adalah penduduk Mekah. Setelah itu berhimpunlah sekelian ulama' di bahagian mimbar untuk mendengar khutbah yang disampaikan oleh Khatib Abu Hamid lalu beliau membaca Risalah Muhammad Abdul Wahab an-Najdi al-Mal'uni. berbunyi : Wahai! Ulama',Qadhi, Mufti adakah kamu dengar dan tahu akan perutusan ini&#8230;..&#8230; <br> <br>( Sila rujuk beberapa Risalah Muhamad Abdul Wahab an-Najdi al-Mal'uni at-Tamimi al-Kadzabi ) <br> <br>Kemudian ada pula daripada Ulama', Qadhi, Mufti bermazhab empat dari kalangan penduduk Mekah di seluruh dunia yang datang untuk mengerjakan haji bersidang dan bermusyawarah sementara menunggu 10 Muhaaram untuk memasuki Masjidil Haram. Akhirnya ulama' menghukumkan mereka kafir dan mengarahkan Amir Mekah memaksa dan menyingkirkan mereka (golongan *error* ) keluar daripada Masjidil Haram. Setelah itu mereka mewajibkan semua orang Islam membantu dan bersatu. Barang siapa yang melarikan diri tanpa uzur adalah berdosa, dan barang siapa memeranginya jadilah mujahid dan barang siapa yang dibunuh memperolehi syahid. Akhirnya ijmak ulama' bersepakat tanpa berlaku sebarang kekhilafan, telah menulis surat kepada Amir Mekah. Selepas menunaikan solat Maghrib mereka pun mengadap Amir Mekah. Justeru itu, seluruh penduduk Mekah bersatu serta mendokong kesatuan Amir Mekah untuk melancarkan serangan jihad dan menyingirkan mereka daripada Mekah (Sila rujuk al-ajwibahtu al-Makkiyatu fi rad 'al ar-Risalati an-Najdiyati m.s.84-86 ) <br> <br> Kesimpulannya disini, Muhammad Abdul Wahab dan para pengikutnya bolehlah ditakrifkan sebagai Bughah, iaitu sekumpulan orang Islam yang bermusuh atau ingkar kepada Pemeritah Tertinggi sehingga tertubuhnya sebuah pasukan bersenjata dan berhasrat untuk menentang Pemerintah Tertinggi. Dan dari segi hukumnya, mereka ini wajib diperangi setelah diberi nasihat dan amaran. <br> <br>Peristiwa seumpama ini sebenarnya pernah berlaku di zaman sahabat. Antaranya ialah peperangan antara Saidina Abu Bakar dengan Musailamah Al-Kazab yang mengaku menjadi nabi , setelah itu peperangan Siffin antara golongan Saidina Ali dengan tentera Muawiyah ,dan juga tentera Khawarij. ( lihat kitab Qalyubi Wa Umairah .Bab Bughah m.s.171-174 Kitab unggul Mazhab Syafi&#8217;e)<br><br>sumber : http://no2salafi.tripod.com/id8.html <br></font><div style="color: rgb(0, 0, 0);"> </div><strong style="color: rgb(0, 0, 0);">My personal web</strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);">: </span><a style="color: rgb(0, 0, 0);" rel="nofollow" target="_blank" href="http://pujakesula.blogspot.com/">http://pujakesula.blogspot.com</a><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> or </span><a style="color: rgb(0, 0, 0);" rel="nofollow" target="_blank" href="http://endyenblogs.multiply.com/journal">http://endyenblogs.multiply.com/journal</a><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> </span><img style="color: rgb(0, 0, 0);" src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif"><div style="color: rgb(0, 0, 0);"><br></div></div><br> Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4076224499393280452.post-68268232561892154702008-09-18T11:02:00.001-07:002008-09-21T15:35:26.129-07:00Sifat Tangan Allah versi salafy<div style="FONT-SIZE: 10pt; FONT-FAMILY: arial, helvetica, sans-serif"><div style="FONT-SIZE: 10pt; FONT-FAMILY: arial, helvetica, sans-serif"><br /><br /><br /><div align="center"><span style="font-size:+0;">Penulis : Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed <i>hafidzahullah</i></span><br /></div><br />Keimanan terhadap penetapan adanya Tangan bagi Allah merupakan keyakinan Ahlus Sunnah wal jama'ah , sebagaimana telah kami jelaskan pada edisi lalu (baca: Allah Mempunyai Tangan -red). Keyakinan ini makin jelas dan tegas karena Al-Qur'an dan as-Sunnah telah menyebutkan adanya sifat Tangan bagi Allah secara terperinci dan disebutkan dengan kanan.<br /><br /><span style="font-size:+0;">KEDUA TANGAN ALLAH ITU KANAN<br /><br /></span>Allah سبحانه وتعالى berfirman (yang artinya):Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Rabb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(az-Zumar: 67)<br /><br />Demikian pula dalam firmanNya (yang artinya):Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia dengan tangan kanan. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (al-Haaqqah: 44-46)<br /><br />Pada kedua ayat di atas Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tangan dengan tangan kanan. Pada surat Az-Zumar Allah berfirman (yang artinya): "Dan langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya". Sedangkan dalam surat al-Haqqah dikatakan (yang artinya): "Aku ambil dengan dengan tangan kanan".<br /><br />Dalam tafsir ayat az-Zumar ayat 67 ini, disebutkan hadits yang shahih dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): "Allah Tabaraka wa ta'ala menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat langit dengan tangan kanannya, kemudian berkata "Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia?" (HR. Bukhari-Muslim).<br /><br />Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Allah Azza wa Jalla menggulung langit pada hari kiamat dan menggenggam-nya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata: "Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong?" Kemudian menggulung bumi-bumi dan menggenggamnya dengan tangannya yang lain seraya berkata: "Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia, mana orang-orang yang sombong?" (HR. Bukhari Muslim)<br /><br />Perlu diketahui, dalam hadits yang kedua ini disebutkan "tangan yang lain", ini yang lebih shahih, sedangkan dalam lafadh lainnya disebutkan "dengan tangan kirinya". Berkata Baihaqi dalam Asma' wa Sifat: "Demikianlah diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar ibnu Abi Syaibah, sedangkan sebutan "tangan kiri" disebutkan secara menyendiri oleh Umar Ibnu Hamzah dari Salim. Padahal telah diriwayatkan hadits yang sama oleh Nafi' dan Ubaidullah Ibnu Muqsim dari Ibnu Umar, keduanya tidak menyebutkan kalimat "kiri". Demikian pula telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan lain-lainnya dari Nabi صلى الله عليه وسلم, semuanya tidak ada yang menyebutkan "tangan kiri". (Lihat Asma' wa Sifat, Baihaqi, hal. 139-140)<br /><br />Apalagi telah diriwayatkan dengan shahih bahwa kedua tangan Allah adalah kanan, sebagaimana dalam sabdanya (yang artinya):Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah (mereka berada) di atas mimbar dari cahaya dari sisi kanan Allah Azza wa Jalla. Dan Kedua Tangan Allah adalah Kanan … (HR. Muslim)<br /><br />Yang demikian karena tangan Allah keduanya Maha Sempurna, tidak sama dengan tangan mahlukNya. Sedangkan istilah kiri mengandung makna kekurangan dan kelemahan pada mahluk, maka tidak layak disebutkan untuk tangan Allah yang Maha Sempurna.<br /><span style="font-size:+0;"><br />JARI-JEMARI ALLAH</span><br /><br />Diriwayatkan dari 'Amr bin Ash, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Sesungguhnya hati Bani Adam seluruhnya berada di antara dua jari dari jari ar-Rahman (Allah) seperti hati yang satu. Allah memalingkannya sekehendaknya. (HR. Muslim)<br /><br />Dalam riwayat lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenarkan perkataan seorang Rahib Yahudi ketika menyebutkan jari-jemari bagi Allah, seperti dalam riwayat dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, ia berkata: Seorang pendeta datang berjumpa Nabi صلى الله عليه وسلم lalu berkata: Wahai Muhammad atau Wahai Abu al-Qasim! Pada Hari Kiamat Allah سبحانه وتعالى memegang langit, bumi, gunung-gunung, pohon-pohon, air, tanah dan semua makhluk dengan jari-jemariNya. Kemudian Dia menggoyangkannya sambil berfirman: "Akulah Raja, Akulah Raja". Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم tertawa karena kagum mendengar kata-kata pendeta tersebut sambil membenarkannya. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya): Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Rabb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (HR. Bukhari Muslim)<br /><br />Dan dalam riwayat lain: Datang seorang rahib dari Yahudi dan berkata: "Allah meletakkan langit-langit di jari-Nya pada hari kiamat", maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun terkagum-kagum membenarkan berita tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)<br /><span style="font-size:+0;"><br />TELAPAK TANGAN ALLAH</span><br /><br />Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Tidaklah seseorang bershadaqah dengan shadaqah yang baik –dan Allah tidak menerima kecuali yang baik—kecuali Allah yang Maha Rahman akan mengambilnya dengan Tangan kanan-Nya, walaupun sebuah kurma, Allah akan membesarkannya di Telapak Tangan Allah yang Maha Rahman hingga menjadi lebih besar dari gunung sebagaimana salah seorang kalian membesarkan anak kambing atau anak unta. (HR. Bukhari dan Muslim)<br /><br /><span style="font-size:+0;">LENGAN ALLAH</span><br /><br />Didalam riwayat yang agak panjang, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Apakah unta-unta kaummu yang lahir dalam keadaan sehat dan utuh telinga-telinganya kemudian kamu dengan sengaja mengambil pisau dan memotong telinga-telinganya dan kamu katakan unta-unta ini merdeka?!. Dan kamu robek telinga-telinganya atau kamu cacati kulit-kulitnya, kemudian kamu katakan unta-unta ini haram? Kemudian kamu haramkan untuk dirimu dan keluargamu?! Dia menjawab: "Ya". Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sungguh seluruh apa yang diberikan Allah kepadamu (dari binatang ternak itu) adalah halal. Ingat Lengan Allah lebih kuat dari lenganmu dan Pisau Allah lebih tajam dari pisaumu." (HR. Ahmad, Hakim, Abu Dawud, Baihaqi, Thabrani dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: "Hadits Hasan Shahih). Lihat Tahqiq Kitab Asma' wa Sifat oleh Al-Baihaqi, hal. 170).<br /><span style="font-size:+0;"><br />SIKAP AHLUS SUNNAH TERHADAP RIWAYAT-RIWAYAT DI ATAS</span><br /><br />Berkata Sufyan Ibnu Uyainah: Setiap apa yang Allah sifati diri-Nya dalam kitab-Nya maka tafsirnya adalah membacanya dan diam. (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 248)<br /><br />Berkata Ibnu Syihab Az-Zuhri: Allah yang menerangkan, rasul yang menyampaikan dan atas kita untuk menerima. (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 249)<br /><br />Berkata Wahb bin Munabbih ketika ditanya oleh seorang tokoh sesat Ja'd bin Dirham tentang asma' wa sifat: Celaka engkau wahai Ja'd karena permasalahan ini. Sungguh aku menduga engkau akan binasa. Wahai Ja'd, kalau saja Allah tidak mengkabarkan dalam kitab-Nya bahwa dia memiliki tangan, mata atau wajah, tentu kamipun tidak akan mengatakannya.Bertakwalah engkau kepada Allah!" (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 190)<br /><br />Berkata al-Walid ibnu Muslim: "Aku telah bertanya kepada AlAuza'I, Sufyan Ats-tsauri, Malik bin Anas tentang hadits-hadits sifat dan ru'yah (tentang dilihatnya Allah pada hari kiamat), mereka semua menjawab: Langsungkanlah, sebagaimana adanya tanpa mempertanyakan seperti apa". (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 249)<br /><br />Berkata Imam Malik bin Anas: "Berhati-hatilah kalian terhadap kebid'ahan." Beliau ditanya: "Apakah bid'ah itu". Beliau menjawab: "Ahlul bid'ah adalah mereka yang membicarakan tentang nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, kalam Allah, Ilmu Allah dan kekuasan-Nya tanpa ilmu. Mereka tidak mau diam sebagaimana diamnya para shahabat dan tabi'in terhadap masalah tersebut". (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, hal. 244)<br /><br />Berkata Imam Al-Barbahari: "Tidak boleh berbicara tentang Allah kecuali dengan apa Allah sifatkan diriNya dengannya dalam al-Qur'an dan apa yang diterangkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada para shahabatnya". Ia juga berkata: "Tidak berbicara tentang sifat-sifat Rabb dengan pertanyaan: "Bagaimana?" atau "mengapa?", kecuali orang yang ragu terhadap Allah tabaraka wa ta'ala". (Syarhus Sunnah, hal. 70)<br /><br />Sumber: <a href="http://www.salafy.or.id/" target="_blank">http://www.salafy.or.id/</a> tpatnya <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=872">http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=872</a><br />Judul Asli: "Mengimani Sifat Kedua Tangan Allah Ta'ala"<br /><br />komentar:<br />Jika kita perhatikan susunan artikel ini jelas pembuatnya dan pengikut pendapat ini telah jatuh pada faham mujasimah, adapun pandangan yg dikutip atas nama Ahlusunah & salafussholih di bawahnya adalah parsial, tanpa menyertakan keterangan asli dalam kitab dimana sumbernya diambil dengn kata lain digunting tambal. wallahu a'lam<br />Allah berbeda dg makhluk. Allah maha Esa. P<br /><br /><strong>My personal web</strong>: <a href="http://pujakesula.blogspot.com/" target="_blank" rel="nofollow">http://pujakesula.blogspot.com/</a> or <a href="http://endyenblogs.multiply.com/journal" target="_blank" rel="nofollow">http://endyenblogs.multiply.com/journal</a> <img src="http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/tsmileys2/40.gif" /><br /></div></div>Pujakesulahttp://www.blogger.com/profile/04368593519215210035noreply@blogger.com0