Senin, 03 Maret 2008 | |
Penemuan ilmiah terkini semakin memudarkan harapan teori Darwin. Para ilmuwan Amerika Serikat (AS), mulai ramai-ramai menggugatnya. Teori evolusi menjelang ajalnya? Hidayatullah.com Teori evolusi dan para evolusionis semakin tersudut dengan penemuan ilmiah terbaru. Selain para ilmuwan penentangnya yang bertambah lantang, pernyataan Charles Darwin pun semakin tidak terbukti. Dr. Michael Egnor, profesor bedah saraf dan kedokteran anak di State University of New York, Stony Brook, AS, adalah termasuk yang mempertanyakan keabsahan ilmiah teori evolusi Darwin. Pada 27 Februari 2008 prof Egnor mengisahkan bagaimana ia menjadi ragu akan kemampuan teori evolusi Darwin dalam menjelaskan kemunculan informasi baru berupa DNA pada makhluk hidup. Dalam wawancara itu, pakar bedah otak yang tercantum dalam New York Magazine sebagai salah satu dokter terbaik New York ini menjelaskan kemustahilan penjelasan evolusionis seputar asal mula kehidupan. Menurutnya, tidaklah mungkin peristiwa seleksi alam dan mutasi acak tak sengaja, tak terarah, yang tidak memiliki kecerdasan mampu menciptakan kerumitan molekul pembawa informasi di dalam sel makhluk hidup, sebagaimana diyakini para Darwinis. Wawancara dengan ahli bedah penerima sejumlah penghargaan ini diliput situs www.idthefuture.com dengan judul "How Does a Brain Surgeon Become a Darwin Skeptic?" (Bagaimana Seorang Ahli Bedah Otak Menjadi Ragu terhadap Teori Darwin?). Situs ini adalah kumpulan wawancara para ilmuwan dan intelektual Barat yang mempertanyakan keabsahan Teori Evolusi. Semakin dipertanyakan Selama beberapa dasawarsa terakhir, bukti-bukti ilmiah terbaru dari berbagai bidang seperti kosmologi, fisika, biologi, kecerdasan buatan dan sebagainya telah mendorong para ilmuwan di negara-negara maju mempertanyakan kembali dogma dasar Darwinisme, seleksi alam. Mereka juga mulai mengkaji ulang dengan lebih rinci bukti-bukti yang mendukungnya. Akan tetapi acara-acara TV, berbagai pernyataan seputar kebijakan pendidikan dan buku-buku pelajaran ilmu pengetahuan alam menyatakan bahwa teori evolusi Darwin menjelaskan secara sempurna kerumitan pada makhluk hidup. Masyarakat diyakinkan bahwa seluruh bukti-bukti yang ada mendukung teori evolusi Darwin dan boleh dikata setiap ilmuwan di dunia meyakini kebenaran teori itu. Namun, sebagian ilmuwan dengan berani menyangkal pernyataan tersebut dan bersedia dimunculkan namanya sebagai bukti ketidakbenaran pernyataan bahwa setiap ilmuwan menerima dogma evolusionis itu. Situs www.dissentfromdarwin.org dan www.doctorsdoubtingdarwin.com menampilkan daftar ilmuwan dan dokter dari seluruh dunia yang tidak menerima begitu saja keabsahan ilmiah Teori tersebut. Semakin pudar Sementara itu, penemuan ilmiah terkini semakin memudarkan harapan Darwin. Setidaknya inilah yang diberitakan situs ilmiah www.sciencedaily.com 4 Januari 2008 lalu. Darwin menyatakan bahwa keanekaragaman makhluk hidup berawal dari satu nenek moyang yang sama, yang kemudian berevolusi. Dengan kata lain, satu nenek moyang ini kemudian mengalami perubahan sedikit demi sedikit dalam kurun yang sangat lama untuk kemudian membentuk beraneka ragam kehidupan yang ada sekarang, baik dalam hal jumlah spesies maupun tingkat kerumitannya. Secara sederhana sejarah evolusi makhluk hidup dapat diibaratkan sebagai sebuah piramida atau kerucut terbalik. Berawal dari satu titik puncak kerucut di bagian paling bawah, lalu semakin ke atas semakin melebar seiring dengan berlalunya waktu. Demikianlah evolusi makhluk hidup, dari satu nenek moyang bersama (puncak kerucut) kemudian semakin lama semakin membesarlah jumlah kelompok dan tingkat kerumitan makhluk hidup itu. Jika ini benar, maka harus ada bukti yang menunjukkan bahwa fosil-fosil berusia lebih tua memiliki tingkat keanekaragaman yang lebih sedikit dibandingkan fosil-fosil berusia lebih muda. Tidak hanya itu, fosil-fosil berumur lebih purba haruslah lebih sederhana dibandingkan fosil-fosil makhluk hidup yang muncul pada zaman setelahnya, yang semakin rumit dalam hal struktur dan bentuk. Ternyata bukti fosil berbicara sebaliknya, menentang keyakinan evolusionis. Dengan judul "Two Explosive Evolutionary Events Shaped Early History Of Multicellular Life" (Dua Peristiwa Ledakan Evolusi Membentuk Sejarah Awal Kehidupan Multisel) tulisan di situs berita Sciencedaily itu mengulas temuan yang bertentangan dengan anggapan Charles Darwin. "Pola ledakan evolusi mengkhawatirkan Charles Darwin, karena ia berharap bahwa evolusi terjadi dengan tahapan lambat dan tetap," kata Shuhai Xiao, pakar geobiologi di Virginia Tech. Ia menambahkan, "Gagasan Darwin dapat digambarkan sebagai sebuah kerucut terbalik dengan keragaman morfologi yang semakin membentang, akan tetapi rekaman fosil Ledakan Kambrium dan setelahnya lebih tepat digambarkan sebagai sebuah tabung dengan pancaran morfologis di bagian dasar dan penyempitan morfologis setelahnya." Dengan kata lain, keanekaragaman sudah ada sejak awal kemunculan makhluk hidup, dan muncul secara tiba-tiba. Seiring perjalanan waktu, keanekaragaman itu justru semakin berkurang dengan adanya kepunahan, dan tidak bertambah melalui evolusi. Singkat kata, laporan yang juga diterbitkan media ilmiah EurekAlert! 3 Januari 2008 itu menyingkapkan bahwa sejarah kehidupan ternyata berbentuk kerucut tegak dan bukan kerucut terbalik sebagaimana perkiraan Charles Darwin. Ledakan Avalon Di antara ledakan fosil yang tidak sejalan dengan Teori Evolusi ini adalah kemunculan sebagian besar kelompok utama makhluk hidup kompleks yang terdapat pada rekaman fosil selama masa Kambrium, yang dikenal sebagai Ledakan Kambrium. Peristiwa ini adalah kemunculan tiba-tiba makhluk hidup, tanpa sejarah evolusi rekaan Darwin, yang terjadi sekitar 542 juta tahun lalu. Setelah evolusionis dibuat bingung dengan Ledakan Kambrium, kini muncul ledakan lagi yang tidak sesuai dengan pernyataan teori Darwin: Ledakan Avalon. Temuan ini, yang diterbitkan jurnal ilmiah terkemuka Science, 4 Januari 2008 oleh Shen, Dong, Xiao, and Kowalewski asal Department of Geosciences, Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, USA, mengenali adanya kemunculan tiba-tiba beragam makhluk hidup sekitar 33 juta tahun lebih muda dari Ledakan Kambrium. Tidak hanya itu, beragam kehidupan ini sama sekali berbeda dengan yang ada pada Ledakan Kambrium, dengan kata lain, tidak ada kaitan evolusi antara keduanya. |
My personal web: http://pujakesula.blogspot.com or http://endyenblogs.multiply.com/journal
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
No comments:
Post a Comment