Jumat, 07 Maret 2008 | |
Aktivis liberal asal Somalia itu masih belum bisa 'nyenyak' tidur akibat ulahnya. Sampai-sampai melibatkan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) saling "tuding" Hidayatullah.com— "Mulutmu adalah harimaumu," itulah pepatah yang tepat untuk orang seperti Hirsi Ali. Gara-gara tindakan yang melecehkan dan menghina Islam, membuat pergi mencari perlindungan. Tak tanggung-tanggung, akibat ulahnya pula, membuat Uni Eropa dan Amerika saling tuding. Baru-baru ini, Uni Eropa menyatakan bahwa Amerika seharusnya menjamin keamanan Ayaan Hirsi Ali. Pasalnya, mantan politikus Belanda keturunan Somalia yang kini banyak menerima ancaman mati akibat ulahnya mengkritik Islam. Hirsi yang kini tinggal di Amerika masih merasa belum aman. Bagi pemerintahan Belanda, seharusnya Amerika menjamin keamanan orang seperti Hirsi Ali. Sebaliknya bagi Washington, pemerintah Amerika tidak bertanggungjawab atas keamanannya. Beberapa saat lalu, Kmisaris Hukum Uni Eropa, Franco Frattini mengatakan kepada Radio Nederland Wereldomroep bahwa ia sedang berupaya mendesak Amerika agar merubah peraturan perlindungan terhadap warga asing yang tinggal di Amerika. Sementara itu Washington menolak bertanggungjawab atas Ayaan Hirsi Ali dengan dasar bahwa ia adalah warga negara Belanda yang datang dengan terancam karena ucapan yang ia perbuat di Belanda. Bukan di Amerika. Alasan itu tidak cukup, kata Franco Frattini. Seharusnya ada perjanjian baru antara kedua benua untuk menjamin keamanan warga asing. "Pilihan terbaik adalah dengan mengadakan perjanjian bilateral dengan Amerika. Saya akan bertemu dengan menteri keamanan keamanan dalam negeri Michael Chertoff pekan depan, dan saya akan berupaya untuk membicarakan masalah itu. Sejauh yang saya tahu, kami di Eropa menjamin keamanan yang ditujukan untuk pejabat tinggi maupun rakyat biasa, sama dengan yang diterima mereka yang berada dalam perlindungan di Amerika," ujar Frattini. Dana keamanan Sebagaimana diketahui, Ayaan Hirsi Ali sebelumnya tinggal di Belanda dan menerima dana perlindungan dari pememrintah Belanda sejak pembunuhan sineas Theo van Gogh pada 2004. Saat itu mereka (Hirsi Ali dan Theo van Gogh) bekerja sama membuat film tentang perlakuan Islam terhadap perempuan. Film yang dianggap melecehkan Islam itu menjadikan Hirsi Ali dan van Gogh menjadi target pembunuhan kaum Muslim. Sejak saat itu, Ayaan mengatakan sudah tidak mungkin lagi untuk tinggal di Belanda. Ia lantas mengumpulkan dana jutaan dolar setiap tahunnya untuk membayar keamanannya di Amerika. |
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
No comments:
Post a Comment