Wednesday, January 16, 2008

Warga Palestina Bukan “Haus Darah”

Rakyat Palestina bukanlah orang yang 'haus darah'. Mereka tetap menginginkan kedamaian. Tapi, bukan berarti menerima saja penjajah Israel

 

ImageHidayatullah.com—Sebuah Radio Iran, IRIB, dalam analisis terbarunya mengomentari tulisan Koran Kompas berjudul "Jangan Lagi Anggap Sepele Polisi Palestina",  Selasa (15/1). Tulisan Kompas ini, terkesan membela keberadaan Zionisme-Israel dan mengabaikan kedudukan pejuang Palestina. Rakyat Palestina, seolah-olah hanya orang-orang yang mudah melakukan kekerasan dan haus darah. Benarkah demikian?

Dalam tulisan itu, Kompas menulis, "Kasihan betul nasib polisi Palestina. Selama bertahun-tahun polisi Palestina hidup menderita. Gaji minim, persenjataan kuno, serangan Israel dan kelompok bersenjata menjadi persoalan sehari-hari. Diimpit beban persoalan, banyak yang memilih tidak bekerja. Diam di rumah setiap hari. Itulah gambaran wajah polisi di Palestina sebelumnya.

Kini semuanya berubah. Wajah polisi berubah menjadi cerah dan tampak bersemangat. Kini bahkan polisi sudah mulai menguasai kembali jalanan. Tak ada lagi gaji minim. Persenjataan lebih baik. Bukan hanya itu. Kemampuan polisi pun meningkat. Semuanya ini demi memenuhi rencana besar Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad melucuti berbagai kelompok bersenjata dan penegakan hukum."

Secara sepintas, tulisan Kompas yang diambil dari Kantor Berita Reuters terkesan membela Israel dan mengabaikan pejuang-pejuang pembebasan tanah Palestina dari cenkraman penjajah Israel.

Ada yang perlu ditambahkan pada poin peningkatan kemampuan polisi di Tepi Barat dan pembubaran kelompok-kelompok perjuangan Palestina. Sekilas hal tersebut bersifat lebih menertibkan kondisi di Palestina.

Coba Anda bayangkan jika setiap orang dapat membawa senjata di sekitar Anda. Pasti Anda akan merasa tidak nyaman. Namun poin yang paling penting adalah bahwa ini (pembentukan polisi dan pembubaran kelompok perjuangan Palestina) merupakan bagian dari siasat bengis Zionis Israel. Bagaimana tidak? Jika kelompok-kelompok bersenjata Palestina itu dibubarkan dan diganti dengan kepolisian, maka Israel akan merasa lebih tenang baik saat menyerang kawasan Palestina atau tidak. Karena tidak mungkin polisi Palestina melancarkan serangan ke arah permukiman atau serdadu Zionis. Seandainya pun terjadi, Israel akan mudah melacak dan menciduk pelakunya karena setiap anggota polisi Palestina telah terdata dengan rapih.

Masalah keberadaan senjata di tangan para pejuang Palestina adalah sebuah keharusan mengingat tanah air mereka masih diduduki Zionis Israel. Setiap harinya warga Palestina selalu diancam serangan masif militer Israel. Yang menarik lagi, wilayah Tepi Barat Sungai Jordan yang berada di bawah kontrol Pemerintahan Otorita pimpinan Mahmoud Abbas, dan PM Salam Fayadh, yang tergolong 'manut' terhadap kebijakan Tel Aviv, ternyata masih menjadi bulan-bulanan agresi Zionis. Kini Tepi Barat Sungai Jordan nyaris tanpa pertahanan di hadapan Zionis.

Akankah warga Palestina harus hanya berharap pada suatu hari Israel menghentikan agresinya sementara setiap hari serdadu Zionis merampas dan mengikis perlahan-lahan wilayah Palestina. Coba kita telusuri kembali, apa yang didapatkan warga Tepi Barat pasca Konferensi Annapolis? Tidak ada apa-apa, bahkan serangan Israel terus berlanjut. Apalagi beberapa hari lalu, PM Israel, Ehud Olmert, menyatakan tidak akan konsisten pada janji-janjinya pada Konferensi Annapolis. Setelah berbagai resolusi PBB yang dilanggar oleh Tel Aviv lantas apa yang harus kita harapkan dari Israel?

Kami segarkan kembali ingatan Anda pada kesepakatan gencatan senjata antara kelompok-kelompok perjuangan dan Rezim Zionis Israel di Sharm As-Sheikh, Mesir, pada Februari tahun 2005. Tak berselang lama, Israel melanggar perjanjian tersebut dengan membantai puluhan warga Palestina dalam sebuah serangan masif dari udara, darat, dan laut.

Kesepakatan gencatan senjata antara kelompok perjuangan Palestina dan Israel bukan terjadi sekali-dua kali, melainkan telah berulangkali. Namun selalu saja Israel menjadi biang kandasnya kesepakatan tersebut.

Tak perlu jauh kita menelusurinya, Senin 14 Januari 2008, serdadu Zionis menembak mati tiga warga Palestina. Lalu apakah bangsa-bangsa Muslim masih harus meragukan niat buruk Israel?

Warga Palestina juga sama seperti kita, mereka bukan orang-orang haus darah, mereka juga ingin berjalan keluar rumah tanpa ada rasa khawatir terkena tembakan serdadu Zionis. Yang pasti mereka ingin hidup tenang dan merdeka.

Namun inilah nasib warga Palestina, karena yang mereka hadapi adalah Israel, rezim yang tidak dapat bertahan hidup sedetik pun tanpa mengumbar brutalitas. Wajar sekali jika bagi bangsa Palestina tidak ada pilihan lain kecuali mengangkat senjata demi meraih impian mereka. [dari Radio Irib edisi Indonesia/www.hidayatullah.com]
 

My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

No comments: