Wednesday, January 16, 2008

BEGINILAH SEPAK TERJANG ALIRAN SESAT ITU MEREKRUT & MENYESATKAN JEMAAHNYA


Gua punya cerita, hasil pengalaman seorang teman gua se kantor yang bertahun-tahun ikut sebuah aliran tharikot, yang ujung-ujungnya juga ternyata sesat. Dia sudah bertobat sekarang ini, berikut penuturannya seputar sepak terjang dalam aliran-aliran semacam itu, sehingga mengapa mereka sampai mengakui punya nabi dan rasul segala:

Menurut teman gua itu, pimpinan kelompok aliran-aliran semacam itu senantiasa mencari pengikutnya melalui pintu ke pintu (door to door). Pada awalnya mereka datang sangat simpatik sekali, sama sekali tak ada kesan menggurui apalagi berdakwah agama segala, apalagi sampai menunjukkan identitas alirannya. Umumnya yg menjadi sasaran adalah kalangan terpelajar, tokoh masyarakat yang masih awam pemahaman agamanya, dan orang berpunya/kaya. Tapi ada persamaan pola untuk setiap orang yang mereka incar, umumnya datang dari sasaran yang memiliki semangat keberagaman sangat tinggi tapi belum kemasukan aliran-aliran paham yang ada dan belum masuk organisasi keagamaan apapun. Jadi umumnya memang yang diincar orang-orang yang polos.

Tahapan berikutnya, kata teman gua tadi, tahapan penjajakan dan memberikan sugesti. Pimpinan kelompok aliran (tarekat) semacam ini sangat pintar melakukan pendekatan dan tampaknya paham betul teori psikologi klien yang dihadapinya. Mereka menjadi pendengar yang sabar dan baik, dan sekali-kali mengajukan komentar dan pertanyaan balik, persis semacam pskolog menanyai kliennya yang sedang bermasalah. Nah, setelah calon 'pasien'nya sudah mulai percaya dan simpati, bahwa maksud kehadiran mereka 'tak ada udang dibalik batu', dengan gaya orang yang sangat ikhlas, si pimpinan tarekat ini atau kemudian dikenal sebagai 'sang Guru', kemudian memberikan beberapa saran dan ikut mendo'akan serta menitipkan sebuah 'amalan' yang dimintanya untuk diamalkan dengan serius, disertai penjelasan bahwa apa-apa yang diberikannya sebagai 'amalan' itu semuanya berasal dari al-Qur'an dan Hadits, sehingga tak mungkin bid'ah atau sesat.

Disinilah korban aliran tarekat semacam itu mulai termakan 'jebakan' mereka. Karena kebanyakan para korban sangat awam dengan dunia ghoib, karena kosongnya jiwa mereka, serta selama ini hanya bermain-main di dunia rasional saja, mudah sekali terbuai dengan hal-hal yang 'tak masuk akal' ketika amalan yang diberikan sang pimpinan tarekat itu mulai dikerjakan. Intinya, yang terjadi kemudian, si korban tiba-tiba saja berubah total pandangannya pada sang guru tarekat, menjadi percaya total 100% apapun yang dikatakannya dan ada rasa untuk selalu tak ingin 'berpisah' atau tak ingin jauh-jauh dari sang guru itu.

Kelak dikemudian hari setelah teman gua itu sadar, baru dia mengetahui bahwa dalam tahapan proses itu ternyata sang guru tarekat memberikan terapi 'jampi-jampi' atau semacam 'gendam' atau orang jawa menyebutnya sebagai 'ilmu pelet'. Hampir semua guru tarekat yang sesat seperti itu, memnggunakan metode ini dalam menarik pengikutnya. Caranya saja yang bermacam-macam, misalnya yang umum, membuktikan bahwa ilmunya bisa memberikan kesembuhan tiba-tiba dari sebuah penyakit menahun yang di derita sang korban, setelah 'mengamalkan' ajaran sang guru tadi. Atau 'bisa menebak' hal-hal yang tadinya sangat rahasia dari kisah masa lalunya si korban. Bahkan, ada guru aliran tarekat sesat ini, yang bisa menghadirkan 'diri si korban dalam bentuk miniatur' dihadapannya dengan wajah mirip persis dengan si korban, sambil si guru tarekat itu mengatakan, bahwa itulah gambaran ruh/jiwa si korban yang penuh lumuran dosa. Maka, manusia awam mana yang tidak ter'sugesti'kan dengan permainan sulap sang guru tarekat semacam itu. Ternyata, kata teman gua tadi pula, semua itu hanya permainan 'petak umpet' dengan menggunakan bantuan makhluk jin, makhluk halus yang menjadi khodam atau pelayan si guru tarekat tadi.

Bagaimana kemudian sang Guru sampai mengakui dirinya Rasul dan nabi?


Ini terjadi ketika jamaah mulai terbentuk. Sejumlah jamaah (yang kemudian di bai'at untuk menjadi murid sang guru tarekat tadi), kondisi batinnya sudah sangat percaya 100% apapun yang disabdakan guru tarekatnya, akibat pengalaman sugesti ghoib sebelumnya dan masih kuatnya pengaruh 'ilmu sihir' yang menguasai mereka.

Dalam sebuah pertemuan khusus, kata teman gua tadi, jamaah berkumpul dengan memakai pakaian khusus pula (biasanya yang lelaki memakai jubah putih dan yang wanita mengenakan pakaian sholat atau rukuh). Mulailah sang guru berbicara 'meracau' seperti orang yang sedang 'trance' (katanya itu persis seperti kejadian kalau nabi memperoleh wahyu yang dibawakan oleh malaikat Jibril). Yang datang dalam 'wujud sang guru' itu bermacam-macam, terkadang mengaku dirinya adalah malaikat Jibril, para nabi atau para wali-wali yang sudah mati. Yang paling 'dahsyat' kalau yang 'merasuki' diri sang guru tarekat tadi, mengaku sebagai 'astma Tuhan' yang Berkuasa. Inilah yang mereka sebut-sebut menyatunya 'astma Tuhan' dengan si 'hamba' (sang guru tadi) yang dalam ilmu kejawen mereka kenal sebagai 'manunggaling kawula gusti' itu.

Disinilah mulai turunnya berbagai 'perintah' langsung dari Tuhan, yang disampaikan para malaikat atau ruhnya para nabi pada sang guru tarekat tadi. Disini pulalah awal kisah mengapa sang guru tarekat tadi akhirnya berani mengakui dirinya nabi atau rasul. Saat dia 'trance' dihadapan jamaahnya yang sudah tunduk patuh dan percaya 100% itu, bahwa yang sedang berbicara itu adalah "Tuhan yang Kuasa' atau 'malaikat Jibril' atau "Ruh Nabi yang sudah wafat', lalu mereka mengabarkan bahwa sang Guru adalah 'utusan Tuhan' atau umum disebut sebagai 'rasul' atau 'nabi' yang membawa ajaran-ajaran baru untuk menyempurnakan ajaran yang sudah banyak menyimpang akibat 'polusi' pemikiran manusia selama ini.

Para murid sang guru tarekat (yang sudah berubah patuh total bak kerbau dicucuk dihidung itu), semuanya hanya bisa tertunduk patuh dan mengatakan dirinya percaya dan setia saja pada 'ocehan' yang disebut sebagai ilham langsung dari Tuhan itu. Jangan kita bicara masalah rasional pada saat seperti itu untuk para jamaahnya, meskipun mereka ada yang terpelajar (bahkan teman saya itu bergelar Ph.D saat dia ikut itu). Karena saat itu akal sudah 'mati' atau 'dimatikan' dengan sengaja. Alasan mereka, itu sudah diluar dimensi rasional, itu ada di alam dimensi supra-rasional.

Maka selajutnya, mulaliah sang guru dan para jamaahnya tadi menjalankan apa-apa yang telah mereka terima sebagai ilham atau petunjuk langsung dari sang guru tadi yang diyakini sebagai perintah Tuhan. Disitulah terkadang ajaran yang mereka amalkan berbeda jauh dengan 'mainstream' ajaran agama yang sudah baku, Karena menurut keyakinan mereka, yang 'mainstream' itu sudah 'direvisi' oleh Tuhannya melalui ilham yang diturunkan oleh sang guru tharekot tadi, dan mereka percaya mutlak akan kebenaran ilham sang guru tadi.

Selanjutnya, kata rekan gua tadi, karena mereka merasa sebagai kelompok 'terpilih' oleh Tuhannya, maka semua ajaran mereka wajib disampaikan kepada ummat-ummat yang lain, dan sebisa mampu harus bisa masing-masing anggota jamaah yang sudah begitu terindokrinnya dengan paham sang guru, untuk merekrut pengikut-pengikut baru. Nah, semua itu memerlukan dana tidak sedikit, maka mulailah proses penarikan harta untuk berjihad menyebarkan ajaran baru tadi dimulai. Yang pertama-tama harus berkorban, tentulah jamaah yang sudah menyaksikan langsung ketika sang guru menerima 'ilham langsung' dari Tuhan seperti yang pernah mereka saksikan itu. Dan biasanya memang para jamaah yang sudah 'tak rasional' tadi, rela berkorban apa saja, harta dan bahkan nyawanya. Demikianlah itu proses pengumpulan harta para jamaah dimulai, bahkan ada yang mengorbankan semua harta bendanya.

Jadi kesimpulannya, menurut teman gua tadi, tidaklah mudah memberangus kelompok aliran sesat semacam itu. Diperlukan metode penyadaran yang bersifat spiritual dan pengembalian kesadaran para pengikutnya bahwa apa-apa yang mereka sangkakan sebagai perintah Tuhan melalui 'ilham langsung' sang Guru adalah sebuah kebohongan dan kedustaan. Tapi sangatlah sulit membalik begitu saja, apalagi bila korban masih dalam pengaruh hipnotis sang guru. Diperlukan ahli-ahli agama yang paham betul pada masalah-masalah yang tampaknya berbau mistik itu, untuk proses menyadarkan mereka. Itulah kerja keras para ulama untuk memperbaiki ummatnya yang sempat keliru jalan

My personal web: http://pujakesula.blogspot.com/ or http://endyenblogs.multiply.com/journal




Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.

No comments: