Jumat, 22 Pebruari 2008 | |
Banyak kaum Muslim Amerika sengaja mengganti nama mereka untuk menghindari diskriminasi yang mereka alami sejak tragedi 2001 lalu
Hidayatullah.com--Langkah hukum pergantian nama di Amerika berlangsung dengan mudah. Namun dari sisi emosi, hal ini bukanlah hal mudah. Butuh perjuangan besar. "Kami mencoba mengganti nama. Ini memakan proses lama. Tapi, seperti yang Anda ketahui, kami sampai pada kesimpulan. Ini adalah harga atau pengorbanan yang harus kami alami sebagai seorang Muslim. Suatu Perjuangan. Sayang sekali," ujar Ibrahim Dremali, seorang imam di Islamic Center of Greater Austin.
Ibrahim Dremal termasuk satu dari banyak muslim Amerika yang juga ingin berganti nama Arab mereka setelah tragedi September 2001 lalu. Menurutnya, umat Islam AS banyak menghadapi kesulitan saat berada di bandara di mana seseorang yang hanya memiliki nama Muslim saja sudah membuat anda masuk ke dalam daftar larangan terbang dan diinterogasi selama berjam-jam. "Saya bersumpah demi Allah. Bila saya harus ke bandara, saya tak mau pergi. Saya lebih suka berkendara sendiri," aku Dremali.
Mohamed-Umer Esmail, imam di North Austin Muslim Community Center, mengatakan, "Saya merasa agak sedih karena kita harus melakukannya (berganti nama), karena kita punya kebebasan untuk mempraktekkan agama apa saja yang kita miliki." Para orangtua Muslim bahkan harus berpikir dua kali tentang nama yang akan diberikan untuk anak-anak. "Itulah yang mereka bilang bahwa kami tidak menginginkan anak-anak mengalami kesulitan saat tumbuh dewasa," kata Esmail.
Menurut Esmail dan Dremali, orang Muslim di Amerika harus menjelaskan agama mereka kepada orang lain, bahkan setelah enam tahun tragedi itu. "Kami adalah orang Amerika, kami bukan Usama bin Ladin. Ini adalah hal yang kami ingin agar orang lain paham. Ada perbedaan besar di antara bagian-bagian di dunia dan kami sebagai orang Muslim di Amerika," tambah Dremali. Saat ini jumlah orang Islam di AS berkisar antara tiga hingga sembilan juta jiwa. Sayangnya, mayoritas Muslim Amerika mengalami bias atau diskriminasi sejak tragedi berdarah.
Dalam laporan tahunan 2007, Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) menyebutkan tentang peningkatan berbagai insiden kejahatan karena faktor kebencian dan diskriminasi lain terhadap orang Muslim di AS. Studi itu juga menyebutkan, ada lebih dari 2.400 insiden kekerasan anti-Muslim, diskriminasi dan pelecehan di AS pada tahun lalu, dibandingkan dengan lebih dari 1.900 kasus pada tahun 2005. |
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
No comments:
Post a Comment