Wednesday, February 13, 2008

Kembali Berulah, Koran Denmark Terbitkan Lagi kartun Nabi

Kembali Berulah, Koran Denmark Terbitkan Lagi kartun Nabi Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Kamis, 14 Pebruari 2008

Koran Jyllands-Posten kembali berulah dengan melakukan cetak ulang "Kartun Nabi Muhammad." Barat dan Eropa terus berkedok "kebebasan berpendapat"

 

ImageHidayatullah.com—Koran Jyllands-Posten kembali membikin ulah dengan menerbitkan "Kartun Nabi Muhammad". Koran Denmark itu menerbitkan kembali kartun yang sempat menjadi masalah internasional dua tahun lalu.

Pemuatan kembali kartun itu dilakukan satu hari setelah dinas rahasia Denmark, PET, menangkap sekelompok orang yang dituduh merancang penyerangan terhadap sang kartunis, Kurt Westergaard.

 

Dalam edisi online Jyllands-Posten Westergaard mengatakan, lewat kartun itu dirinya bermaksud menjelaskan kepada masyarakat betapa ajaran Islam telah disalahgunakan oleh sekelompok orang yang lebih suka memilik jalan terorisme.

Sementara pemimpin redaksi koran itu, Carsten Juste, mengatakan pihaknya sejak beberapa bulan terakhir mengikuti penyelidikan yang dilakukan polisi dan dinas rahasia Denmark mengenai rencana penyerangan yang dilakukan komplotan itu."Kami berterima kasih kepada otoritas Denmark yang telah melindungi rekan kami secara professional," katanya.

 

Sementara itu, komunitas Muslim Denmark mengatakan mereka akan mencoba menghindari pengulangan kekerasan dua tahun yang lalu tetapi dengan sayap kanan Belanda yang bermaksud memfilmkan Islam sebagai "agama fasis", membuat Eropa merenungkan kemungkinan kekacauan baru.

"Saya hanya tidak ingin memeriksa ini lagi," kata Mohammed Shafiq Yayasan Ramadhan, kelompok kependidikan Muslim di London.

Shafiq mengatakan dia sudah menulis surat protes kepada duta besar Denmark di London.

Kelompok Muslim lain menggemukakan perasaannya dengan mengatakan seharusnya Koran-koran Denmark tak perlu membangkitkan kembali perdebatan mengenai kebebasan mengemukakan pendapat dan agama Islam yang telah membuat kegemparan di Eropa dalam kasus kartun tahun 2006.

Beberapa pakar mengatakan bahwa diskusi mengenai ini tidak akan pernah hilang dan terus tertiup di halaman-halaman keredaksian media Eropa.

 

"Konflik ini akan tetap sepanjang sewaktu ada orang yang percaya agama sebaiknya mempunyai tugas yang lebih luar biasa di masyarakat," kata Magnus Norell, seorang pakar Timur Tengah di sebuah lembaga penelitian di Swedia.

Lebih dari lusinan Koran di Denmark kembali mencetak ulang  apa yang dikatakan sebagai isu paling kontroversial mencakup 12 kartun yang membuat kaum Muslim seluruh dunia marah dan tersinggung di awal tahun 2006.

"Kita sedang melakukan ini untuk mendokumentasikan apa menjadi taruhan dalam hal ini, dan secara gambling mendukung kebebasan berbicara bahwa kami sebagai sebuah surat kabar akan selalu mempertahankan," ujar surat kabar Berlingske Tidende yang berpusat di Copenhagen.

 

"Kami tidak bisa menyetujui kebebasan berbicara kami diambil oleh fanatisme agama (Islam). Kebebasan berbicara bisa hormat dan toleran, tetapi seharusnya tidak pernah diintimidasi ke dalam kesunyian," ujar  Lisbeth Knudsen, salah satu editor Berlingske Tidende.

 

Tak belajar

ImageBulan Januari dan Pebruari tahun 2006, dunia Islam marah atas peristiwa pemuatan ini. Berbagai belahan dunia Islam membakar Bendera Denmark dan menyerang kedutaan-kedutaan nya termasuk kedutaan Barat di negara-negara Muslim. Diantaranya, Iran dan Libanon. Sementara itu, kaum Muslim lainnya mengkampanyekan boikot produk Denmark.  Kasus ini bahkan berujung pada hilangnya nyawa orang di Libya dan Afghanistan.

 

Negara-negara Barat dan Eropa sering memaksakan nilai-nilai kebebasannya dan meminta Islam menghormati hak-hak agama lain. Namun di sisi lain, dengan kedok kebebasan berbicara mereka "menyerang" wilayah keyakinan agama lain, termasuk Islam.

"Saya menolak terhadap setiap reaksi yang kekerasan, tetapi bagaimana mungkin Anda mengendalikan atau mengharapkan untuk mengendalikan 15-20 juta Muslim yang tinggal di Eropa? Bagaimana mungkin Anda mencegah suatu kaum muda Muslim di sana bukan untuk mencoba untuk mengambil pembalasan dendam selagi agama nya dan Nabinya dihina?" ujar Fahmi Howeidy, seorang penulis asal Mesir.

 

Helle Lykke Nielsen, dari Center for Contemporary Middle East Studies di Universitas Southern Denmark mengatakan, banyak hal seharusnya menjadi pelajaran berharga dari kasus dua tahun lalu.

Namun kasus terbaru setidaknya menunjukkan, Barat dan Eropa tak mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

No comments: