Friday, May 23, 2008

Wacana Khilafah dan Ideologi Transnasional

Wacana Khilafah dan Ideologi Transnasional

Oleh: M Idrus Ramli*


Perbincangan tentang khilafah Islamiyah dewasa ini seakan tidak terlepas dari kaum pengusung ideologi transnasional. Karena meskipun khilafah Islamiyah merupakan persoalan mayoritas umat Islam – untuk tidak mengatakan umat Islam secara keseluruhan, persoalan khilafah dewasa ini menjadi perbincangan hangat dan polemik yang aktual di berbagai media, setelah diangkat secara internasional oleh kelompok yang mengusung ideologi transnasional – yang dalam hal ini adalah partai politik Hizbut Tahrir, sebagai wacana aktual dan memiliki ruangan pemikiran tersendiri dalam wacana mereka.


Dalam khazanah pemikiran Islam, persoalan khilafah atau imâmah (kepemimpinan) dikategorikan sebagai persoalan furû'iyyah (cabang) yang masuk dalam kajian ilmu fikih, terlepas dari pandangan kelompok Syiah yang menganggapnya sebagai persoalan ushûliyyah (ideologis). Namun walaupun termasuk persoalan furû'iyyah, khilafah memiliki ruangan yang spesifik dalam kajian ilmu kalam (teologis) yang menjadi kajian ushûliyyah. Hampir semua pakar ilmu kalam memberikan kajian yang spesifik tentang khilafah dalam kitab-kitab ilmu kalam yang mereka tulis, semisal Imam al-Haramain dalam al-Irsyâd, al-Ghazali dan al-Iqtishâd, al-Amudi dalam Ghâyat al-Marâm, al-'Adhud al-Iji dalam al-Mawâqif dan lain-lain.


Menurut hemat penulis, yang perlu diperhatikan dalam menyikapi persoalan khilafah yang kian hari selalu berupaya diaktualisasikan oleh kaum pengusung ideologi transnasional Hizbut Tahrir melalui majalah bulanan Al-Wa'ie dan mingguan Al-Islam yang menjadi corong pemikiran mereka, adalah hal-hal yang tersembunyi di belakang slogan khilafah Islamiyah itu sendiri. Memang harus dimaklumi, bahwa pada saat-saat kaum Muslimin dewasa ini dilanda keputus-asaan dan hilangnya rasa percaya diri setelah mengalami kekalahan dan kehancuran dalam bidang sosial, politik, ekonomi, militer, peradaban dan kebudayaan dalam pertarungan dahsyat menghadapi serangan dan hegemoni Barat (Amerika dan Eropa), sebagian kalangan mengembalikan kekalahan tersebut pada rapuhnya persatuan umat Islam yang tercabik-cabik dan tidak terlaksananya syariat Islam sebagai sistem negara dalam naungan khilafah Islamiyah. Berangkat dari alasan inilah, kaum pengusung ideologi transnasional Hizbut Tahrir, yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani, mengangkat wacana khilafah sebagai satu-satunya solusi untuk mengembalikan kejayaan umat Islam yang hilang dan kembali dalam persatuan di bawah naungan sistem khilafah yang menjanjikan terlaksananya ajaran Islam secara kaaffah.


Sekilas, alasan dan ajakan tersebut sangat rasional dan menjanjikan impian indah kaum Muslimin yang telah terkubur dalam kenangan manis sejarah masa lalu. Namun apabila kita melacak latar belakang Taqiyuddin an-Nabhani sendiri dan ideologi yang diusungnya, agaknya kita akan segera menelan ludah yang teramat pahit penuh dengan kekecewaan. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari beberapa contoh berikut ini:


Pertama, latar belakang an-Nabhani sendiri yang diliputi dengan kabut hitam penuh misteri. Masa lalunya, ia termasuk pengikut aliran radikal Ikhwanul Muslimin Quthbizme didikan Sayid Quthub yang mengadopsi pandangan Khawarij dalam hal takfîr (pengkafiran) terhadap seluruh kaum Muslimin yang ada di muka bumi pada saat ini. An-Nabhani juga terlibat sebagai anggota partai sosialis kiri yang beraliran komunis Marxis. Akan tetapi karir politiknya yang tidak berhasil mengantarnya menuju puncak kesuksesan dalam partai komunis tersebut, mengantarnya pada inspirasi untuk mendirikan partai politik 'Islam' Hizbut Tahrir (HT) yang mengusung wacana khilafah dengan dia sendiri sebagai pimpinannya.


Kedua, latar belakang an-Nabhani yang terlibat dalam partai komunis marxis menyisakan satu pemikiran yang dia tuangkan ke dalam partai HT yang didirikannya. Dalam beberapa bagian karyanya as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah (seperti hal. 43, 71 dan 91), secara vulgar an-Nabhani mengadopsi ideologi Mu'tazilah yang tidak mempercayai qadha' dan qadar Allah I. Rukun iman yang seharusnya ada enam, direduksinya menjadi lima. Apabila ideologi komunis tidak mempercayai adanya Tuhan apalagi qadha' dan qadar Tuhan, maka HT mempercayai Tuhan tetapi tidak mempercayai qadha' dan qadar yang menjadi salah satu sifat kesempurnaan Tuhan.


Ketiga, dalam karyanya as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah (seperti hal. 70), an-Nabhani secara vulgar mengkritik mayoritas kaum Muslimin Ahlussunnah Wal-Jama'ah sejak generasi salaf yang saleh. Menurutnya, kaum Muslimin telah gagal dalam mengatasi persoalan ideologis sehingga terjerumus dalam 'kesesatan'. Oleh karena itu, tidak heran apabila kita dapati sebagian petinggi HT dewasa ini menulis kritik terhadap ideologi kaum Muslimin dalam ilmu kalam. Tentu saja kritik mereka terhadap kaum Muslimin akan melahirkan perpecahan dan pada akhirnya keberadaan HT sendiri akan dianggap duri dalam daging yang menyakiti kaum Muslimin.


Keempat, masa lalu an-Nabhani yang pernah tidak lulus dalam studinya di Universitas al-Azhar karena hasil ujiannya yang buruk, sangat berpengaruh terhadap pemikiran HT. Tidak jarang an-Nabhani sendiri dan petinggi-petinggi HT yang lain mengeluarkan fatwa-fatwa kontroversial dan keluar dari al-Qur'an dan Hadis, seperti pandangan HT yang tidak mempercayai siksa kubur, fatwa bolehnya jabatan tangan dengan wanita ajnabiyyah, fatwa bolehnya qublat al-muwada'ah (ciuman selamat tinggal) dengan wanita ajnabiyyah sehabis pertemuan semisal acara-acara seminar, pelatihan dan lain-lain.


Dari beberapa pandangan HT yang bertentangan dengan ajaran al-Qur'an dan Hadis di atas, kiranya kaum Muslimin perlu berpikir jernih dengan hati nurani yang paling dalam, hal-hal yang tersembunyi di belakang jargon khilafah dan tegaknya syariat Islam. Tentu kita akan menolak khilafah dan syariat Islam model HT yang akan menebarkan perpecahan, kebencian, kerapuhan akidah dan dekadensi moral atas nama khilafah dan agama. [] 


* Penulis adalah mantan Pemimpin Redaksi IJTIHAD periode 1418 H. Tulisan ini dimuat di Majalah Ijtihad Edisi 28. sumber dari sidogiri.com

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 

No comments: