Sunday, May 18, 2008

Kesadaran dari khilaf

Saudaraku semuanya yang dirahmati Allah Yang Maha Terpuji, semoga kesejahteraan dan keselamatan selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad dan kita semua ummatnya, dan semoga disetiap pergantian jam,hari-hari dan tahun yang kita lalui selalu membawa kita kepada perubahan yang lebih baik dan lebih meningkat ketakwaan kita kepada Allah SWT.

 

Seorang pemuda dari sebuah desa kecil mencoba keluar merantau ke negri orang, dia melangkahkan kakinya dengan tekat memecah kebekuan hatinya, memecahkan segala masalah yang ia miliki selama ini. Dengan izin kedua orang tuanya dia menyusuri kota dan menghempaskan dirinya disebuah sekolah agama islam, didalamnya berbagai ilmu dia pelajari sehingga dengan hasil yang cukup memuaskan dia dipercaya sebagai tenaga pengajar. Kehausannya akan ilmu pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan pemikirannya dia memohon diri untuk melankahkan kaki, melanjutkan langkah dengan niat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi yang artinya dia harus meninggalkan mengajar.

 

Tetapi betapa Allah Maha Pemurah, di tempat baru dia tinggal sekitar dia menuntut ilmu Allah memberikan lahan untuk menularkan ilmunya disebuah smp dan tpa. Seperti kebanyakan orang awam sepertinya kesulitan ekonomi dan prestise mulai dia rasakan, sehingga fikirannya mulai terinveksi oleh kecintaanya terhadap dunia, dia ingin bekerja lebih baik dengan penghasilan yang lebih tinggi, selesai kuliah dia bekerja disebuah perusahaan yang lumayan dengan posisi lumayan pula, tetapi kesibukannya mulai menyita waktunya untuk mengabdikan diri berda'wah mengajar agama, kurangnya intensitas dia dalam mendalami ilmu agama dan mengembangkannya membuatnya semakin mencintai materi, dan seorang temannya mengajaknya untuk berbisnis.

 

Dunia bisnis digelutinya padahal dia tidak cukup banyak pengalaman tentang dunia tersebut, dengan bebagai dalil ilmu yang dia miliki dari sekolah agama dia melandaskan usahanya bahwa "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai dia merubah sendiri", dia bersemangat mengubah keadaan dirinya agar menjadi lebih baik dalam hal materi, tapi dia tidak menyadari bahwa kebutuhan dirinya akan ilmu pengetahuan masih kurang dan menghawatirkan berbagai kesalahan telah dia lakukan yang membuatnya semakin jauh dari Robbnya, kegiatan mengisi pengajian ditinggalkannya sampai pemuda sekitar dia tinggal seperti kehilangan obor, kegiatan pengajian stagnan, diapun mulai bergaya pemuda kota dengan mengenal dan terpengaruh oleh seorang perempuan kota.

 

Allah Yang Maha Penyayang menegur pemuda tersebut dengan kebangrutan dalam usaha melalui penghianatan para partner bisnisnya yang menipu dia mentah2, untuk mempertahankan kebangrutan pemuda itu memfokuskan diri ke bisnis dan meninggalkan pekerjaan di perusahaan dia bekerja, tetapi keadaan tidaklah lebih baik bahkan memburuk karna hutang yang ia miliki untuk berbisnis telah jatuh tempo dan para parter bisnis telah melarikan diri dengan membawa aset2 usaha, tinggal-lah dia seorang pemuda pengangguran yang tidak memiliki apa-apa, kepercayaan masyarakat akan kiprahnya di masyarakat mengajar ngaji menggerakkan pemuda mulai luntur, kendaraan yang setengah perjalanan dalam kridit akan ditarik oleh dealer, perempuan yang menjadi sahabat dia yang selalu menemani sebagai kekasih, meninggalkannya dan menikah dengan orang lain di tempat yang jauh, inilah teguran kasih sayang Allah bagi pemuda tersebut.

 

Dalam kesulitan yang bertubi-tubi dia merenungkan segala perbuatannya dan mulai menhisab diri, dan selanjutnya dia memutuskan untuk kembali ke kampung orang tuanya tinggal membawa segala masalah baru dan hutang yang harus diselesaikan, bulan romadhon pada waktu pulangnya dia ke kampung dia gunakan untuk muhasabah dan mulai mendekatkan diri kembali kepada Allah, mengaji kilatan disebuah pesantren salafy di dekat kampungnya, saat itulah pada saat makan sahur bersama teman-teman baru santi mukin pondok tersebut dia merasakan suatu yang sangat luar biasa, dia seperti tidak berada dalam dunia, tapi dia seperti terlepas dari dunia dan melihat hamparan luas tak bertepi, entah apa yang terjadi pemuda itu tiba-tiba merasakan rasa takut yang mendalam, semua perbuatannya akan dia pertanggung jawabkan, dia perhitungkan pula akan kufur nikmatnya selama ini.

 

Dia menggigil dan sesaat kemudian dia melangkahkan kaki untuk mengambil air wudhu dan beranjak ke masjid, kejadian itu tidak diceritakan kepada siapapun dia merenungkan hal tersebut, sesekali dia seperti teringat kejadian itu dikala kegiatannya, kejadian itu seperti pengingat kala dia lupa, semoga demikian, kemudian dia mulai lembaran baru untuk berusaha melunasi tanggung jawab hutangnya artinya dia mulai dari minus, dengan bantuan orang tuanya dia memutuskan untuk berhujrah dan sekedar menjadi kuli bersih-bersih di negri orang, terkadang dia merasakan ketidak terimaan dan berontak karna sebenarnya dia adalah memiliki ilmu dan pengetahuan, tetapi dia harus sadar akan dirinya kembali bahwa ini adalah masih paket dari teguran Allah, akan sabarkah dirinya dan bersyukur atau tetap takabur dan merasa berpower untuk menentukan nasib sendiri.

 

Sungguh Allah Yg Maha Pemudah dan Maha melihat, setelah tiga bulan dia sebagai kuli cleaning service, Allah mengangkatnya sebagai reseptionist, walau masih sebagai pekerja sebagai bawahan orang dan dalam penguasaan orang tapi dia telah diangkat oleh Allah, diberi kesempatan untuk belajar banyak dari internet tanpa bayar, dia bisa belajar dan menulis sekehendak dia. akankah dia bersyukur??

Mohon doanya, semoga dia tergolong orang yang ahli syukur yang khosyiya robbah.amiin wallahu a'lamu bishowab.
 

My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


No comments: