Friday, December 21, 2007

Fwd: FW: [SemburatJingga] Pergilah 2007, Datanglah 2008

Subject: [SemburatJingga] Pergilah 2007, Datanglah 2008

"KUPU-KUPU YANG LUCU
KEMANA ENGKAU TERBANG TIDAKKAH SAYAPMU MERASA LELAH ?"
Tak berasa 2007 segera berhujung. Sebentar lagi bakal semarak terlihat pinus dan cemara baik yang beneran maupun hanya sekadar imitasi bertebaran di pelbagai pusat keramaian. Lagu-lagu yang hanya berkumandang setahun sekali, terdengar lagi. Tak terkecuali, Auld Lang Syne.

Setiap tahun, semakin kemari, segala sesuatunya terasa semakin tak pasti, selain bahwa ia akan diakhiri pada 31 Desember dan dimulai pada 1 Januari. Sekeliling kita pun. Kemarin-kemarin kita masih pasti akan ter kekeh melihat penampilan Agus Basuki. Saat ini jikapun masih ada infotainment yang menayangkannya, yang ada di hati kita adalah keprihatinan, kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Apapun yang dulu diucapkannya yang membuat kita sumringah, jika terdengar lagi saat ini hanya akan membuat kita mengurut dada, bahwa satu ketika, kita pun akan mengalami apa yang ia alami.

Ya. Saban orang mungkin saja mengalami apa yang orang lain alami. Tapi, apakah setiap hati juga bisa merasakan apa yang orang lain rasakan?

>>>^<<<

Tiga malam ini -- sebenarnya saya tidak pernah merasa bedanya malam maupun siang, kecuali jika sudah bisa mengirim sms gratis di atas pukul 22.00 -- saya sangat sibuk dengan sms yang masuk dan keluar. Saya data, sekitar 1200-an sms yang datang untuk berucap Selamat Idul Adha, lengkap dengan berbagai bumbu penyertanya. Belakangan saingan saya semakin banyak, hampir setiap orang sudah fasih mengirim ucapan selamat (ber-apa saja) dengan kata-kata yang manis puitis dan atau pantun yang jenaka.

Untung ada sms, gratis (!) pula. Kalau masih seperti tempo dulu harus ngejawab dan ngirim dengan kartu pos, kartu nyentrik, surat atau telegram, berapa dana yang harus ngucur.

Tapi sungguh, tiga malam ini saya merasa bahagia. Bukan hanya para handaitaulan dan sahabat-sahabat jiwa di sekitar saja yang mengirim salam, bahkan yang jauh di negeri seberang dan yang baru menunaikan wuquf di Arafah pun tak ketinggalan. Ucapan salam, betapapun bersahajanya, telah membuktikan bahwa kita masih diingat dan lantas akan mengingat sesiapa itu, meneruskan tali silaturahim. Dan untuk kebahagiaan yang sangat seperti itu, sungguh jari pegal maupun dana bukanlah penghalang.

>>>^<<<

Bukan juga penghalang, jika jarak yang memisahkan suatu tempo mendadak harus diperdekat. Bersamaan dengan saat saya menyaksikan kambing dan sapi disembelih, ada khabar salah seorang keponakan saya sedang melangsungkan pernikahan.

Kebahagiaan yang paripurna. Meski juga terselip kecut rasa, bahwa di waktu yang sama, saya sedang tidak dalam kapasitas bisa memperpendek jarak. Jadinya hanya restu dan doa saja yang mewakili saya untuk menjemput hari bahagia Ananda Maryo dan mempelainya.

>>>^<<<

Doa dan restu juga yang senantiasa kita harapkan dalam memulai sesuatu. Pun termasuk tahun yang menjelang. Doa demi tercapainya harapan dan restu demi proses pencapaiannya.

Sama dengan yang hendak berangkat dalam kancah pilkada. Doa dan restu tentu menjadi domain utama. Karena, sebagaimana awal tulisan ini sudah menyebutkan, ketidakpastian semakin akrab dengan keseharian kita. Tidak pasti bahwa yang sudah banyak janji bisa menepatinya. Tidak pasti yang sudah mengeluarkan dana banyak bisa membeli simpati pemilih. Tidak pasti juga yang tampang alim pasti kelakuannya benar. Tapi yang paling heboh, karena setahun yang lalu belum masuk kategori, mulai 2007 ternyata tidak pasti incumbent bakal memenangi pilkada.

Untuk menunjuk, mempercayai seseorang sebagai junjungan kita, memang tidak ada kata main-main, coba-coba. Kita harus memastikan dengan segala kepastian, siapa yang layak kita sampiri kepercayaan untuk menerima doa dan restu kita, menerima anugrah wahyu keprabon, tapi juga sekaligus tanggungjawab dan amanat kita.

>>>^<<<

Kepemimpinan memang tidak bisa lahir secara instan. Meski oleh Sang Pencipta, sesungguhnya ia telah dipersiapkan. Tapi ia toh harus tetap melalui proses.

Nabi Ibrahim as. kesetiaannya tetap saja diuji, meski terbukti bahwa ia memang nabi yang setia. Setelah mendapatkan anugerah seorang putra, Allah swt meminta kembali anak tersebut. Betapa hebatnya goncangan dalam hati Ibrahim. Namun cintanya pada Sang Khalik mengalahkan segala egoisme dan prasangkanya. Keimanan dan ketaatan Ibrahim as, keikhlasan dan ketaqwaan Ismail as, sungguh masih sangat relevan untuk menginspirasi hidup dan kehidupan kita untuk semakin cinta pada Allah dan sesama.

Selang sepekan, hal yang sama juga akan dijumpai oleh kaum Kristiani. Seorang anak manusia yang sudah Tuhan siapkan sebagai raja, nyatanya lahir dalam kesahajaan, di palungan berteman ternak dan beralaskan jerami. Terpisah dari keramaian dan hanya diselimuti keheningan ambang malam. Yesus Kristus ( Isa Almasih) pun menjalani proses itu. Bukan hanya dicoba oleh iblis, tapi justru Ia pun harus mengalami penistaan dari manusia, makhluk yang sesungguhnya akan Ia selamatkan. Kemaharajaannya pun diperolok dengan sebuah mahkota yang dirangkai dari belukar duri.

Tidak penting, melihat sebuah keteladanan dari sudut yang mana. Pun demikian halnya dengan kepemimpinan. Keteladanan dalam kepemimpinan akan tetap menjadi permata zaman meski mungkin awal-mulanya ia disangkalkan.

>>>^<<<

Demikian tahun demi tahun datang dan berlalu. Bukan sebuah ritual jika kita tergerak untuk menjalani pergantiannya dengan segala macam bentuk aktivitas. Ia tidak akan menjadi haram karena memang tidak dilarang. Pun tidak lantas menjadi wajib, karena memang tidak pernah di sunnah-kan.

Saat lonceng gereja natal berhenti bertalu, maka sangkakala tahun baru akan menyeruak segala penjuru. Auld Lang Syne, mungkin masih terdengar merdu dan menghadirkan haru. Menyempatkan rasa sesak menyela di dada, menghadirkan bening menenggelamkan air mata. Ada kesunyian menyapa di tengah gegap gempita. Ada kerinduan absurd tiba, entah terhadap siapa, entah kepada apa.

Namun, semua itu acap cuma sejenak. Seiring dengan berlalunya Auld Lang Syne, tatkala countdown telah mampir pada hitungan nol, tatkala lampu kembali benderang, tatkala terompet kembali mendentang, tatkala kembang api memecah angkasa, tatkala itu segala suka cita kembali menjelma, meninggalkan ketidakpastian yang tetap menganga dan terpentang di tahun yang menjelang.
Ada doa yang tak pernah usai kupanjatkan, ada restu yang tak kunjung selesai kuhamparkan. Aku tak merasa lelah untuk itu, karena kupu-kupu seperti dalam nyanyian yang sangat disukai Radhva, sang Batman Junior pun tak pernah lelah. Semua itu adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang tercinta, para handaitaulan, sahabat-sahabat jiwa, serta sekalian anak-anak bangsa.
Silakan Datang Tahun 2008. Semoga segalanya menjadi lebih baik ke depan. THERIQA 211207



--
dear all:

Selamat Menjelang 2008

Sepenuh Cinta,

>>>^<<<

BATMAN

andretheriqa@gmail.com 0813.1111.6.999 http://www.semburatjingga.blogspot.com/ http://www.andretheriqa.multiply.com/

No comments: