Thursday, December 27, 2007

"Diam adalah Emas" Tapi Apa Hanya untuk Cewek?


Kalian lebih suka mana, menjadi cewek yang banyak bicara sehingga mendominasi cowok kalian, atau menjadi cewek yang sedikit bicara dibandingkan cowok kalian? Ada penelitian tentang hal itu lho, ketika para mahasiswa diminta memberi penilaian terhadap rekaman aktivitas dari pasangan suami-istri.

Di dunia percintaan, cewek mungkin sangat baik dalam menghilangkan jejak, sementara cowok dapat meneruskan langkah demi langkah. Inilah pesan dari sebuah penelitian terbaru yang menemukan bahwa keduanya, baik cowok maupun cewek, adalah sepasang manusia dengan posisi si cowok adalah individu yang segan untuk berbicara. Cowok juga didominasi oleh pembicaraan dengan tujuan tertentu serta menunjukkan ketegasan.

''Kami mengatakan hal itu karena laki-laki berada pada posisi yang lebih kuat dari perempuan. Jika si perempuan mendominasi si laki-laki, sering mengalami kejadian kasar dibanding pasangan yang menjalankan aturan sesuai tradisi,'' ujar Jennifer Sellers, asisten profesor psikologi pada Green Mountain College di Vermont.

Penelitian terakhir ini menemukan pasangan yang cenderung tidak cocok --mereka yang menerapkan stereotipe kekerasan berdasar jenis kelamin-- menjalani hidup yang tidak memuaskan. Pada studi terdahulu, para peneliti menyelidiki apakah adanya perbedaan gender berperan terhadap terjadinya ketidakpuasan.
Pasangan dinamisSellers dan koleganya mengajak 95 mahasiswanya (jumlah cowok dan cewek seimbang) untuk menonton empat buah video rekaman tentang pasangan yang menikah: Si cewek secara verbal (pembicaraan) sangat tegas. Mereka menonton empat buah video rekaman pula dengan posisi si cowok yang secara verbal tegas. Setiap siswa yang menonton harus memberikan peringakt penilaian terhadap aktor, meliputi kompetensinya, tingkat kesukaannya, dan kemampuannya sebagai teman.

Berikut apa yang dilakukan sang aktor (cewek yang secara verbal tegas) pada empat video yang diputar:- Si aktor laki-laki maupun perempuan menunjukkan ketegasan saat berdiskusi tentang konflik yang mereka hadapi dengan anggota keluarga lainnya.- Pasangan yang patuh menyebabkan pasangan terlambat untuk pertunangan.- Pasangan yang lebih patuh mendiskusikan konflik dengan seorang anggota fakultas menunjukkan bahwa pasangannya tidak menunjukkan kemarahan, bahkan tidak berbicara sama sekali. - Pasangan yang lebih patuh berada di dalam dapur, mereka terlibat pertengkaran. Tanpa berbicara apa-apa, si cewek atau si cowok membanting serbet ke bawah dan langsung meninggalkan dapur. - Keduanya, si cowok dan si cewek lebih kritis dalam kondisi si cewek secara verbal tegas. fia/livescience

Kompetensi Cowok
Tetapi, saat peran ditukar dan si cewek sedikit berbicara, sementara si cowok mendominasi, para mahasiswa yang menonton itu lebih menyukai pasangan tersebut. Mereka memberikan nilai kompetensi tinggi bagi si cowok.

Suka atau tidak kita harus mengakui, tutur Sellers, bahwa kita memang menerapkan stereotipe gender. Dan, nilai sosial yang diterapkan ini pun bisa melukai keduanya, pihak cewek maupun pihak cowok. Sebuah studi terdahulu menemukan bahwa cewek lebih banyak melakukan kealpaan saat mengerjakan sesuatu dibandingkan cowok.

Sebuah pandangan sosial mengatakan bahwa hal ini bisa menyebabkan diskriminasi pada lapangan pekerjaan. ''Kita melihat stereotipe gender ini di mana kita berharap laki-laki lebih dominan dan tegas,'' ujar Sellers. Dan, jika mereka tidak mengungkapkan apa-apa dan mengambil kendali terhadap situasi atau permasalahan pada suatu waktu, si cowok bisa mendapat julukan tidak jantan.

Walaupun waktu bicara tidak secara langsung berpengaruh sejajar dengan dominasi dalam sebuah hubungan, tapi kedua hal tersebut saling berhubungan. ''Jika kamu berbicara lebih banyak, maka kamu melakukannya agar idemu lebih didengar oleh orang lain. Dengan banyak berbicara berarti kamu mengambil-alih banyak waktu yang terus berjalan. Bila dihubungkan dengan dominasi, keduanya memiliki hubungan,'' ujar Sellers. Maka, kalian mau pilih mana? Menjadi cewek yang banyak bicara atau cewek yangs edikit bicara? fia/livescience

No comments: