Wednesday, April 30, 2008

Fatwa MUI dan “Diktator” Minoritas

Fatwa MUI dan "Diktator" Minoritas

   
Rabu, 30 April 2008

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah representasi mayoritas umat Islam. Meski demikian, minoritas intelektulal secara 'diktator' memaksakan kehendaknya

Oleh: Hidayatullah Muttaqin *

Siapa pun pasti tidak mau dirinya dizalimi oleh orang lain dan ingin hidup merdeka bebas dari ketertindasan. Sikap tersebut manusiawi dan senantiasa muncul dari manusia mana pun sebagai konsekwensi adanya naluri mempertahankan diri pada dirinya. Hatta, Islam. Sebab diantara ajaran utama Islam adalah melarang berlaku dzalim. Termasuk sikap umat Islam yang menolak keberadaan Ahmadiyah sebagai bagian dari Islam adalah sikap yang benar untuk menjaga keutuhan dan kemurnian akidah Islam.  

Keluarnya fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/15/2005 yang menyatakan Ahmadiyah bukan bagian dari Islam, sesat dan menyesatkan, merupakan fatwa yang bertujuan melindungi akidah umat dari fitnah dan "rongrongan" akidah Ahmadiyah. Fatwa ini sekaligus menjadi edukasi bagi pengkuatan akidah umat.  Fatwa hanya melindungi umat Islam dari akidah yang benar. Namun tetap melarang mendzolimi secara pribadi penganutnya. Dua hal ini, adalah beda sisi yang tak banyak dipahami orang.

Fatwa MUI: Monopoli Kebenaran?

Seiring dikeluarkannya rekomendasi Bakorpakem (16 April 2008) berbagai cacian dan pemaksaan opini dilontarkan oleh banyak pihak khususnya terhadap MUI. Salah satunya adalah sebutan "memonopoli kebenaran" yang diberikan oleh Prof. Dr. Syafii Maarif kepada MUI (www.okezone.com, 27/04/2008).

Menurut Prof. Dr. Syafii Maarif keberadaan Ahmadiyah di Indonesia dilindungi oleh undang-undang yang menjamin kebebasan beragama. Bahkan menurut sang profesor, atheis pun diperbolehkan hidup di Indonesia selama tidak mengganggu kepercayaan orang lain (ibid).

Sebaliknya, Prof. Dr. Syafii Maarif menganggap fatwa MUI bertentangan dengan undang-undang, sehingga jika rekomendasi Bakorpakem ditindaklanjuti dalam bentuk SKB, maka SKB tersebut dianggap profesor sebagai wujud "monopoli kebenaran" MUI. Tak hanya MUI, para intelektual –bahkan tak memiliki otoritas hukum Islam pun—ikut mengecam MUI. Termasuk Adnan Buyung Nasution.

Argumentasi yang dipaksakan oleh profesor lemah dan bertentangan dengan fakta. Pertama, rekomendasi Bakorpakem lahir dari pengamatan rinci dan pemantauan selama tiga bulan pada 55 komunitas Ahmadiyah di 33 kabupaten. Menurut Kepala Litbang Depag, Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) telah menyimpang dari ajaran pokok Islam karena di seluruh cabang Ahmadiyah, Mirza Gulam Ahmad tetap diakui sebagai Nabi dan Tadzkirah sebagai kitab suci mereka. Koordinator Bakorpakem juga menyatakan, dengan jelasnya penyimpangan JAI maka tidak ada lagi evaluasi, negosiasi, dan diskusi tentang akidah Ahmadiyah. Jadi rekomendasi Bakorpakem lahir bukan karena paksaan dari MUI melainkan hasil pengamatan berdasarkan fakta.

Kedua, tuduhan terhadap MUI oleh profesor hanya berdasarkan "logika jungkir balik". Maksudnya, dengan mengacu pada logika "kebebasan beragama" semua permasalahan kehidupan beragama dinilai dengan menggunakan logika ini tetapi di sisi lain logika ini justru menjungkirbalikkan pokok-pokok ajaran agama Islam.

Semua orang pasti mengetahui kitab suci umat Islam hanyalah Al-Quran dan tidak ada nabi dan rasul setelah Muhammad SAW. Sedangkan Ahmadiyah mengaku dirinya Islam tetapi kitab sucinya adalah Tadzkirah dan Nabinya adalah Mirza Gulam Ahmad, bahkan Ahmadiyah mengkafirkan Islam selain Islam versi Ahmadiyah. Fakta ini menunjukkan Ahmadiyah bukan hanya mengganggu keyakinan beragama umat, tetapi melakukan penistaan dan penghancuran akidah Islam. Penghancuran bangunan akidah Islam oleh Ahmadiyah merupakan fitnah yang lebih jahat dari tindakan kriminal terhadap manusia.

Jika saja ada seseorang yang tidak dikenal dan bukan darah daging profesor tiba-tiba datang mengaku sebagai anak kandung beliau dan menuduh anak kandung profesor sebagai orang lain, apakah profesor dapat menerimanya? Apalagi tujuan orang tersebut mengaku anak kandung hanya untuk merampok harta warisan profesor. Secara naluri dan perasaan mungkin saja profesor menolak kedatangan orang yang tak dikenal tersebut dan marah bila ia tetap bersikeras mengaku sebagai anak. Jika profesor konsisten dengan "logika jungkir balik" kebebasan beragama, maka profesor harus menerima orang tersebut sebagai anak kandungnya. Bila sikap ini yang diambil profesor, maka profesor mengakomodir kebohongan orang yang tak dikenal tersebut yang akan merusak keutuhan kehidupan keluarga.

Inilah fakta, siapa pun tidak dapat mengelak dari kebenaran bila kebenaran tersebut berpijak pada fakta yang benar, di luar itu adalah "kebohongan" belaka. Dan ini pula yang menjadi pijakan fatwa MUI bahwa Ahmadiyah sesat dan menyesatkan ditinjau dari akidah Islam. Sehingga fatwa MUI tersebut bukanlah "memonopoli kebenaran" melainkan "mengungkap kebenaran".

Munculnya "Diktator" Intelektual

Sikap menuduh penolakan umat terhadap Ahmadiyah yang diwakili oleh MUI melalui fatwanya sebagai "memonopoli kebenaran", tidak menghargai kebebasan beragama, dan melanggar HAM, merupakan sikap arogan dan zalim. Memaksakan pemikiran "logika jungkir balik" kebebasan beragama meski umat telah menolaknya merupakan suatu bentuk "arogansi pemikiran". Memberikan "cap negatif" sebagai punishment terhadap penolakan pemikiran yang dipaksakan adalah "kezaliman pemikiran".    

Bagaimanapun, MUI adalah representadi umat Islam seluruh Indonesia. Sebagai representadi umat, MUI punya hak melindungi dan menjaga kemurnian aqidah umatnya melalui Fatwa. Itu adalah hak dan kewajibannya. Justru akan lain, jika fatwa itu datang dari kaum minoritas yang dipaksakan untuk mayoritas. Jika yang terjadi seperti yang terakhir, maka, itu adalah kediktatoran.

Arogansi dan zalim merupakan sifat yang melekat pada seorang diktator. Karena arogansi dan kezaliman ini berada dalam ranah pemikiran, maka orang-orang dan kaum intelektual yang mengusung pemikiran dengan cara seperti ini lebih tepat disebut "diktator intelektual".

Seperti halnya yang disampaikan Prof. Dr. Syafii Maarif, Dr. Hamim Ilyas yang bekerja sebagai dosen pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengungkapkan fatwa MUI bertentangan dengan konstitusi dan HAM yang menjamin kebebasan beragama. Ia juga mengatakan karena fatwa sesatnya, MUI harus disadarkan (Okezone.com 24/04/2008). Dari pernyataan tersebut, seolah-olah Dr. Hamim Ilyas mengatakan yang sesat adalah MUI bukan Ahmadiyah, sehingga yang harus diluruskan adalah MUI. Sebagai bagian umat Islam, "cap sesat" terhadap MUI bagi penulis sangat zalim dan menyakitkan, karena cap tersebut semata-mata fitnah belaka.

Dr. Hamim Ilyas juga menyatakan MUI perlu didemo karena menolak pluralisme agama. Apalagi MUI menggunakan dana APBN/APBD, yang salah satunya berasal dari pajak warga Ahmadiyah. Katanya, "kalau mau menyesatkan jangan pakai APBN dan APBD dong". Hamim menambahkan, berdasarkan hasil penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, fatwa-fatwa MUI menyebabkan deintelektualitas kaum Muslim (ibid).

Benar-benar "logika ngawur" apa yang disampaikan dan dituduhkan Dr. Hamim Ilyas tersebut. Ia dengan yakinnya menjadikan pluralisme agama sebagai "kebenaran mutlak", yang berbeda menurut pemikirannya ini salah dan harus didemo.

Sebagai institusi ulama, maka wajar bagi MUI untuk memberikan edukasi akidah dan edukasi syariah Islam kepada umatnya salah satunya dalam fatwa. Karenanya kesimpulan penelitian UIN Sunan Kalijaga seperti yang disampaikan Dr. Hamim Ilyas patut dipertanyakan khususnya menyangkut metodologi, independensi, dan sponsorshipnya.

Sebaliknya langkah-langkah Dr. Hamim Ilyas dan orang-orang yang katanya mengusung "kebebasan berpikir" hanya akan memalingkan umat dari akidah dan syariah agamanya. Sifat-sifat "diktator pemikiran" yang suka memfitnah inilah yang justru menyebabkan "deintelektualitas umat Islam".

Dari sisi tinjauan fakta, jika seseorang ingin menjadi Muslim ia harus memahami dan mengadopsi akidah Islam sebagai fondasi agamanya, dan mengambil syariah Islam sebagai tata perilaku dan perbuatan dalam kehidupannya. Begitu pula jika seseorang ingin menjadi mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga, ia harus mengikuti prosedur pendaftaran dan seleksi yang telah ditetapkan pihak rektorat. Dan ketika sudah diterima, ia harus mematuhi tata tertib kampus dan aturan akademik.

Jika ada seorang pemuda ditangkap polisi karena melakukan tindakan kriminal dan mengaku sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga padahal ia tidak pernah terdaftar sebagai mahasiswa, maka "sangat logis" bila rektorat UIN Sunan Kalijaga menyatakan pemuda tersebut bukan mahasiswanya. Jika logika berpikir Dr. Hamim Ilyas diterapkan dalam kasus ini, maka rektorat harus mengakui pemuda tersebut adalah mahasiswanya. Tentu pengakuan seperti ini merupakan kebohongan.

Penutup

Sikap penolakan terhadap klaim Ahmadiyah merupakan hak umat Islam. Sikap para "diktator intelektual" yang menuduh MUI dan penolakan umat atas Ahmadiyah dengan tuduhan keji seperti "memonopoli kebenaran" dan "cap sesat" merupakan "pemerkosaan" atas hak umat untuk beragama sesuai agamanya.

Sebagai "diktator intelektual", kepentingan yang di bawa oleh pengusung "kebebasan berpikir" bukanlah kepentingan umat melainkan kepentingan ashobiyah (golongan). Di sini, bisa golongan nafsu dan golongan yang punya kepentingan lain. Karenanya, jika umat dihadapkan pada dua pilihan, kepada MUI (lembaga agama yang memiliki otoritas dalam hukum Islam) dan golongan nafsu (yang tidak merepresantasikan wakil umat, apalagi bukan pakar hukum Islam), kira-kira pilihannya jatuh ke mana?  Pertanyaan ini sama dengan jika kita ditanya, "Kalau masalah penyakit, kira-kira kita akan bertanya kepada dokter atau pada tukang las?"  Dan insyaAllah, umat lebih tahu jawabanya.  []

Penulis adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan  Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan pengelola website Jurnal Ekonomi Ideologis : www.jurnal-ekonomi.org

 

Namanya juga Pemikiran liberal, maunya bebas sebebas-bebasnya, ngapain beragama kalau mau bebas, semua agama punya aturan apalagi islam aturannya jaminan Allah, karna product Allah.

"Dunia itu penjara bagi kaum mu'min" dalam artian islam itu punya aturan gak bisa bebas se-udele dewe. Sementara Liberal artinya bebas, bukannya kebebasan itu adalah syurga? sementara "Dunia penjara orang mu'min dan syurga bagi orang kafir (Non Muslim)" Kita pengen bebas apa pengen punya aturan selagi di dunia ini? aturan mana yang hendak kita pilih?

 

"Islam Liberal" istilah yang gak masuk akal, gimana logika kita "Beraturan islam yang bebas", islam model apa? apa mau bikin agama baha'i kayak di iran, maunya? tapi itu jelas namanya bukan islam lagi, tapi baha'i, dia mau solat di masjid, mau pergi ke gereja monggo, mau ke wihara dll terserah, tapi namanya bukan lagi islam. tapi masjid orang islam gak bisa di masuki agama baha'i ini, jelas karena mereka bukan muslim dan bukan orang islam lagi walaupun sholat dan mungkin agama yang lain juga gak mau gerejanya atau wiharanya atau puranya di masuki kaum ini, dan akhirnya mereka bikin gedung yang dalamnya macem2 tinggal pilih "Agama serba ada", dan anehnya prihal kaya begitu di sebut "agama masa depan" (kaya toserba aja).  



Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Monday, April 28, 2008

Menjaga Libido Tetap Menyala

 

MEMILIKI kehidupan seksual yang sehat, merupakan dambaan pasangan suami istri (pasutri). Bagaimana menjaga kehangatan dan keharmonisan seiring dengan bertambahnya usia?

Fisik laki-laki dan perempuan berbeda. Demikian pula saat melakukan hubungan seksual. Laki-laki harus ereksi, sedangkan wanita tanpa ereksi pun bisa. Ternyata ereksi tidak hanya sebatas fisik, tapi berkaitan dengan unsur psikologis.

Ereksi bisa terjadi dengan adanya rangsangan, bisa melalui mata, khayalan, atau dirangsang secara fisik, seperti diraba di bagian-bagian sensitifnya. Kalau sudah terangsang, hipotalamus di otak akan mengeluarkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu, yang kemudian hormon-hormon memberi sinyal pada pembuluh darah di area sekitar kelamin pria. Aliran darah yang masuk membuat penis membesar dan tegang.

"Akan tetapi, kalau tidak ada perintah dari otak, maka tidak akan bisa terjadi ereksi," kata psikolog Prof Sarlito Wirawan.

Pria yang juga mengajar di Fakultas Psikologi UI itu mengungkapkan, gangguan fisik organ dan adanya penyakit seperti hipertensi dan diabetes memang bisa menjadi faktor penyebab kegagalan ereksi atau impotensi.

Penelitian yang dipublikasikan American Journal of Medicine tahun lalu juga mengemukakan bahwa sekitar 18 persen pria berusia di atas 20 tahun di Amerika mengalami DE, dan sekitar 51,3 persen pria penyandang diabetes juga mengalami kesulitan ereksi ini.

Namun, Sarlito menuturkan, temuan di lapangan mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen impotensi bersifat psikologis. "Jadi, sifatnya ada di otak. Secantik apa pun sang istri, kalau suami sudah tidak minat juga tidak mungkin terjadi ereksi," katanya.

Konsultan seksologi Dr Naek L Tobing mengemukakan bahwa masalah dalam rumah tangga timbul karena manusia senantiasa berubah. Baik itu perilaku, kebiasaan, termasuk fisik yang kian menua.

Jika kondisi fisik tidak dijaga, daya tarik makin menurun. Padahal, kata Naek, tak bisa dimungkiri hasrat dan gairah bisa berawal dari pandangan mata. Akibatnya, libido menurun dan frekuensi hubungan intim pun berkurang.

"Sampai dengan usia 25 tahun, kondisi libido sedang tinggi-tingginya. Setelah perkawinan, umumnya libido pria menurun, sedangkan perempuan justru naik," paparnya.

Adapun aspek degeneratif fisik yang terkait seks antara lain elastisitas dan pelendiran vagina yang berkurang sehingga vagina menjadi kering dan mudah lecet. Juga, menipisnya lemak di area depan vagina. Adapun pada pria, misalnya, terjadi penurunan jumlah dan kualitas sperma. Belum lagi kondisi stres dan kelelahan fisik yang bisa menimpa kedua belah pihak.

Yang perlu diketahui bahwa tingkat libido masing-masing orang berbeda. "Ada juga pasien saya yang dalam kondisi sakit, tapi dia tetap punya nafsu seks yang besar," sahut Naek.

Konon, olahraga menjadi salah satu cara terbaik untuk menjaga supaya gairah tidak padam. Seperti dikemukakan Johannes, 43, yang merasakan manfaat olahraga rutin setiap hari. Bahkan, setiap habis berolahraga, hasrat untuk berhubungan intim meninggi.

"Secapek apa pun, kalau sudah melihat istri, saya tetap bergairah," ungkapnya jujur seraya tergelak.

Terkait frekuensi hubungan intim, normalnya adalah 2-3 kali seminggu. Hal itu berhubungan dengan siklus produksi sperma pria. Berdasarkan penelitian, seorang pria mengeluarkan lebih dari 200 juta sperma saat ejakulasi. Padahal, produksi sperma per hari adalah 75 juta.

"Jadi, hubungan seks tiga hari sekali merupakan kebiasaan yang baik. Dengan frekuensi yang demikian, diharapkan otot-otot alat kelamin cukup beristirahat dan kantung sperma telah penuh, sehingga secara alami butuh pengeluaran," papar konsultan seks, Dr Boyke Dian Nugraha SpOG MARS.

Tidur cukup dan rekreasi juga berperan penting dalam menjaga potensi seks, termasuk libido. Rekreasi tak selalu bermakna jalan-jalan ke tempat wisata, melainkan juga proses relaksasi otot-otot. Sebelum tidur, cobalah kosongkan pikiran dan biarkan otot-otot berelaksasi. "Makanan tinggi protein dan kaya fosfor berhubungan erat dengan rangsangan seks," saran Boyke.
(sindo//tty)

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Thursday, April 24, 2008

Tunjukkan kami kejalan yang benar...!

Berbagai pemahaman akidah islam saat ini menyebar dimuka bumi ini di luar berbagai penyimpangan yang nyata dan pemahaman yang melenceng jauh dari akidah, nabi palsu bermunculan, bahkan saat ini sangat sulit mencari kemurniaan akidah karna pandainya para pemuka pemikiran yang atau pembawa pemikiran tentang akidah yang belum tentu kebenaranan selalu mengaku-aku sebagai golongan yang memurnikan akidah, akidah yang paling lurus dan akidah yang paling murni, jika penjual kecap seluruhnya bilang "inilah kecap asli no 1, dengan menerangkan segala macam keunggulannya dan membongkar kekurangan kecap lain dan itu dilakukan oleh semua penjual kecap maka lama kelamaan antara penjual kecap akan bentrok, atau mungkin para sellesnya yang bersinggungan satu sama lain akan berkelahi.

Akidah ahlussunnah yang dianut oleh mayoritas muslim saat ini saja telah pecah menjadi berbagai macam golongan dan kelompok yang saling sikut satu sama lain, apalagi antara ahlussunnah dan syi'ah atau akidah lain yang sama sekali berbeda, keseluruhannya adalah islam, yang lebih menyedihkan lagi catatan sejarah yang memberontak pada kekholifahan Utsman RA, dengan tuduhan usman tidak adil dan telah menyelewengkan uang negara dan berbuat KKN dan sebagainya yang hal itu belum tentu benar dan tidak ada konfermasi dari kholifah sendiri para pembencinya mengecap umar telah menyimpang bahkan lebih dari itu mengkafirkan sahabat nabi yang mulya tersebut, dan atas alasan itu para kaum tersebut melakukan pemberontakan dan mbalelo terhadap kepemimpinan Utsman dan merasa benar memisahkan diri dari jamaah dan membentuk jamaah sendiri, hal itu terulang kembali pada kekholifahan Turku Utsmani yang konon diruntuhkan kelompok ibnu sa'ud yang menghalalkan darah kaum muslimin dengan bantuan inggris merobohkan kekholifahan Turki Utsmani, dengan dalih pembersihan akidah dan kemurnian akidah merobohkan khilafah tahun 1924 M, dan menduduki mekkah dan menggantinya dengan kerajaan Saudi.

Kekhilafahan adalah mutlak hal yang sangat penting sekali, sehingga penunjukan kholifah umar itu dilakukan sebelum jasad nabi muhammad SAW di kuburkan, dengan alasan apakah para pengaku memurnikan akidah ini tidak mendirikan kekholifahan yang semestinya dimiliki oleh kaum muslimin sedunia? apakah benar mereka menentang tegaknya kekholifahan dan menyalahkan para penda'i agar tegaknya syari'ah islam dengan berkata bahwa kaum muda sekarang memiliki semangat besar tapi tidak di berik ilmu, seperti yang di kemukakan ulama negara saud ini yang khilafah dimuka bumi,? memang benar pendapat Sayyid Quttub yang memilih kholifah dengan pemilihan mutlak oleh rakyat tidaklah benar, dan benar pula beliau berkata bahwa pemilihan kholifah dengan penunjukan kholifah sebelumnya atau ijma' ahli ilmu, tapi tetap kholifah sangat penting dari pada tanpa kholifah, karna sekarang tidak ada kekholifahan mungkin penunjukan dengan ijma' ahli ilmu sangat cocok, tapi bukan berarti kholifah tidak di butuhkan bukan?

Menganggap kafir sesama muslim yang hal menganggap kafir tersebut tiada diakui oleh ulama' negri saudi dan mengaku bahwa kelompok lainlah yang menganggapnya musuh dan bercerita bahwa banyak oranglah yang menuduh kepadanya tapi mengapa mengeluarkan statemen yang membuat tidak adanya kepekaan terhadap sesama penderitaan saudara seislam? seolah kebenaran telah mutlak miliknya sendiri yang tau kebenaran absolut dengan teganya mengucapkan huzbullah di libanon adalah huzbusyaithon Fatwa Syaikh sholih bin Muhammad Al Luhaidan Ketua Majelis Qadha' A'la. dan seolah membela israel dengan perkataan israel adalah keturunan nabi, jikalau benar akidah hizbullah itu menyimpang tidak sesuai dengan akidah orang arab, pantaskah ucapan itu diucapkan? Apakah mereka tidak mengucap Syahadat? Semoga Allah menunjukkan kita kejalan yang benar.

Memang perpecahan yang ditimbulkan berbagai macam pemahaman saat ini membuat kita sulit untuk memilih mana yang paling benar dalam berkeyakinan yang murni karna bila kita teliti dan pelajari dengan seksama saudara kita yang banyak dikatakan sesat dan beribadah tidak sesuai dengan syariat islam, ternyata mereka mempunyai dasar yang kuat dan terkadang kita yang menuduh justru tidak memiliki ilmu tentangnya, untuk perselisihan antara kuat atau tidaknya landasan hukum yang digunakan, bukankah itu bisa di jawab dengan fatwa yang syah yang mestinya dikeluarkan oleh negara khilafah sebagai mana telah diwasiatkan oleh Baginda Nabi bahwa suara kholifah akan menghilankan perbedaan, tapi apa yang terjadi saat ini? Kholifah durubuhkan dan seolah mereka termasuk golongan yang takut akan berdirinya kekholifahan sehingga menfatwakan hal diatas tadi, ada apa dengan umat saat ini, apa yang dibutuhkan, semoga Allah menunjukkan kita kejalan yang lurus, mari kita berlindung kepada Allah dari segala kedholiman orang yang berkepentingan dunia semata.
Ibnu kholdun menengarai masalah khilafah yang dengannya menjaga kehidupan agama dg ucapan beliau " Kekhalifahan harus mampu menggerakan umat untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan menyeimbangkan kewajiban di dunia dan akhirat. (Kewajiban di dunia) harus seimbang (dengan kewajiban untuk akhirat), seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad, semua kepentingan dunia harus mempertimbangkan keuntungan untuk kepentingan akhirat. Singkatnya, (Kekhalifahan) pada kenyataannya menggantikan Nabi Muhammad, beserta sebagian tugasnya, untuk melindungi agama dan menjalankan kekuasaan politik di dunia.
Peranan seorang kalifah telah ditulis dalam banyak sekali literatur oleh teolog islam. Imam Najm al-Din al-Nasafi menggambarkan khalifah sebagai berikut:
"Umat Islam tidak berdaya tanpa seorang pemimpin (imam, dalam hal ini khalifah) yang dapat memimpin mereka untuk menentukan keputusan, memelihara dan menjaga daerah perbatasan, memperkuat angkatan bersenjata (untuk pertahanan negara), menerima zakat mereka (untuk kemudian dibagikan), menurunkan tingkat perampokan dan pencurian, menjaga ibadah di hari jumat (salat jumat) dan hari raya, menghilangkan perselisihan diantara sesama, menghakimi dengan adil, menikahkan wanita yang tak memiliki wali. Sebuah keharusan bagi pemimpin untuk terbuka dan berbicara didepan orang yang dipimpinnya, tidak bersembunyi dan jauh dari rakyatnya.Ia sebaiknya berasal dari kaum Quraish dan bukan kaum lainnya, tetapi tidak harus dikhususkan untuk Bani Hasyim atau anak-anak Ali. Pemimpin bukanlah seseorang yang suci dari dosa, dan bukan pula seorang yang paling jenius pada masanya, tetapi ia adalah seorang yang memiliki kemampuan administratif dan memerintah, mampu dan tegas dalam mengeluarkan keputusan dan mampu menjaga hukum-hukum Islam untuk melindungi orang-orang yang terzalimi. Dan mampu memimpin dengan arif dan demokratif.

Berbagai permasalahan umat sekarang ini, yang di sekat seolah permasalah umat islam yang terdapat di negara lain bukanlah urusan umat di negara muslim satunya lagi, inilah akibat ketiadaan pemimpin kholifah yang mewakili seluruh ummat islam, negara yang menjadi miniatur islam di alam, menjadi harapan kaum muslimin sedunia, menjadi wajah yang dilihat setiap siappun yang ingin mempelajari islam adalah negara yang terdapat didalamnya Ka'bah baitullah, ka'bah bukan milik negara saudi tapi milik seluruh ummat islam sedunia yang wajib berkiblat kepadanya, jika tidak adanya khilafah terbukti agama kita banyak yang menyelewengkan dengan faham sesat, siapa yang bertugas melindungi agama?
Banyak sekali orang di zaman sekarang ini yang pandai bermain kata, bersilat lidah, mengolah bahasa membuat perak seolah emas dan emas ditutup perak, membuat kita harus eksta keras dalam meniti jalan yang benar benar 'benar'.
Ya Tuhan Kami.. kami telah mendholimi diri kami sendiri, jika Engakau tiada mengampuni dan merahmati kami niscaya kami tergolong orang yang merugi.. Ampuni segala dosa kami, pemimpin kami, ulama' kami dan tolonglah para pejuangmu yang berjuang demi kebenaran yang Engkau kehendaki, Tunjukkanlah kami kejalanmu yang lurus yang Engkau ridhoi, Engkaulah Yang Maha Tahu kebenaran hakiki. Bimbinglah ummat akhir zaman ini ya Robbi. amin ya robbal alamin. wallahu a'lamu bishowab (komarudin evendi)

Berapa sih gaji papa...?????

Berapa sih gaji papa...?????
 
Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Ardy, putra pertamanya yang baru duduk dikelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Ardy memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang bapak menuju ruang keluarga, Ardy menjawab, "Aku nunggu papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji papa?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji papa? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulanrata-rata dihitung 25 harikerja.Jadi, gaji papa dalam satu bulan berapa, hayo?" Ardy berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara bapaknya melepassepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Ardy berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi Ardy tak beranjak. Sambil menyaksikan papanya berganti pakaian, ardy kembali bertanya, "Pa, ardy boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?" "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek, dan mau mandi dulu. Tidurlah."                                                          

"Tapi, Pa..." Kesabaran Rudi habis. "Papa bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Ardy. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Iapun menengok Ardy dikamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Ardy didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan papa, dy. Papa sayang sama Ardy. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok 'kan bias, jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun papa kasih."kata Rudi  "Papa, Ardy nggak minta uang. Ardy pinjam. Nanti ardy kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."                                                            
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut. "Ardy nunggu papa dari jam 8.
Ardy mau ajak papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Mama sering bilang kalau waktu papa itu sangat berharga. Jadi, ardy mau beli waktu papa. Ardy buka tabungan ardy, ada Rp 15.000,- Tapi karena papa bilang satu jam papa dibayar Rp 40.000,- maka setengah jam harus Rp20.000,-.Duit tabungan ardy kurang Rp 5.000,-. Makanya ardy mau pinjam dari papa," kata Ardy polos                                                   

Rudi terdiam. Ia  kehilangan kata-kata dipeluknya bocah kecil itu erat-erat   

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Wednesday, April 23, 2008

Apa itu wahabi (awal)

Disampaikan dalam tabligh Akbar 21 Juli 2005 di kota Jeddah, Saudi Arabia

Oleh: Ustadz DR. Ali Musri SP *



Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, panitia telah mempercayakan kepada kami untuk berbicara dengan topik: Apa Wahabi Itu?, semoga Allah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kami dalam mengulas topik tersebut.

Pertanyaan yang amat singkat di atas membutuhkan jawaban yang cukup panjang, jawaban tersebut akan tersimpul dalam beberapa poin berikut ini:

Keadaan yang melatar belakangi munculnya tuduhan wahabi.
Kepada siapa ditujukan tuduhan wahabi tersebut diarahkan?.
Pokok-pokok landasan dakwah yang dicap sebagai wahabi.
Bukti kebohongan tuduhan wahabi terhadap dakwah Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Ringkasan dan penutup.
Keadaan Yang Melatar Belakangi Munculnya Tuduhan Wahabi

Para hadirin yang kami hormati, dengan melihat gambaran sekilas tentang keadaan Jazirah Arab serta negeri sekitarnya, kita akan tahu sebab munculnya tuduhan tersebut, sekaligus kita akan mengerti apa yang melatarbelakanginya. Yang ingin kita tinjau di sini adalah dari aspek politik dan keagamaan secara umum, aspek aqidah secara khusus.

Dari segi aspek politik Jazirah Arab berada di bawah kekuasaan yang terpecah-pecah, terlebih khusus daerah Nejd, perebutan kekuasaan selalu terjadi di sepanjang waktu, sehingga hal tersebut sangat berdampak negatif untuk kemajuan ekonomi dan pendidikan agama.

Para penguasa hidup dengan memungut upeti dari rakyat jelata, jadi mereka sangat marah bila ada kekuatan atau dakwah yang dapat akan menggoyang kekuasaan mereka, begitu pula dari kalangan para tokoh adat dan agama yang biasa memungut iuran dari pengikut mereka, akan kehilangan objek jika pengikut mereka mengerti tentang aqidah dan agama dengan benar, dari sini mereka sangat hati-hati bila ada seseorang yang mencoba memberi pengertian kepada umat tentang aqidah atau agama yang benar.

Dari segi aspek agama, pada abad (12 H / 17 M) keadaan beragama umat Islam sudah sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri, terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali di sana sini praktek-praktek syirik atau bid'ah, para ulama yang ada bukan berarti tidak mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh arus gelombang yang begitu kuat dari pihak yang menentang karena jumlah mereka yang begitu banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung praktek-praktek syirik dan bid'ah tersebut demi kelanggengan pengaruh mereka atau karena mencari kepentingan duniawi di belakang itu, sebagaimana keadaan seperti ini masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat Islam, barangkali negara kita masih dalam proses ini, di mana aliran-aliran sesat dijadikan segi batu loncatan untuk mencapai pengaruh politik.

Pada saat itu di Nejd sebagai tempat kelahiran sang pengibar bendera tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sangat menonjol hal tersebut. Disebutkan oleh penulis sejarah dan penulis biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa di masa itu pengaruh keagamaan melemah di dalam tubuh kaum muslimin sehingga tersebarlah berbagai bentuk maksiat, khurafat, syirik, bid'ah, dan sebagainya. Karena ilmu agama mulai minim di kalangan kebanyakan kaum muslimin, sehingga praktek-praktek syirik terjadi di sana sini seperti meminta ke kuburan wali-wali, atau meminta ke batu-batu dan pepohonan dengan memberikan sesajian, atau mempercayai dukun, tukang tenung dan peramal. Salah satu daerah di Nejd, namanya kampung Jubailiyah di situ terdapat kuburan sahabat Zaid bin Khaththab (saudara Umar bin Khaththab) yang syahid dalam perperangan melawan Musailamah Al Kadzab, manusia berbondong-bondong ke sana untuk meminta berkah, untuk meminta berbagai hajat, begitu pula di kampung 'Uyainah terdapat pula sebuah pohon yang diagungkan, para manusia juga mencari berkah ke situ, termasuk para kaum wanita yang belum juga mendapatkan pasangan hidup meminta ke sana.

Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di Jazirah Arab.

Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa'id Arba': "Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat bahaya". Dalilnya firman Allah:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

"Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik." (QS. al-Ankabut: 65)

Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada Allah dan melupakan berhala atau sesembahan mereka baik dari orang sholeh, batu dan pepohonan, namun saat mereka telah selamat sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik. Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik dalam setiap saat.

Dalam keadaan seperti di atas Allah membuka sebab untuk kembalinya kaum muslimin kepada Agama yang benar, bersih dari kesyirikan dan bid'ah.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

« إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا »

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang memperbaharui untuk umat ini agamanya". (HR. Abu Daud no. 4291, Al Hakim no. 8592)

Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.

Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau: "Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal." (HR. Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)

tepatnya tahun 1115 H di 'Uyainah di salah satu perkampungan daerah Riyadh. Beliau lahir dalam lingkungan keluarga ulama, kakek dan bapak beliau merupakan ulama yang terkemuka di negeri Nejd, belum berumur sepuluh tahun beliau telah hafal al-Qur'an, ia memulai pertualangan ilmunya dari ayah kandungnya dan pamannya, dengan modal kecerdasan dan ditopang oleh semangat yang tinggi beliau berpetualang ke berbagai daerah tetangga untuk menuntut ilmu seperti daerah Basrah dan Hijaz, sebagaimana lazimnya kebiasaan para ulama dahulu yang mana mereka membekali diri mereka dengan ilmu yang matang sebelum turun ke medan dakwah.

Hal ini juga disebut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya Ushul Tsalatsah: "Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya wajib atas kita untuk mengenal empat masalah; pertama Ilmu yaitu mengenal Allah, mengenal nabinya, mengenal agama Islam dengan dalil-dalil". Kemudian beliau sebutkan dalil tentang pentingnya ilmu sebelum beramal dan berdakwah, beliau sebutkan ungkapan Imam Bukhari: "Bab berilmu sebelum berbicara dan beramal, dalilnya firman Allah yang berbunyi:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

"Ketahuilah sesungguhnya tiada yang berhak disembah kecuali Allah dan minta ampunlah atas dosamu." Maka dalam ayat ini Allah memulai dengan perintah ilmu sebelum berbicara dan beramal".

Setelah beliau kembali dari pertualangan ilmu, beliau mulai berdakwah di kampung Huraimilak di mana ayah kandung beliau menjadi Qadhi (hakim). Selain berdakwah, beliau tetap menimba ilmu dari ayah beliau sendiri, setelah ayah beliau meninggal tahun 1153, beliau semakin gencar mendakwahkan tauhid, ternyata kondisi dan situasi di Huraimilak kurang menguntungkan untuk dakwah, selanjut beliau berpindah ke 'Uyainah, ternyata penguasa 'Uyainah saat itu memberikan dukungan dan bantuan untuk dakwah yang beliau bawa, namun akhirnya penguasa 'Uyainah mendapat tekanan dari berbagai pihak, akhirnya beliau berpindah lagi dari 'Uyainah ke Dir'iyah, ternyata masyarakat Dir'iyah telah banyak mendengar tentang dakwah beliau melalui murid-murid beliau, termasuk sebagian di antara murid beliau keluarga penguasa Dir'iyah, akhirnya timbul inisiatif dari sebagian dari murid beliau untuk memberi tahu pemimpin Dir'yah tentang kedatangan beliau, maka dengan rendah hati Muhammad bin Saud sebagai pemimpin Dir'iyah waktu itu mendatangi tempat di mana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang, maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja sama dalam menegakkan agama Allah. Dengan mendengar adanya perjanjian tersebut mulailah musuh-musuh Aqidah kebakaran jenggot, sehingga mereka berusaha dengan berbagai dalih untuk menjatuhkan kekuasaan Muhammad bin Saud, dan menyiksa orang-orang yang pro terhadap dakwah tauhid.

Kepada Siapa Dituduhkan Gelar Wahabi Tersebut

Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.

Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: "Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta'ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

"Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan." (QS. al-An-'am: 112)

Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.

Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qashim: "Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:

Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang empat.
Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memiliki ilmu.
Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara ulama adalah bencana.
Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas kuburan Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran ka'bah dengan pancuran kayu.
Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah dengan selain Allah.
Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah: sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan." (QS. al-Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Mas'ud an-Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Da'awy Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab, 3. Sholeh Fauzan, Min A'laam Al Mujaddidiin, dan kitab lainnya)

-bersambung insya Allah-

*) Penulis adalah Rektor Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafii, Jember, Jawa Timur

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Apa itu Wahabi

Apa itu Wahabi ? (2)
Oleh: Ustadz DR. Ali Musri SP *


Pokok-Pokok Landasan Dakwah yang Dicap Sebagai Wahabi

Pokok landasan dakwah yang utama sekali beliau tegakkan adalah pemurnian ajaran tauhid dari berbagai campuran syirik dan bid'ah, terutama dalam mengkultuskan para wali, dan kuburan mereka, hal ini akan nampak jelas bagi orang yang membaca kitab-kitab beliau, begitu pula surat-surat beliau (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kita Majmu' Muallafaat Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3).


Dalam sebuah surat beliau kepada penduduk Qashim, beliau paparkan aqidah beliau dengan jelas dan gamblang, ringkasannya sebagaimana berikut: "Saya bersaksi kepada Allah dan kepada para malaikat yang hadir di sampingku serta kepada anda semua:

Saya bersaksi bahwa saya berkeyakinan sesuai dengan keyakinan golongan yang selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dari beriman kepada Allah dan kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, kepada hari berbangkit setelah mati, kepada takdir baik dan buruk.
Termasuk dalam beriman kepada Allah adalah beriman dengan sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya tanpa tahriif (mengubah pengertiannya) dan tidak pula ta'tiil (mengingkarinya). Saya berkeyakinan bahwa tiada satupun yang menyerupai-Nya. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk (Musabbihah atau Mujassimah))
Saya berkeyakinan bahwa al-Qur'an itu adalah kalamullah yang diturunkan, ia bukan makhluk, datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Saya beriman bahwa Allah itu berbuat terhadap segala apa yang dikehendaki-Nya, tidak satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya, tiada satupun yang keluar dari kehendak-Nya.
Saya beriman dengan segala perkara yang diberitakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang apa yang akan terjadi setelah mati, saya beriman dengan azab dan nikmat kubur, tentang akan dipertemukannya kembali antara ruh dan jasad, kemudian manusia dibangkit menghadap Sang Pencipta sekalian alam, dalam keadaan tanpa sandal dan pakaian, serta dalam keadaan tidak bekhitan, matahari sangat dekat dengan mereka, lalu amalan manusia akan ditimbang, serta catatan amalan mereka akan diberikan kepada masing-masing mereka, sebagian mengambilnya dengan tangan kanan dan sebagian yang lain dengan tangan kiri.
Saya beriman dengan telaga Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Saya beriman dengan shirat (jembatan) yang terbentang di atas neraka Jahanam, manusia melewatinya sesuai dengan amalan mereka masing-masing.
Saya beriman dengan syafa'at Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Dia adalah orang pertama sekali memberi syafa'at, orang yang mengingkari syafa'at adalah termasuk pelaku bid'ah dan sesat. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam)
Saya beriman dengan surga dan neraka, dan keduanya telah ada sekarang, serta keduanya tidak akan sirna.
Saya beriman bahwa orang mukmin akan melihat Allah dalam surga kelak.
Saya beriman bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup segala nabi dan rasul, tidak sah iman seseorang sampai ia beriman dengan kenabiannya dan kerasulannya. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengaku sebagai nabi atau tidak memuliakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. bahkan beliau mengarang sebuah kitab tentang sejarah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan judul Mukhtashar sirah Ar Rasul, bukankah ini suatu bukti tentang kecintaan beliau kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.)
Saya mencintai para sahabat Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula para keluarga beliau, saya memuji mereka, dan mendoakan semoga Allah meridhai mereka, saya menutup mulut dari membicarakan kejelekan dan perselisihan yang terjadi antara mereka.
Saya mengakui karamah para wali Allah, tetapi apa yang menjadi hak Allah tidak boleh diberikan kepada mereka, tidak boleh meminta kepada mereka sesuatu yang tidak mampu melakukannya kecuali Allah. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari karamah atau tidak menghormati para wali)
Saya tidak mengkafirkan seorang pun dari kalangan muslim yang melakukan dosa, dan tidak pula menguarkan mereka dari lingkaran Islam. (dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau mengkafirkan kaum muslimin, atau berfaham khawarij, baca juga Manhaj syeikh Muhammad bin Abdul Wahab fi masalah at takfiir, karangan Ahmad Ar Rudhaiman)
Saya berpandangan tentang wajibnya taat kepada para pemimpin kaum muslimin, baik yang berlaku adil maupun yang berbuat zalim, selama mereka tidak menyuruh kepada perbuatan maksiat. (dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang menganut faham khawarij (teroris))
Saya berpandangan tentang wajibnya menjauhi para pelaku bid'ah, sampai ia bertaubat kepada Allah, saya menilai mereka secara lahir, adapun amalan hati mereka saya serahkan kepada Allah.
Saya berkeyakinan bahwa iman itu terdiri dari perkataan dengan lidah, perbuatan dengan anggota tubuh dan pengakuan dengan hati, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Bukti Kebohongan Tuduhan Wahabi Tehadap Dakwah Ahlussunnah Wal Jama'ah

Dengan membandingkan antara tuduhan-tuduhan sebelumnya dengan aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kita sebutkan di atas, tentu dengan sendirinya kita akan mengetahui kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut.

Tuduhan-tuduhan bohong tersebut disebar luaskan oleh musuh dakwah Ahluss sunnah ke berbagai negeri Islam, sampai pada masa sekarang ini, masih banyak orang tertipu dengan kebohongan tersebut. sekalipun telah terbukti kebohongannya, bahkan seluruh karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membantah tuduhan tersebut.

Kita ambil contoh kecil saja dalam kitab beliau "Ushul Tsalatsah" kitab yang kecil sekali, tapi penuh dengan mutiara ilmu, beliau mulai dengan menyebutkan perkataan Imam Syafi'i, kemudian di pertengahannya beliau sebutkan perkataan Ibnu Katsir yang bermazhab syafi'i jika beliau tidak mencintai para imam mazhab yang empat atau hanya berpegang dengan mazhab Hambali saja, mana mungkin beliau akan menyebutkan perkataan mereka tersebut.

Bahkan beliau dalam salah satu surat beliau kepada salah seorang kepala suku di daerah Syam berkata:
"Saya katakan kepada orang yang menentangku, sesungguhnya yang wajib atas manusia adalah mengikuti apa yang diwasiatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka bacalah buku-buku yang terdapat pada kalian, jangan kalian ambil dari ucapanku sedikitpun, tetapi apabila kalian telah mengetahui perkataan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam yang terdapat dalam kitab kalian tersebut maka ikutilah, sekalipun kebanyakan manusia menentangnya." (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kitab Majmu' Muallafaat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3)

Dalam ungkapan beliau di atas jelas sekali bahwa beliau tidak mengajak manusia kepada pendapat beliau, tetapi mengajak untuk mengikuti ajaran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.

Para ulama dari berbagai negeri Islam pun membantah tuduhan-tuduhan bohong tersebut setelah mereka melihat secara nyata dakwah yang beliau tegakkan, seperti dari daerah Yaman Imam Asy Syaukani dan Imam As Shan'any, dari India Syekh Mas'ud An-Nadawy, dari Irak Syaikh Muahmmad Syukri Al Alusy.

Syaikh Muhammad Syukri Al Alusy berkata setelah beliau menyebutkan berbagai tuduhan bohong yang disebar oleh musuh-musuh terhadap dakwah tauhid dan pengikutnya: "Seluruh tuduhan tersebut adalah kebohongan, fitnah dan dusta semata dari musuh-musuh mereka, dari golongan pelaku bid'ah dan kesesatan, bahkan kenyataannya seluruh perkataan dan perbuatan serta buku-buku mereka menyanggah tuduhan itu semua". (al Alusy, Tarikh Nejd, hal: 40)

Begitu pula Syaikh Mas'ud An-Nadawy dari India berkata: "Sesungguhnya kebohongan yang amat nyata yang dituduhkan terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdu Wahhab adalah penamaannya dengan wahabi, tetapi orang-orang yang rakus berusaha mempolitisir nama tersebut sebagai agama di luar Islam, lalu Inggris dan turki serta Mesir bersatu untuk menjadikannya sebagai lambang yang menakutkan, yang mana setiap muncul kebangkitan Islam di berbagai negeri, lalu orang-orang Eropa melihat akan membahayakan mereka, mereka lalu menghubungkannya dengan wahabi, sekalipun keduanya saling bertentangan." (Muhammad bin Abdul Wahab Mushlih Mazhluum, hal: 165)

Begitu pula Raja Abdul Aziz dalam sebuah pidato yang beliau sampaikan di kota Makkah di hadapan jamaah haji tgl 11 Mei 1929 M dengan judul "Inilah Aqidah Kami": "Mereka menamakan kami sebagai orang-orang wahabi, mereka menamakan mazhab kami wahabi, dengan anggapan sebagai mazhab khusus, ini adalah kesalahan yang amat keji, muncul dari isu-isu bohong yang disebarkan oleh orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, dan kami bukanlah pengikut mazhab dan aqidah baru, Muhammad bin Abdul Wahab tidak membawa sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah salafus sholeh, yaitu yang terdapat dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang menjadi pegangan salafus sholeh. Kami memuliakan imam-imam yang empat, kami tidak membeda-bedakan antara imam-imam; Malik, Syafi'i , Ahmad dan Abu Hanifah, seluruh mereka adalah orang-orang yang dihormati dalam pandangan kami, sekalipun kami dalam masalah fikih berpegang dengan mazhab hambaly." (al Wajiz fi Sirah Malik Abdul Aziz, hal: 216)

Dari sini terbukti lagi kebohongan dan propaganda yang dibuat oleh musuh Islam dan musuh dakwah Ahlussunnah bahwa teroris diciptakan oleh wahabi. Karena seluruh buku-buku aqidah yang menjadi pegangan di kampus-kampus tidak pernah luput dari membongkar kesesatan teroris (Khawarij dan Mu'tazilah). Begitu pula tuduhan bahwa Mereka tidak menghormati para wali Allah atau dianggap membikin mazhab yang kelima. Pada kenyataannya semua buku-buku yang dipelajari dalam seluruh jenjang pendidikan adalah buku-buku para wali Allah dari berbagai mazhab. Pembicara sebutkan di sini buku-buku yang menjadi panduan di Universitas Islam Madinah.

Untuk mata kuliah Aqidah: kitab "Syarah Aqidah Thawiyah" karangan Ibnu Abdil 'iz Al Hanafi, "Fathul Majiid" karangan Abdurahman bin Hasan Al hambaly. Ditambah sebagai penunjang, "Al Ibaanah" karangan Imam Abu Hasan Al Asy'ari, "Al Hujjah" karangan Al Ashfahany Asy Syafi'i, "Asy Syari'ah" karangan Al Ajurry, Kitab "At Tauhid" karangan Ibnu Khuzaimah, Kitab "At Tauhid" karangan Ibnu Mandah, dll.
Untuk mata kuliyah Tafsir: Tafsir Ibnu Katsir Asy Syafi'i, Tafsir Asy Syaukany. Ditambah sebagai penunjang: Tafsir At Thobary, Tafsir Al Qurtuby Al Maliky, Tafsir Al Baghawy As Syafi'i, dan lainnya.
Untuk mata kuliyah Hadits: Kutub As Sittah beserta Syarahnya seperti: "Fathul Bary" karangan Ibnu Hajar Asy Syafi'i, "Syarah Shahih Muslim" karangan Imam An Nawawy Asy Syafi"i, dll.
Untuk mata kuliyah fikih: "Bidayatul Mujtahid" karangan Ibnu Rusy Al maliky, "Subulus Salam" karangan Ash Shan'any. Ditambah sebagai penunjang: "al Majmu'" karangan Imam An Nawawy Asy Syafi"i, kitab "Al Mughny" karangan Ibnu Qudamah Al Hambali, dll. Kalau ingin untuk melihat lebih dekat lagi tentang kitab-kitab yang menjadi panduan mahasiswa di Arab Saudi silakan berkunjung ke perpustakaan Universitas Islam Madinah atau perpustakaan mesjid Nabawi, di sana akan terbukti segala kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama'ah seperti tuduhan teroris dan wahabi.
Selanjutnya kami mengajak para hadirin semua apabila mendengar tuduhan jelek tentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, atau membaca buku yang menyebarkan tuduhan jelek tersebut, maka sebaiknya ia meneliti langsung dari buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau buku-buku ulama yang seaqidah dengannya, supaya ia mengetahui tentang kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut, sebagaimana perintah Allah kepada kita:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang fasik datang kepadamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kamu tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan, sehingga kamu menjadi menyesal terhadap apa yang kamu lakukan".

Karena buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bisa didapatkan dengan sangat mudah terlebih-lebih pada musim haji dibagikan secara gratis, di situ akan terbukti bahwa beliau tidak mengajak kepada mazhab baru atau kepercayaan baru yang menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah, namun semata-mata ia mengajak untuk beramal sesuai dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah, meneladani Rasulullah dan para sahabatnya serta generasi terkemuka umat ini, serta menjauhi segala bentuk bid'ah dan khurafat.

Ringkasan Dan Penutup

Ringkasan:
Seorang da'i hendaklah membekali dirinya dengan ilmu yang cukup sebelum terjun ke medan dakwah.
Seorang da'i hendaklah memulai dakwah dari tauhid, bukan kepada politik, selama umat tidak beraqidah benar selama itu pula politik tidak akan stabil.
Seorang da'i hendaklah sabar dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantang dalam menegakkan dakwah.
Seorang da'i yang ikhlas dalam dakwahnya harus yakin dengan pertolongan Allah, bahwa Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya.
Tuduhan wahabi adalah tuduhan yang datang dari musuh dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dengan tujuan untuk menghalangi orang dari mengikuti dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah sebagai pembawa aliran baru atau ajaran baru, tetapi seorang yang berpegang teguh dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Perlunya ketelitian dalam membaca atau mendengar sebuah isu atau tuduhan jelek terhadap seseorang atau suatu kelompok, terutama merujuk pemikiran seseorang tersebut melalui tulisan atau karangannya sendiri untuk pembuktian berbagai tuduhan dan isu yang tersebar tersebut.

 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Tuesday, April 22, 2008

Membuka Topeng “Negara Gagal”

Membuka Topeng "Negara Gagal" Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Kamis, 17 April 2008

Indonesia dinyatakan sebagai negara gagal (failed state). Rakyat tambah miskin dan terancam kelaparan, konglomerat tambah kaya. Kenapa? [bagian pertama]

Oleh Amran Nasution *

ImageHidayatullah.com--Al Amin Nur Nasution ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis dinihari , 10 April 2008, di hotel mewah Ritz Carlton, Jakarta. Bersama anggota Komisi Kehutanan DPR dan Ketua PPP Wilayah Jambi itu diringkus pula Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bintan, Azirwan, dua stafnya, dan seorang wanita muda.

KPK menuduh Amin menerima suap dari Azirwan guna mengalihkan fungsi hutan lindung di Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai barang bukti disita uang Rp 71 juta dan 33.000 dollar Singapore. Peristiwa ini menjadi berita besar, terutama di segmen hiburan TV, karena Amin adalah suami penyanyi terkenal Kristina.

Sore harinya, KPK menangkap dan menahan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah. Ia dituduh menyalah-gunakan Rp 100 milyar dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) milik BI. Uang itu, Rp 68,5 milyar, dipakai membantu penyelesaian perkara pidana sejumlah bekas pejabat BI. Diduga untuk menyuap para pejabat hukum. Sisanya, Rp 31,5 milyar, diberikan ke sejumlah anggota DPR. Waktu itu, tahun 2003, DPR sedang membahas revisi Undang-Undang BI. Sejumlah anggota DPR diperiksa, walau belum ada yang dinyatakan sebagai tersangka.

Tahun lalu, bekas Menteri Kelautan dan Perikanan Rochmin Dahuri yang diadili dalam perkara penyalahgunaan keuangan di departemennya, membongkar banyak nama politisi yang menerima uang darinya. Dunia politik Indonesia pun terguncang. Para politisi ramai-ramai membantah. Hanya mantan Ketua MPR Amien Rais yang berani tampil secara kesatria. Ia mengakui menerima dana sekitar Rp 200 juta dari Rochmin dan ia gunakan untuk kampanye pemilihan Presiden (Pilpres).

Tapi Amien tak kepalang tanggung. Ia sekalian bertekad membongkar segala macam permainan dana politik yang terjadi selama ini, termasuk bantuan dari Amerika Serikat untuk salah satu pasangan calon Presiden (Capres).

Tekad Amien tak kesampaian. Ia kemudian bertemu Presiden SBY di Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah Jakarta, lalu isu dana politik yang menjadi silang-sengketa itu diselesaikan secara ''adat''. Kasus itu pun hilang dari wacana, dan Amien Rais tak pernah diadili dalam urusan dana Rochmin. Klop.

Namun sesungguhnya masalah mendasar tak pernah diselesaikan. Maka kasus Amien Rais, dana YPPI untuk DPR, atau kasus Al Amin Nasution dan semacamnya akan terus bermunculan. Para anggota DPR atau kaum politisi boleh marah pada group Slank. Tapi ejekan dalam lagu mereka bahwa di mata Mafia Senayan UUD adalah singkatan dari Ujung-Ujungnya Duit, kian lama akan kian sulit dibantah. Keterlibatan para politisi dengan korupsi – baik di legislatif mau pun eksekutif -- adalah isu sehari-hari.

Itu tak lain karena Indonesia telah terjebak dengan sistem politik yang amat koruptif. Sebuah sistem yang menyebabkan para pelaku politik harus melakukan korupsi untuk mempertahankan eksistensinya. Bagaima bisa begitu?

Sejak reformasi 1998, Indonesia menggunakan sistem politik dan ekonomi liberal. UUD 1945 dirombak, DPR kemudian memproduksi begitu banyak undang-undang politik atau ekonomi yang pada prinsipnya adalah liberal.

Sekadar contoh, pekan ini, DPR menyetujui undang-undang yang menyebabkan seluruh pelabuhan laut di Indonesia bebas dikelola perusahaan asing. Padahal negeri paling liberal Amerika Serikat saja melarang pelabuhannya dikelola Dubai Port, sebuah BUMN dari Timur Tengah.

Para pendukungnya menyebut Indonesia memasuki era demokratis. Inilah sistem yang katanya ampuh merubuhkan tembok Berlin dan menggulung komunisme di tahun 1990-an. Indonesia dipuja-puji sebagai negara demokrasi terbesar setelah India dan Amerika.

ImageBuku The End of History and the Last Man, yang ditulis Francis Fukuyama, seorang neo-konservatif, di tahun 1992, bagi banyak pendukung sistem liberal di sini, dijunjung seakan kitab suci. Mereka menganggap seluruh dunia merindukan sistem demokrasi liberal, seperti ditulis buku itu, termasuk Indonesia. (Setelah kegagalan Amerika ''menyebarkan demokrasi'' di Iraq, Fukuyama kerepotan dengan bukunya. Pengajar Johns Hopkins University ini kemudian menjadi pengeritik neo-konservatif, kelompok penghasut perang itu).

Dana 26 Juta Dollar dari Amerika

Padahal sebenarnya di tahun 1991, Profesor Samuel P.Huntington dari Universitas Harvard, sudah memberi syarat bagaimana sebuah negara bisa sukses beralih dari sistem otoritarianisme menjadi demokrasi (baca sebagai demokrasi liberal) di dalam buku The Third Wave: Democratization ini the Late Twentieth Century, yang sering jadi rujukan itu.

Huntington menulis bahwa income per capita menjadi syarat demokratisasi. Semakin tinggi income per capita atau pendapatan rata-rata penduduk sebuah negara, semakin mulus peralihan terjadi. Begitu sebaliknya. Negara dengan penduduk miskin yang beralih menjadi demokratis, menurut studi Huntington, kebanyakan akan kembali lagi menjadi otoritarianisme.

Indonesia jelas masuk kategori berpendapatan rendah . Tapi dalam eforia reformasi 1998, siapa peduli petuah Huntington. Apalagi kemudian ternyata ada dana 26 juta dollar dari lembaga donor Pemerintah Amerika Serikat, US-AID, di balik hiruk-pikuk reformasi (lihat artikel Tim Weiner, The New York Times, 20 Mei 1998). Suatu jumlah yang cukup besar untuk menggerakkan apa saja di Indonesia.

ImageKini, telah 10 tahun reformasi berlangsung. Lihatlah betapa menyedihkan keadaan negeri ini. Yang lebih memilukan sekaligus memalukan, kini Indonesia termasuk di dalam indeks 60 negara gagal tahun 2007 (failed state index 2007). Indeks itu dibuat Majalah Foreign Policy yang berwibawa, bekerja sama dengan lembaga think-tank Amerika, the Fund for Peace.

Banyak ukuran dalam membuat indeks itu. Tapi secara umum disebutkan, antara lain, pemerintah pusat sangat lemah dan tak efektif, pelayanan umum jelek, korupsi dan kriminalitas menyebar, dan ekonomi merosot. Negara paling gagal adalah Sudan, Iraq, Somalia, dan Zimbabwe. Tapi coba bayangkan Indonesia masuk satu jajaran dengan negeri itu, bersama sejumlah negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin, semacam Timor Timur, Myanmar, Konggo, Haiti, Ethiopia, dan Uganda.

Hari-hari ini, berita radio, TV, dan koran dihiasi kisah penderitaan anak-anak kurang gizi dan kelaparan. Nasi aking menjadi salah satu menu rakyat. Itu terjadi hampir merata di seluruh Indonesia. Malah di Makassar dan beberapa kota lain, dilaporkan orang meninggal dunia karena berhari-hari tak tersentuh makanan.

Indonesia dinyatakankan badan kesehatan PBB, WHO, sebagai negara dengan korban flu burung terbanyak di dunia. Penyakit HIV-AIDS berkembang tak terkendali sampai ke daerah terpencil . Serangan diare di mana-mana. Bemacam penyakit aneh – seperti lumpuh layu – bermunculan. Pengangguran melonjak.

Artinya, kini kemiskinan telah merebak. Pantaslah Indonesia dikategorikan negara gagal. PBB memperhitungkan hampir separuh penduduk Indonesia hidup di bawah dua dollar perhari. Bagaimana orang bisa hidup dengan uang Rp 18.000 sehari di tengah harga pangan meloncat tak terkendali? berlanjut.. [www.hidayatullah.com]

*Penulis Direktur Institute for Policy Studies

 

Membuka Topeng "Negara Gagal" [2]

Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Rabu, 23 April 2008

Indonesia dinyatakan sebagai negara gagal (failed state). Rakyat tambah miskin dan terancam kelaparan, konglomerat tambah kaya. Kenapa? [terakhir]

Oleh Amran Nasution *

Pengantar:

Hidayatullah.com--Tulisan sebelumnya menjelaskan banyaknya "musibah" –baik fisik dan moral—terjadi di Indonesia. Musibah gempa, penyakit (mulai HIV hingga flu burung). Budaya korupsi pada para pejabat dan DPR. Juga kemiskinan dan rawan pangan. Majalah Foreign Policy memasukkan Indonesia dalam indeks 60 negara gagal tahun 2007 (failed state index 2007).  Masikah kita memakai system "demokrasi liberal" yang faktanya "menghancurkan" ini?

Adalah pemandangan sehari-hari menyaksikan antrean panjang di pelbagai pelosok Tanah Air. Beras, minyak tanah, minyak goreng, gas, bagi rakyat miskin harus diperoleh dengan antrean berjam-jam. Itu indikator bahwa Pemerintah tak lagi mampu menyediakan barang kebutuhan pokok yang cukup untuk rakyatnya.

Tapi di tengah kemiskinan dan kelaparan itu ada berita bagus: orang kaya Indonesia justru bertambah kaya. Seperti ditulis majalah bisnis Forbes, 13 Desember 2007, pada tahun lalu, kekayaan para konglomerat Indonesia melompat dua kali lipat. Majalah itu menyebutkan kini Indonesia memiliki 40 konglomerat –- dengan kekayaan minimal 120 juta dollar atau lebih Rp 1 trilyun –- dan yang paling kaya adalah Menko Kesra Aburizal Bakrie.

Sepanjang 2007, kekayaan bersih Aburizal meningkat lebih empat kali lipat, menjadi 5,4 milyar dollar. Sungguh menakjubkan. Dengan itu ia menyalib Sukanto Tanoto, pemilik pabrik pulp dan produsen minyak kelapa sawit terbesar, dengan kekayaan 4,7 milyar dollar.

Rakyat tambah miskin, kenapa konglomerat tambah kaya? Terlalu panjang bila itu dijelaskan dengan rinci di sini. Yang pasti, sistem ekonomi liberal di mana pun di dunia ini – termasuk di Amerika Serikat – menjadikan orang kaya yang segelintir jumlahnya selalu bertambah kaya.

Sejatinya sistem ini memang untuk memanjakan orang kaya. Contoh konkret, lihatlah Amerika Serikat  yang sedang dilanda resesi. Pemerintah mau pun The Federal Reserve (biasa disebut The Fed, semacam BI di sini) sibuk membantu, menjamin, atau melobi, agar perusahaan besar selamat dari kebangkrutan. Sementara 2 juta pemilik rumah yang kreditnya macet dan dimiliki orang menengah tak dipedulikan. Mereka harus pindah karena rumahnya akan disita.

Itulah persis yang terjadi ketika krisis ekonomi melanda Indonesia di tahun 1998. Para konglomerat diselamatkan Pemerintah atas perintah Bank Dunia dan IMF.  BI mengucurkan BLBI lebih Rp 600 trilyun. Umumnya dana ini dikemplang para konglomerat. Sementara itu berapa banyak pengusaha kecil dan menengah yang bangkrut oleh krisis tak sedikit pun dipedulikan Pemerintah.

Banyak perlakuan lain yang mengistimewakan para konglomerat. Misalnya, sejak dibentuk KPK sibuk menangkap dan menjebak para koruptor kelas teri – semacam Mulyana W.Kusumah atau Rochmin Dahuri – tapi tak satu konglomerat pun yang terjerat.

Dua konglomerat penerima BLBI paling besar, Syamsul Nursalim dan Anthony Salim, dinyatakan Kejaksaan Agung tak bisa dituntut karena tak cukup bukti. Beberapa hari kemudian KPK  menangkap Jaksa Urip, penyidik kasus itu. Ia tertangkap tangan menerima Rp 6 milyar dari Artalyta Suryani, pembantu Syamsul Nursalim. Tapi konglomerat itu tetap aman-aman saja. Keputusan membebaskannya, sekali pun sudah terbukti ada suap di baliknya, tak pernah diralat. Masih kurang jelas?

Lihat kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Ratusan rakyat menjadi korban. Rumah tenggelam, mata pencarian hilang, tapi sampai kini tak seorang pun yang diseret menjadi terdakwa karenanya.

Malah belakangan Pemerintah menetapkan sejumlah korban akan mendapat ganti rugi dari APBN, bukan dari PT Lapindo Brantas. Padahal sudah terungkap sebelumnya, ada tuduhan kesalahan teknis dalam pengeboran sumur minyak dan gas. Pelan-pelan cerita itu kini menghilang. Semua orang tahu, pemilik Lapindo adalah salah satu orang terkaya Indonesia.

Tulisan ini tentu saja tak ingin mempertentangkan kelas kaya dan miskin. Yang hendak dikatakan bahwa semua gejala yang terjadi adalah konsekuensi dari sistem politik dan ekonomi yang digunakan sejak Indonesia memasuki era reformasi 1998.

DPR Cukup Efektif

Marilah membicarakannya dengan jujur, tanpa dusta atau kepura-puraan. Mari melepaskan topeng-topeng yang kita pakai selama ini. Sistem demokrasi kita sekarang, jelas sebuah sistem yang amat mahal, dan sebagaimana studi Profesor Huntington tadi, terbukti sukses di negeri dengan penduduk berpenghasilan tinggi, bukan negeri miskin semacam Indonesia.

Siapa pun setuju, proses pemilihan Presiden Amerika sangat atraktif dan ideal, menjadi panggung hiburan bagi dunia. Tapi berapa banyak sudah dollar yang dihabiskan para nominator calon presiden Barack Obama, Hillary Clinton, mau pun John McCain, selama satu tahun ini. Padahal pemilihan yang sesungguhnya baru November 2008, masih 7 bulan lagi.

Semua biaya itu bisa diongkosi rakyatnya karena pendapatan perkapita Amerika Serikat 50.000 dollar. Jelas tak bisa dibandingkan dengan Indonesia yang hanya 1000 dollar lebih sedikit. Sebagai pengumpul dana kampanye terbesar, misalnya, sampai akhir Maret lalu, Senator Barack Obama telah memperoleh 234 juta dollar atau Rp 2,1 trilyun. Dalam bulan Maret saja Obama mendapat dana lebih 40 juta dollar, dengan 218.000 penyumbang baru.

Jumlah fantastis itu tak sulit dihimpun, karena Obama memiliki 1,3 juta penyumbang. Berarti, tiap donator rata-rata tak sampai 200 dollar atau Rp 1,8 juta, masih jauh dari batas maksimal sumbangan perorangan yang diperbolehkan undang-undang, 2300 dollar (sekitar Rp 20 juta). Jumlah itu tentu tak memberatkan bagi para Obamania, termasuk untuk membiayai kampanye pemilihan presiden nanti yang jumlahnya pasti lebih besar, bila Obama lolos ke babak final.

Dana kampanye Hillary Clinton memang kalah dari Obama. Begitu pun sampai sekarang ia sudah memperoleh 175 juta dollar atau hampir Rp 1,6 trilyun. Lihatlah konser musik penyanyi Inggris Elton John, untuk mengumpulkan dana bagi Hillary, di Radio City Music Hall, New York, 9 April lalu. Malam itu saja dari penjualan tiket terkumpul 2,5 juta dollar (Rp 22,5 milyar).

Itulah yang tak mungkin terjadi di sini. Sungguh mustahil negeri ini bisa mengongkosi perhelatan politik yang begitu luks, kalau dengan cara yang jujur. Mana ada rakyat yang mampu menyumbang jutaan rupiah kepada calonnya, sementara untuk hidup sehari-hari saja sudah ngos-ngosan. Padahal sekali pun tak sebesar di Amerika Serikat, proses rekrutmen politik di Indonesia tetap butuh biaya yang sangat besar.

Berbagai perhitungan menyebutkan, untuk kampanye menjadi anggota DPR dibutuhkan dana sedikitnya Rp 1 milyar sampai Rp 3 milyar. Untuk bupati Rp 5 milyar sampai Rp 20 milyar, dan gubernur bisa sampai Rp 100 milyar. Apalagi untuk kursi Presiden, jumlahnya bisa berlipat-lipat. Dari mana dana begitu besar diperoleh?

Karena tak ada sumbangan rakyat – prakteknya rakyatlah yang disumbang politisi -- mereka mencari dana politik melalui para konglomerat. Itu sudah menjadi rahasia umum. Hal tersebut dimungkinkan untuk politisi dengan posisi tertentu.  Tak heran bila konglomerat menempati posisi istimewa. Mungkin ada pula politisi yang mendapat dana dari negara asing, seperti dituduhkan Amien Rais waktu itu.

Pada prakteknya, sumbangan itu nanti dibagi-bagi dalam jumlah kecil, disesuaikan dengan batasan undang-undang. Lalu dicarikan alamat untuk diatas-namakan sebagai penyumbang. Ini jelas penipuan atau praktek korupsi yang lain. Pada Pilpres 2004, misalnya, KPU menemukan alamat penyumbang yang tak jelas. Tapi mana mau KPU mengusutnya.  Tampaknya semua sudah tahu sama tahu.

Sumber dana yang lain adalah lembaga negara, apakah departemen, BUMN, atau DPR. Bank BUMN kabarnya termasuk institusi yang efektif dalam mengumpulkan dana kampanye. Begitu pula jabatan penting di daerah. Semakin bergigi sebuah lembaga, semakin efektif ia sebagai kolektor dana politik.

Dengan wewenang yang cukup besar dalam sistem ini, DPR cukup ampuh sebagai mesin pengumpul uang. Apakah melalui pembuatan undang-undang, pengawasan, penyusunan anggaran, atau berbagai aktivitas lain. Buktinya adalah Al Amin Nur Nasution dan kasus yayasan BI. Jadi sebenarnya Al Amin-Al Amin yang lain yang berada di luar penjara jumlahnya lebih banyak lagi. Apalagi sebentar lagi ada Pemilu.

Sesungguhnya apa yang dialami Indonesia, sudah terjadi di Rusia di tahun 1990-an. Sistem politik dan ekonomi liberal disyaratkan IMF dan Bank Dunia untuk Rusia setelah tumbangnya rezim komunis Uni Soviet. Ternyata itu bukan resep yang pas tapi Boris Yeltsin, pemimpin Rusia waktu itu, melaksanakannya dengan patuh.

Kenyataan yang terjadi, politik menjadi kacau-balau dan ekonomi hancur-hancuran. Pada masa itulah bisa dilihat di layar televisi rakyat mengikuti antrean berkilometer di tengah hutan salju, hanya demi sepotong roti. Semua berubah setelah Vladimir Putin menggantikan Yeltsin, akhir 1999.

Belum setahun, April 2000, Carnegie Endowment, sebuah lembaga think-tank dari Washington, melaporkan sejumlah indikator yang mebiarawatijukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi Rusia. ''Minyak dan gas tak menonjol dalam pemulihan ekonomi ini,'' begitu laporan Carnegie Endowment yang dirilis 4 April 2000 (lihat www.hidayatullah.com, 8 November 2007: Indonesia Menunggu Putin).

Sulap apa yang dilakukan Putin? Ia campakkan sistem liberal yang dulu dipakai Yeltsin, termasuk hiruk-pikuk pemilihan langsung yang mahal itu. Sejumlah konglomerat nakal yang menangguk untung dari keruhnya kondisi Rusia pada waktu peralihan  – dijuluki kaum oligarki – dihadapi Putin. Dan rakyat mendukungnya.

Beberapa di antara mereka lari ke luar negeri. Michail Khodorkovsky, orang terkaya Rusia,  harus menjalani hukuman 10 tahun penjara di Siberia. Kini Rusia merupakan salah satu negara dengan perekonomian paling kuat di dunia. Apalagi setelah harga minyak dunia melambung. [habis]

Amran Nasution, Direktur Institute for Policy Studies


 
My personal webhttp://pujakesula.blogspot.com  or  http://endyenblogs.multiply.com/journal 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.