Sim Salabim: "Air Laut Jadi Bensin" [2] |
Kamis, 05 Juni 2008 | |
Proyek blue energy untuk memproduksi BBM dari air laut, ternyata hanya akal-akalan. Padahal Presiden SBY percaya dan pabrik sudah berdiri di Cikeas. Kenapa kasus memalukan ini bisa terjadi? Oleh: Amran Nansution * Joko Suprapto, si "tukang sulap" pembuat air laut menjadi bensin tiba-tiba tak muncul seperti yang direncanakan, Siapa sesungguhnya Joko? Hidayatullah.com--Pada 6 Mei lalu, ia malah sempat dijemput ke Bandar Udara Cengkareng tapi tak nongol. Kabar pun tak ada. Suasana menjadi genting. Beredar isu Joko diculik komplotan perusahaan minyak raksasa yang merasa terancam oleh temuannya. Karena itu dikerahkan pasukan anti-teror Detasemen Khusus 88 mencarinya. Akhirnya ia ditemukan di Rumah Sakit Umum Daerah Soedono, Madiun. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Abu Bakar Nataprawira mengatakan Joko menderita penyakit jantung. Sampai sekarang Joko istirahat di rumahnya di Nganjuk karena penyakitnya. Ia menolak ditemui wartawan. Rumahnya dijaga tentara dan polisi. Di mata para pengajar UGM jelas Presiden SBY sudah dikelabui. Soalnya bagi mereka, Joko bukan orang baru. Seperti ditulis Koran TEMPO, 29 Mei 2008, Joko dan 8 temannya pernah menemui Rektor UGM Sofian Effendi, Desember 2006. Joko mengaku menemukan pembangkit listrik ajaib 25 kilowat, hanya dengan beberapa baterai kecil dan panel surya. Joko minta Rp 3 milyar untuk proyek itu. Setelah beberapa pertemuan akhirnya diketahui orang ini tak beres. Ia tak bisa menjawab beberapa pertanyaan yang mencurigakan. Belakangan diketahui alamat yang tertera di kartu namanya pun palsu. Ketua Jurusan Teknik Elektro UGM Tumiran mengatakan klaim Joko tetang energi berbahan baku air itu menyesatkan. ''Ini hal yang memalukan karena Presiden kita lebih mempercayai hal-hal seperti itu,'' kata Tumiran. Karena pengalaman itu pertemuan dengan Presiden direncanakan. Sayang Presiden kurang sehat. Para pengajar UGM itu benar. Cerita air sebagai sumber energi bukan baru. Dari mulai yang misterius model Joko sampai penelitian serius di laboratorium sudah dilakukan. Tapi sampai sekarang hasilnya mengecewakan. Pada 1935, Henry Gerret dari Dallas, Texas, memamerkan mobil menggunakan air. Malah temuan itu sempat ia patenkan. Ia memecah hydrogen dari air dengan aliran listrik dari sebuah baterai. Temuan itu tak berkembang karena mobil mogok kehabisan baterai setelah berjalan beberapa kilometer. Sejak itu, berbagai penelitian dan percobaan dilakukan agar air bisa dijadikan bahan bakar. Agustus 2006, Majalah New Scientist, melaporkan bahwa Tareq Abu Hamed dari University of Minnesota bekerja sama dengan Weizmann Institute of Science dari Israel, berhasil menggunakan air sebagai bahan bakar mobil dengan menggunakan senyawa kimia boron untuk memecah hydrogen dari air. Dalam beberapa tahun lagi, hasil penelitian itu sudah bisa dimanfaatkan. Tapi nomor berikutnya, majalah itu seakan meralat sendiri laporannya dengan menyebutkan sebenarnya bukan air, tapi boron yang menjadi bahan bakar atau penggerak mesin temuan Tareq Abu-Hamed itu. Di Washington, seorang peneliti swasta John Kanzius memisahkan hydrogen dari air laut dengan menggunakan generator ciptaan sendiri. Itu terjadi secara kebetulan. Kanzius yang Indian itu sebenarnya sedang meneliti pengobatan kanker. September tahun lalu, temuan itu ia uji di Penn State University. Oleh universitas, temuan itu dikonsultasikan ke Departemen Energy dan Departemen Pertahanan di Washington, untuk memperoleh dana riset. Rustum Roy, ahli kimia dari Penn State University mengatakan bahwa benar hydrogen bisa dipisahkan dari air laut. Tapi apakah sistem itu akan bisa efisien menjalankan mobil, tergantung hasil riset selanjutnya. Riset semacam itu juga pernah dilakukan perusahaan mobil Daimler-Chrysler. Tapi pada tahun 2003 riset dihentikan karena hanya menghasilkan bahan bakar yang tak efisien. Sementara para ahli berjuang di laboratorium tanpa hasil yang konkret, banyak penipuan terjadi. Desember 1996, hakim di Ohio menghukum Stanley Meyer untuk membayar 25.000 dollar kepada dua investor yang menuntutnya. Proyeknya membuat BBM dari air dianggap hakim sebagai penipuan setelah hakim memanggil saksi ahli ke depan sidang. Juli 2006, pengadilan di Mercer County, menghukum Patrick Kelly 5 tahun penjara. Ia dinyatakan hakim menipu sekitar 500 penduduk New Jersey yang menjadi investornya. Dari para investor itu lelaki asal Idaho ini mengumpulkan dana 2,5 juta dollar, sementara BBM dari air tak pernah terwujud. Bagaimana Joko Suprapto? Kalau diikuti penjelasan para pengajar UGM, ini jelas penipuan. Yang sangat disayangkan, kenapa Presiden SBY langsung percaya tanpa lebih dulu melibatkan LIPI, BPPT, atau lembaga penelitian di universitas, untuk mengeceknya. Padahal apa pun langkah Presiden tentu berdampak luas, karenanya perlu pemeriksaan yang teliti sebelum langkah diayunkan. Sekarang beredar gosip bahwa janji Presiden tak akan menaikkan BBM karena blue energy. Seusai pelantikan KSAL, November 2007, dalam keterangan pers Presiden SBY memang mengatakan bahwa kenaikan harga BBM bukan opsi untuk tahun 2008. Akhirnya, setelah Joko Suprapto menghilang, terpaksa harga BBM dinaikkan. BPPT sendiri ternyata sudah menguji blue energy yang diperoleh dari Direktorat Perhubungan Darat. Jadi bukan atas permintaan Presiden. Ternyata blue energy tak lain dari bahan bakar diesel atau solar. Ia bukan air laut. ''Jadi blue energy tak dapat disebutkan bahan bakar ramah lingkungan berbasis air,'' kata Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman kepada wartawan 2 Juni 2008. Baiknya polisi segera mengusut Joko Suprapto agar perkara ini klir dan terbuka, tanpa menimbulkan banyak gosip. Sudah terlalu banyak gosip di negeri ini. [habis/www.hidayatullah.com] * Direktur Institute For Policy Studies |
No comments:
Post a Comment